4 Gaya Bahasa Dalam Novel Sejarah

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Novel berasal dari bahasa Italia yang artinya secara harfiah adalah “sebuah barang baru yang kecil” yang kemudian berubah arti menjadi “cerita pendek dalam bentuk prosa”.  

Dalam bahasa Latin berasal dari kata ‘Novellus’ yang diturunkan dari kata ‘noveis’ yang berarti ‘baru’. Novel dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis karya sastra lainnya, novel baru muncul belakangan.

Novel merupakan cerita fiktif yang berusaha menggambarkan tokoh – tokoh didalamnya menggunakan alur, dan tidak hanya sebagai cerita khayalan semata tetapi juga mengandung sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang berdasarkan realita atau fenomena yang dialami.

Ada dua jenis novel yaitu novel populer yang penulisannya mengikuti selera pembaca, dan novel serius yang kerap dianggap sebagai jenis karya sastra yang pantas dibicarakan dalam sejarah sastra.

Novel sejarah merupakan sebuah karya sastra yang didalamnya terdapat penjelasan dan penceritaan mengenai fakta kejadian di masa lalu yang menjadi asal usul atau latar belakang terjadinya situasi yang memiliki nilai sejarah.

Sudah tentu di dalam novel sejarah tersebut terkandung teks yang menggambarkan mengenai sejarah. Novel sejarah bisa bersifat paragraf naratif atau deskriptif dan disajikan dengan daya khayal yang membutuhkan pengetahuan luas dari pengarang.

Gaya kebahasaan yang terdapat pada novel sejarah dan menjadi panduan dalam menyusun gaya bahasa dalam novel sejarah yaitu:

1. Penggunaan Konjungsi Temporal

Pada gaya bahasa dalam novel sejarah banyak menggunakan konjungsi temporal yaitu kata hubung yang menghubungkan dua kejadian atau peristiwa tertentu. Konjungsi temporal terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  • Konjungsi temporal yang menghubungkan dua hal yang sederajat: apabila, bilamana, demi, hingga, ketika, sejak, selama, semenjak, sementara, tatkala, waktu, setelah, sesudah dan sebagainya. Contoh : Krisna sedang mencuci piring setelah ia menyapu lantai.
  • Konjungsi temporal yang menghubungkan dua kalimat sederajat: setelahnya dan sesudahnya. Contoh : Krisna mencuci piring, sesudahnya ia menyapu lantai.

2. Penggunaan Nomina /  Kata Benda

Nomina dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

  • Nomina modifikatif

Nomina yang memberi pembatasan pada kata bendanya: dua botol, ruang makan, rumah mungil. Contoh : Sebagai anak baru di kantor ini, aku menjalani bulan pertama bekerja dengan semangat.

  • Nomina koordinatif

Merupakan kata benda saling menerangkan : sandang pangan, lahir batin, hak dan kewajiban, sarana prasarana, adil makmur dan lainnya. Contoh : Aku sudah siap lahir batin untuk menikah dengan pria yang dijodohkan orang tuaku.

  • Nomina apositif

Nomina berfungsi sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan : pergi berlibur ke Amerika, teman sekamarku, Andin, sahabat kakakku, Zoya, dan lainnya. Contoh : Bandung, Jawa Barat saat ini menghadapi masalah kemacetan yang belum kunjung usai.

3. Penggunaan Verba

Verba menjadi gaya bahasa dalam novel sejarah yang sama halnya dengan kelompok nomina, verba dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:

  • Verba modifikatif

Kelompok verbal yang membatasi arti verbal bersangkutan. Kata kerja yang sebelumnya bersifat umum dibatasi menjadi bersifat khusus. Contoh : Misalnya dalam kata : ‘kerja’, verba modifikatifnya adalah kerja rodi, kerja keras, kerja lembur, capek kerja.

  • Verba koordinatif

Penggabungan kata – kata dalam verbal koordinatif bersifat tidak saling menerangkan atau bertolak belakang. Biasanya disatukan menggunakan kata penghubung ‘dan’ serta ‘atau’. Contoh : Ibu mencuci dan menjemur selimut yang terkena ompol adikku.

  • Verba apositif

Kelompok verbal berupa keterangan yang ditambahkan atau disisipkan. Contoh : Usaha kakakku ‘berdagang gitar’ rupanya memberi penghasilan yang lumayan besar.

4. Penggunaan Nominalisasi

Nominalisasi adalah proses pembentukan nomina atau kata benda yang berasal dari kelas lain menggunakan istilah tertentu yang biasanya sering digunakan pada bahasa yang menjelaskan penceritaan ulang. Pemberian imbuhan yang biasanya dilakukan dalam pembentukan nomina adalah:

  • Sufiks atau akhiran : akhiran an, at, si, isme, is, or, tas. Contoh : Aku sangat menggemari manisan buatan ibuku.
  • Prefiks atau awalan : pe, se, ke, dan lainnya. Contoh: Saya sekantor dengan calon suami.
  • Konfiks atau gabungan awalan dan akhiran : ke-an, pe-an, per-an. Contoh : kalimat yang mengandung kata pengaturan, pertunjukan, kebiasaan, kekayaan, kekaguman, dan lainnya.
  • Infiks atau sisipan : el dan er. Contoh : kalimat yang mengandung kata sisipan seperti gelembung, seruling, telunjuk, dan lainnya.

Kaidah Dalam Teks Sejarah

Aturan mengenai teks yang menjadi bagian dari gaya bahasa dalam novel sejarah biasanya selalu melibatkan beberapa hal berikut:

  • Pronomina atau kata ganti – Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung. Contoh : Aku adalah anak ketiga dari empat bersaudara.
  • Frasa Adverbial – Frasa yang didalamnya menggunakan kata depan pada unsur  pembentukannya. Contoh : Ayahku kesulitan mengangkat kursi yang agak besar itu tanpa bantuan siapapun.
  • Verba Material – Kata kerja berimbuhan yang berfungsi untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata. Kata kerja ini menunjukkan perbuatan fisik atau suatu peristiwa misal menulis, memasak, membaca dan sebagainya. Contoh : Ibu memasak nasi di dandang.
  • Konjungsi Temporal  – Kata sambung waktu yang berguna untuk menata urutan – urutan peristiwa yang diceritakan dalam novel dan banyak digunakan dalam novel sejarah. Contoh : Tentara itu mengokang senjatanya, setelahnya ia menembak ke arah sasaran.

Teks dalam cerita sejarah secara umum bisa dibedakan menjadi cerita sejarah fiksi atau tidak nyata dengan menggunakan macam – macam gaya bahasa dalam cerpen.

Penulis perlu mengetahui kalimat majemuk, alinea dan juga kalimat efektif untuk dapat menyusun sebuah novel sejarah.

Jalan ceritanya didasarkan pada kisah dunia nyata berdasarkan sudut pandang pribadi sang pengarang. Karakter tokoh cerita juga tidak digambarkan sepenuhnya.

Gaya bahasa dalam novel sejarah termasuk ke dalam cerita sejarah fiksi, seperti juga ada pada unsur instrinsik novel singkat dan cerita legenda.

Sedangkan, cerita sejarah non fiksi adalah cerita sejarah yang menceritakan peristiwa yang nyata atau pernah terjadi, seperti biograf, autobiografi, cerita sejarah dan perjalanan.

Gaya bahasa dalam novel sejarah yang baik adalah;

  • Dapat menggambarkan detail sejarah secara lugas dan ringkas,
  • Dapat mengembangkan makna dari kata yang digunakan,
  • Memperindah dan memperpanjang jalan cerita,
  • Memunculkan ide baru dalam bingkai tema yang sama dan menumbuhkan semangat untuk membaca secara terus menerus mengenai novel tersebut.

Novel sejarah merupakan sebuah novel yang ceritanya berpusat pada masa lalu untuk menghidupkan keadaan yang terwujud pada masa itu. Banyak novel sejarah memasukkan tokoh – tokoh sejarah sebagai tokoh utama atau tokoh sampingan di dalamnya.

Novel sejarah kerap digolongkan kepada novel serius, karena bagaimanapun novel sejarah baik itu fiksi dan non fiksi tetap didasarkan pada kisah sejarah tertentu yang dekat dengan fakta beserta unsur intrinsik nya dan mengandung jenis -paragraf narasi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn