Daftar isi
Saat ini pagelaran seni tradisional sudah terkena dampak dari kebudayaan modern. Seni pagelaran tradisional yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman lambat laun akan ditinggalkan.
Di sisi lain, pagelaran seni tradisional yang hanya mengikuti perkembangan zaman tidak jarang justru mengurangi atau bahkan menghilangkan nilai-nilai luhur dari budaya yang ada dalam seni pagelaran tersebut.
Seni pertunjukan tradisional atau yang disebut juga pagelaran seni tradisional adalah salah satu jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah yang masih digemari oleh masyarakatnya.
Pagelaran seni tradisional ini memiliki ciri khas yang menunjukkan keunikan dalam masyarakat di tiap- tiap daerah. Ada empat jenis pagelaran seni tradisional yang dikenal di Indonesia, yaitu:
- Pagelaran seni musik
- Pagelaran seni tari
- Pagelaran seni lawak (komedi)
- Pagelaran seni drama dan teater
Berikut akan diuraikan lebih lanjut mengenai jenis dan karakteristik seni pertujukan tradisional:
1. Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia.
Wayang sendiri merupakan pertunjukan seni dengan menggunakan boneka wayang, yang bisa terbuat dari kulit atau kayu, yang menceritakan berbagai kisah sarat dengan makna filosofis bagi kehidupan.
Jenis Wayang
Menurut jenis ceritanya, ada 11 jenis pertunjukan wayang, yakni:
Wayang Purwa
Wayang purwa adalah pertunjukan wayang yang menceritakan wayang kadhewatan (para Dewa) sampai dengan Prabu Parikesit. Wayang purwa terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
- Kadhewatan: wayang purwa yang menceritakan para dewa, mulai dari Sang Hyang Manikmaya, Sang Hyang Ismaya, Sang Hyang Tejamaya, dan seluruh Dewa Dewi lainnya.
- Arjuna Sasra: wayang purwa yang menceritakan peperangan antara Prabu Arjuna Sasra dengan Dasamuka, termasuk lakon Sumatri dan Sukrasana.
- Ramayana: wayang purwa yang menceritakan Prabu Rama melawan Rahwana karena memperebutkan Dewi Shinta.
- Mahabharata: wayang purwa yang menceritakan keluarga Bharata (Pandhawa dan Kurawa) mulai masa kecilnya hingga terjadinya pereng Bharatayuda Jayabinangun.
Wayang Madya
Wayang madya adalah pertunjukan wayang yang menceritakan tentang Prabu Yudayana hingga Prabu Jaya Lengkara. Cerita ini digunakan untuk pertunjukan wayang di Kraton.
Wayang Antara
Wayang antara adalah pertujukan wayang yang menceritakan Sri Gatayu hingga Panji Kudalaleyan.
Wayang Wasana
Wayang Wasana adalah pertunjukan wayang yang menceritakan kisah Damarwulan dengan Minakjinggo.
Wayang Dupara
Wayang dupara adalah pertunjukan wayang yang menceritakan kisah Babad tanah Jawa.
Wayang Golek
Wayang golek adalah pertunjukan wayang yang menceritakan kisah Amir Ambyah dan Umarmaya, cerita Babone Saka (Babad Menak), dan Layang Menak (dari Timur Tengah).
Wayang Gedhog
Wayang gedhog adalah pertunjukan wayang yang menceritakan kisah Panji. Wayang gedhog dibuat dari kayu.
Wayang Beber
Wayang beber adalah pertunjukan wayang yang gambar wayangnya ada di tirai yang bisa digulung. Adapun kisah yang diangkat dalam pertunjukan wayang beber bisa bermacam-macam.
Wayang Kidang Kencana
Wayang kidang kencana adalah pertunjukan wayang yang menceritakan kisah-kisah binatang.
Wayang Wahyu
Wayang wahyu adalah pertunjukan wayang yang menceritakan kisah yang ada kaitannya dengan agama kristiani.
Wayang Suluh
Wayang suluh adalah pertunjukan wayang yang menceritakan keadaan negara saat ini. Biasanya pertunjukan wayang ini dilakukan sebagai sarana untuk memberi penyuluhan tentang program-program pemerintah.
Urutan Pertunjukan
Dalam pertunjukan wayang kulit, ada urutan-urutan yang harus diperhatikan. Berikut adalah urutan-urutan babak adegan dalam pagelaran wayang kulit:
- Jejer Pathet Enem (6). Bagian ini disebut juga bagian dasar cerita wayang. Dalam babak pathet 6 ini adalah beberapa adegan, seperti:
- Kedhaton (adegan di dalam kraton)
- Paseban Jaba atau Tata Bala
- Bedholan
- Jejer Sabrangan
- Perang gagal (perang yang terjadi di awal cerita, namun belum ada yang menang maupun kalah).
- Pathet Sanga (9). Di dalam babak pathet 9 ada beberapa adegan, yaitu:
- Gara-Gara (Keluarnya Punakawan, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong)
- Perang Kembang (Perang antara kesatria dengan raksasa di tengah cerita)
- Jejer Pandhita
- Pathet Mayura. Dalam babak ini terdapat adegan:
- Para ratu berkumpul
- Perang Brubuh (Perang terakhir antara kesatria dan raksasa serta hancurnya kejahatan)
2. Ludruk
Kata ludruk sebenarnya merupakan akronim dari kata “gela-gelo” (geleng-geleng) dan “gedruk-gedruk” (menghentakkan kaki ke tanah).
Nama tersebut diambil karena dalam pertunjukan seni tradisional ini, para penari Remo seringkali menggelengkan kepala sembari menghentakkan kakinya ke tanah.
Kesenian ludruk mengisahkan tentang kisah kehidupan sehari-hari, cerita perjuangan, dan semisalnya. Latar waktu yang digunakan biasanya adalah latar waktu sekarang.
Dalam pagelaran seni ludruk terdapat beberapa sajian yang harus ditampilkan secara urut, yakni sebagai berikut:
- Tari Remo. Tari Remo ini menggambarkan kesiagaan para pahlawan yang tengah melawan penjajah.
- Bedhayan. Bedhayan adalah syair-syair yang dilantunkan oleh para travesty (orang laki-laki yang memakai riasan perempuan).
- Dhagelan. Dhagelan adalah adegan komedi yang diawali dengan melantunkan pantun atau biasa disebut dengan Kidungan Jula-Juli.
- Cerita Inti, yaitu bagian inti cerita yang ingin ditampilkan. Beberapa cerita yang terkenal dalam kesenian ludruk antara lain:
- Brandhal Lokajaya
- Sogol Pendekar Sumur Gemuling
- Sarip Tambakjaya
- Jaka Sambang lan Sakerah
3. Janger
Janger adalah kesenian drama tradisional yang terkenal di wilayah Banyuwangi, Jawa timur. Sumber cerita yang digunakan dalam pertunjukan kesenian drama Janger diambil dari kisah babad, sejarah, dongeng, dan juga cerita rakyat.
Dalam pertunjukan kesenian janger, peraga menggunakan busana kraton untuk adegan dalam kratn dan juga busana adat Bali. Pertunjukan ini juga diiringi gamelan Bali dengan disertai tembang (syair) dan juga tari-tarian.
4. Kethoprak
Kethoprak adalah salah satu jenis seni pagelaran tradisional yang berkembang di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Awalnya, kethoprak merupakan hiburan warga desa yang dimainkan sambil menabuh lesung (alat untuk menumbuh padi agar gabahnya lepas), pada malam bulan purnama.
Lambat laun kebiasaan tersebut berkembang, dimana selain menggunakan tabuhan lesung juga ditambah kendang, rebana, dan suling sehingga disebut juga kethoprak lesung.
Pertunjukan kethoprak lesung mulai muncul pada sekitar tahun 1887, sementara itu pertunjukan kethoprak secara lengkap mulai ada sejak sekitar tahun 1909.
Pertunjukan kethoprak pertama yang digelar untuk umum adalah Kethoprak Wreksatama yang disutradarai oleh Ki Wisangkoro. Semua pemain dalam pertunjukan tersebut adalah laki-laki.
Cerita yang diangkat dalam pertunjukan tersebut adalah Kendhana-Kendhini, Darma-Darmi, Warsa-Warsi, dan selainnya. Struktur dalam pertunjukan ketoprak, yaitu:
- Pangayubagya. Berisi gendhing dan nyanyian, pertemuan antara pada tokoh dalam pertunjukan dan tarian (beksan) Gambyong.
- Inti Cerita. Inti cerita pada seni pertunjukan ketoprak, terdiri atas:
- Adegan Jejer, yaitu bagian yang awal untuk memperkenalkan tokoh cerita, suasana, dan awal mula sebelum masuk ke dalam cerita setelahnya.
- Pasulayan, yaitu bagian munculnya konflik yang harus dihadapi oleh para tokoh cerita.
- Dhagelan, yaitu selingan dalam cerita berupa komedi atau humor, tarian, dan juga nyanyian.
- Perang, yaitu puncak dari konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis.
- Wasana, yaitu penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Pada umumnya tokoh protagonis akan menang dan tokoh antagonis kalah.
5. Sendratari Ramayana
Sendratari adalah seni pertunjukan yang menyajikan kesenian Jawa berupa tari, drama, dan musik di sebuah panggung pada momen tertentu untuk menceritakan kisah Ramayana.
Cerita Ramayana yang disajikan dalam pagelaran Sendratari Ramayana sama dengan cerita Ramayana yang terukir pada relief Candi Prambanan. Jalan cerita yang dihadirkan terbagi menjadi 4 babak, yaitu:
- Penculikan Shinta
- Misi Anoman ke Alengka
- Kematian Dasamuka atau Rahwana
- Bertemunya kembali Rama dan Shinta.
Epos legendaris karya Walmiki yang ditulisnya dengan menggunakan bahasa Sansekerta ini, menceritakan rangkaian gerak tari yang diperagakan oleh para penari dengan diiringi musik gamelan.
Tidak ada dialog yang diucapkan oleh para penarinya, namun sindhen menggambarkan jalan ceritanya dengan menggunakan lagu-lagu dalam bahasa Jawa.
Satu hal yang sangat menarik dalam pertunjukan Sendratari Ramayana ini adalah digunakannya lampu-lampu yang berwarna-warni.
6. Tayub
Tayub adalah pagelaran seni tradisional berupa Langen Beksan atau tarian dengan diiringi gendhing-gendhing Jawa.
Kesenian Tayub ini berkembang di daerah-daerah di jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kesenian Tayub dari masing-masing daerah memiliki ciri khas masing-masing.
7. Reog Ponorogo
Reog Ponorogo adalah kesenian tradisional yang berasal dari Jawa timur. Pertunjukan seni ini berwujud seni tari yang diperagakan oleh banyak penari dengan peraga utamanya menggunakan topeng kepala singa yang dibagian atasnya ada mahkota dari bulu-bulu merak.
Berat dari topenng tersebut mencapai kisaran 50 kg dan digunakan dengan cara menggigitnya. Beberapa nama peraga dalam kesenian reog ponorogo adalah sebagai berikut:
- Jathil. Yaitu prajurit yang naik kuda-kudaan.
- Warok
- Barongan (Dhadhak Merak). Berwujud topeng singa hingga mahkota bulu Merak.
- Klono Sewandono. Menggambarkan raja Kelana yang Sakti Mandraguna
- Bujang Ganong (Ganongan). Menggambarkan Patih Pujangga Anom.
8. Lenong
Lenong merupakan kesenian asal Betawi. Pertunjukan seni lenong menggunakan iringan musik gambang kramong yang terdiri dari berbagai alat musik, seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan krecek.
Sebagian alat musik lainnya memiliki unsur China, seperti tehyan, konghyan, dan sukong. Pada umumnya, cerita yang diangkat dalam pertunjukan Lenong mengandung pesan moral. Pertunjukan lenong disajikan dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek Betawi.
Ada dua jenis pertunjukan Lenong, yaitu:
- Lenong Denes
Kata Denes diambil dari kata Dinas yang berarti resmi. Dalam pertunjukan lenong jenis ini, para pemainnya menggunakan busana resmi dengan setting cerita di masa kerajaan, lingkungan bangsawan, ataupun kisah-kisah 1001 malam. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang lebih formal.
- Lenong Preman
Pada jenis pertunjukan lenong preman ini tidak ada ketentuan busana yang harus digunakan. Cerita yang diangkat dalam Lenong Preman ini adalah kisah rakyat jelata, kisah pendekar rakyat, dan semisalnya. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa percakapan sehari-hari yang tidak formal.