Daftar isi
Harimau (Panthera tigris) merupakan spesies kucing besar dari genus panthera. Ciri khas binatang ini adalah bulunya yang berwarna oranye dengan motif loreng hitam vertikal. Sebagai karnivora, harimau merupakan pemangsa puncak yang soliter atau penyendiri.
Harimau sendiri termasuk ke dalam spesies yang terancam punah dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature) Redlist. Hingga saat ini diperkirakan jumlah harimau yang tersisa di dunia hanya sekitar 3.062 hingga 3.948 individu dewasa. Beberapa spesies harimau bahkan ada yang telah dinyatakan punah. Penurunan populasi dan kepunahan beberapa spesies harimau sendiri sebagaian besar diakibatkan karena kerusakan habitat hidup mereka serta perburuan liar.
Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai 3 spesies harimau yang telah dinyatakan punah dimana dua diantaranya dari Indonesia
Harimau kaspia adalah spesies harimau yang pernah hidup di kawasan Rusia, Kazakhstan, Kaukasus, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan Irak, Iran, Afghanistan, Mongolia, hingga Turki.
Dari foto-foto yang pernah ada, harimau kaspia memiliki warna bulu yang lebih cerah dan seragam dibandingkan dengan harimau siberia. Garis-garis lorengnya lebih sempit, penuh, dan rapat dengan warna garis kombinasi antara coklat atau kayu manis. Warna loreng hitam hanya ditemukan pada bagian kepala, leher, tengah punggung, dan ujung ekornya.
Harimau kaspia dipercaya sebagai jenis kucing terbesar yang pernah ada. Harimau kaspia jantang diperkirakan memiliki panjang tubuh antara 270-295 cm dengan berat antara 170-240 kg. Sementara betinya diperkirakan berukuran 240-260 cm dengan berat 85-135 kg.
Kepunahan harimau kaspia diperkirakan mulai terjadi sejak era penjajahan Rusia di Turkestan pada akhir abad ke-19. Beberapa faktor yang menyebabkan punahnya spesies harimau ini diantaranya adalah karena perburuan dan habitatnya yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan perkebunan.
Harimau jawa atau yang memiliki nama ilmiah Panthera tigris sondaica merupakan subspesies harimau yang menetap secara endemik di hutan-hutan di pulau Jawa. Harimau jawa sendiri telah dinyatakan punah sejak tahun 1980-an akibat perburuan liar dan juga alih fungsi habitatnya menjadi lahan pertanian dan pemukiman.
Harimau jawa memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan spesies harimau lain. Hal ini diduga karena ukuran mangsa pada habitatnya juga lebih kecil dibandingkan mangsa harimau jenis lainnya. Harimau jawa jantan diperkirakan memiliki ukuran tubuh sekitar 100 sampai 140 kg dengan panjang 200 sampai 245 cm. sedangkan harimau jawa betina berbobot 75 sampai 115 kg.
Harimau jawa memiliki habitat di hutan-hutan dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl. Adakalanya harimau ini juga menjelajah hingga ke kebun-kebun di pedesaan. Akibatnya pernah pada masanya hewan ini dianggap hama hingga banyak diburu bahkan diracun.
International Union for Conservation Nature (IUCN) secara resmi menyebutkan bahwa spesies harimau jawa terakhir berada di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada tahun 1976 dan akhirnya dinyatakan punah pada awal 1980-an.
Beberapa tahun setelah dinyatakan punah, ada sejumlah laporan yang menyatakan kemunculan harimau jawa. Untuk itu, pada tahun 1999 hingga 2000 dilakukkan kegiatan penelitian untuk memantau dan menyelidiki kebenaran laporan tersebut. Penelitian tersebut melibatkan 12 staf taman nasional Meru Betiri dan 20 unit kamera. Selain itu, tim peneliti juga mendapat 15 kamera inframerah yang merupakan bantuan dari yayasan “The Tiger Foundation”. Namun hasilnya tidak ditemukan bukti yang dapat diverifikasi mengenai keberadaan spesies harimau ini.
Harimau bali (Panthera tigris balica), yang dalam bahasa lokal disebut samong, merupakan subspesies harimau yang juga telah dinyatakan punah pada Redlist IUCN. Satwa endemik Pulau Bali ini merupakan satu dari 3 subspesies harimau yang ada di Indonesia.
Harimau bali termasuk jenis harimau terkecil dari spesies harimau lainnya. Harimau Bali jantan dewasa diperkirakan memiliki panjang sekitar 2,13 meter dengan berat sekitar 99,7 kilogram. Sementara harimau bali betina rata-rata mempunyai panjang 1,8 meter dengan berat 79,3 kilogram. Kondisi fisik ini merupakan hasil adaptasi harimau bali dengan kondisi geografis Pulau Bali yang kecil, yaitu haya sekitar 5.780 kilometer persegi.
Sebelum tahun 1920-an, harimau bali masih banyak dijumpai di alam bebas. Mereka pada umumnya mendiami habitat di kawasan hutan Bali Barat atau Kabupater Jembrana hingga Buleleng. Dalam beberapa laporan, harimau bali juga pernah ditermukan di wilayah Kabupaten Tabanan.
Bentuk fisik harimau bali lebih menyerupai puma atau macan tutul, namun sebagaimana spesies harimau lainnya, harimau bali memiliki loreng di tubuhnya. Yang membedakan harimau bali dengan spesies harimau lainnya adalah bentuk lorengnya yang tipis sehingga membuat warna oranyenya lebih dominan.
Kepunahan harimau bali sendiri berawal dari kedatangan kolonial Belanda di Pulau Bali. Sejak tahun 1920-an, orang-orang Eropa Belanda menjadikan perburuan harimau bali sebagai sarana olahraga yang menguntungkan karena kulitnya yang dihargai cukup tinggi. Harimau bali terakhir adalah seekor betina yang ditembak mati sekitar tahun 1925 oleh seorang Belanda di Sumber Kima, Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Akhirnya, Harimau bali secara resmi dinyatakan kepunahannya pada tanggal 27 September 1937.
Saat ini, harimau bali hanya bisa dilihat dari dokumentasi foto dan awetannya yang disimpan di Museum Zoologi Bogor. Selain itu, Sangmon juga terdokumentasi dalam bentuk ornamen patung dan juga lukisan di Bali.