Sosiologi

6 Hubungan Antarunsur Realitas Sosial yang Perlu Diketahui

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Di Indonesia, tidak hanya di daerah pedesaan, tetapi juga di perkotaan metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya terdapat anak-anak di bawah umur yang terpaksa putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Anak-anak tersebut mengisi keseharian dengan membantu orang tua bekerja sebagai pedagang asongan atau kuli bangunan demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Fenomena di atas merupakan salah satu contoh realitas sosial yang ada di sekitar kita. Realitas sosial merupakan kejadian nyata dan terbukti ada dalam kehidupan masyarakat.

Realitas sosial memiliki berbagai unsur yang saling terjalin, mengikat satu sama lain, dan menetapkan tindakan masyarakat. Unsur-unsur tersebut yaitu interaksi sosial, nilai dan norma sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial, status dan peran sosial, serta perubahan sosial.

Berbagai unsur ini saling berhubungan, melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berikut adalah penjelasan mengenai enam hubungan antarunsur realitas sosial yang perlu diketahui.

1. Hubungan antara Kelas Sosial dengan Interaksi Sosial

Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pengelompokkan atau penggolongan individu dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu secara berjenjang atau bertingkat. Adanya kelas-kelas sosial tersebut dapat memengaruhi sikap, perilaku, nilai-nilai yang diyakini, dan gaya hidup individu.

Misalnya, stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas mengenah (middle class), dan kelas bawah (lower class). Ketiga jenis kelas sosial tersebut tentunya memiliki pola perilaku dan gaya hidup masing-masing.

Masyarakat atau individu yang termasuk dalam kelas atas (upper class) sadar akan status ekonomi atau kekayaan yang berlimpah. Oleh karena itu, mereka mampu menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi terkemukan dunia, seperti di Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan Eropa. Dengan demikian, saat memasuki dunia kerja mereka dapat menempati posisi-posisi strategis di perusahaan.

Sementara itu, masyarakat yang menempati kelas bawah (lower class), hanya bisa menempuh pendidikan di sekolah yang dekat dengan rumah dan kualitasnya pun cenderung kurang bagus. Akibatnya, kelompok masyarakat kelas bawah hanya dapat bekerja di sektor-sektor yang tidak memerlukan keahlian dan keterampilan khusus.

2. Hubungan antara Status dan Peran Sosial dengan Interaksi Sosial

Status atau kedudukan sosial individu dalam masyarakat sangat berkaitan dengan hak dan kewajiban. Hak merupakan hal-hal yang harus diperoleh individu sedangkan kewajiban adalah hal-hal yang harus dilaksanakan oleh individu dalam menjalankan status sosialnya.

Individu dapat memperoleh status sosial melalui tiga cara, pertama, bisa didapatkan melalui usaha sendiri (biasanya melalui pendidikan). Kedua, pemberian dari kelompok atau orang lain. Ketiga, adanya faktor keturunan dan kelahiran.

Jika berbicara mengenai status sosial, tidak lengkap apabila tidak membahas pasangannya yaitu peran sosial. Adapun peran sosial diartikan sebagai perilaku yang diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat sesuai dengan status sosial yang dimiliki.

Contohnya, seseorang yang menjalankan status sosial sebagai guru. Profesi ini mempunyai berbagai tanggung jawab, antara lain yaitu membimbing dan mendidik siswa supaya menjadi pribadi yang pandai, mandiri, serta mampu berpikir kritis. Masyarakat juga berharap seorang guru dapat menjadi contoh teladan yang baik, tidak hanya bagi siswa di sekolah tapi juga untuk masyarakat sekitar.

Pola interaksi sosial dalam masyarakat tidak jarang dipengaruhi oleh status sosial yang disandang oleh anggota masyarakat. Misalnya, hubungan antara orang tua dengan anak. Dalam kehidupan sehari-hari, anak diharapkan dapat bersikap dan berperilaku sopan serta patuh kepada orang tua. Sementara itu, orang tua sebagai pemegang kedudukan tertinggi dalam keluarga juga wajib memberi kasih sayang dan perlindungan kepada anak.

3. Hubungan antara Nilai Sosial dengan Interaksi Sosial

Interaksi antaranggota masyarakat tidak luput dari nilai-nilai yang berlaku di suatu tempat atau daerah. Antara satu tempat dengan tempat lainnya memiliki berbagai nilai, ada yang serupa dan terkadang ada pula yang tidak. Nilai-nilai tersebut diyakini serta dianggap penting oleh masyarakat yang menganutnya.

Lahirnya nilai-nilai sosial dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, sebagai hasil dari interaksi anggota masyarakat, dan adanya proses sosialisasi yang intensif.

Individu sebagai bagian dalam masyarakat diharapkan selalu bertindak serta bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi standar dan dicita-citakan bersama selama ini.

Misalnya, Okan meminta bantuan Emil untuk diajari salah satu materi pelajaran yang ia belum mengerti sepenuhnya, maka dengan senang hati Emil bersedia untuk membantunya. Sikap Emil tersebut telah mencerminkan dan menjalankan nilai tolong menolong antarteman.

Nilai sosial juga memiliki berbagai peran atau tujuan penting yaitu sebagai alat solidaritas sosial, mendorong individu agar bersikap mandiri dan tanggung jawab, serta dapat memotivasi individu untuk bertindak sesuai dengan status dan peran sosialnya.

4. Hubungan antara Norma Sosial dengan Interaksi Sosial

Norma sosial terbentuk dan bersumber dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dalam realitasnya, pengaplikasian suatu nilai antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya karena kebiasaan atau kebudayaan masyarakat yang berbeda.

Sebagaimana yang diketahui, nilai merupakan sebuah konsep abstrak yang berisi gambaran hal-hal yang layak dan penting bagi masyarakat. Dikarenakan masih abstrak, masyarakat perlu konsep lain yang dapat ditaati dan dipatuhi demi terwujudnya keteraturan sosial.

Dengan demikian, terciptalah sebuah aturan yang berisi perintah dan larangan dan ditetapakan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat yang disebut dengan norma sosial.

Berbeda dengan nilai sosial, norma sosial merupakan hasil kesepakatan bersama baik berupa norma tertulis maupun tidak tertulis. Norma sosial juga mempunyai sanksi dari tingkat yang terlemah hingga sanksi yang terkuat.

Contohnya, saat mengendarai kendaraan bermotor, pengendara harus patuh dan taat terhadap berbagai peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan. Apabila melanggar rambu lalu lintas maka akan dikenakan sanksi berupa tilang.

5. Hubungan antara Kebutuhan Dasar, Norma, dan Institusi Sosial

Menurut Abraham Maslow, setiap individu mempunyai lima kebutuhan dasar yang ingin dicapai. Kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu, kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.

Saat ini, setiap individu ingin mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimiliki demi meraih apapun yang diinginkan. Agar kebutuhan ini dapat terpenuhi, maka dibuatlah seperangkat norma.

Untuk mencapai kebutuhan akan aktualisasi diri, diperlukan peran lembaga atau institusi sosial terkait seperti lembaga pendidikan. Institusi ini merupakan tempat berlangsungnya proses edukasi bagi para peserta didik untuk mempersiapkan masa depan. Caranya yaitu dengan menggali potensi yang ada sekaligus mempelajari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Institusi Pendidikan memiliki fungsi antara lain, yaitu:

  • Mempersiapkan individu yang terdidik dan terampil.
  • Mengajarkan peranan sosial dan tanggung jawab.
  • transfer ilmu pengetahuan dan mendorong kreativitas.
  • Memberi kesempatan untuk memperbaiki masa depan.

6. Hubungan antara Peran Sosial dengan Kebudayaan

Pola perilaku, tata kelakuan, peran, dan norma sosial tidak bisa dipelajari sendiri, melainkan dibentuk oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. Salah satu lingkungan yang turut memengaruhinya yaitu budaya.

Kebudayaan memiliki fungsi penting yakni sebagai petunjuk arah dalam menentukan sikap dan tingkah laku dalam masyarakat. Kebudayaan juga dapat memberikan dampak bagi individu dalam memandang suatu peran dalam masyarakat.

Misalnya dalam budaya patriaki, kaum perempuan berada di posisi kedua. Perempuan dalam keluarga memiliki peran domestik, artinya perempuan memiliki tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Selain itu, perempuan juga harus patuh dan taat kepada suami. Sementara, laki-laki memiliki peran penting yaitu sebagai pemimpin rumah tangga dan pencari nafkah.