Daftar isi
Bangsa Indonesia identik dengan masyarakat multikultural, karena memiliki keberagaman budaya, adat istiadat, suku bangsa, kepercayaan, bahasa, dan kebiasaan. Dalam masyarakat multikultural, setiap kelompok harus dapat hidup berdampingan demi terwujudnya kerukuran dan persatuan.
Namun, dalam realitas kehidupan sehari-hari sering kali terjadi pertentangan dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari adanya keberagaman dalam masyarakat multikultural. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat multikultural.
Diskriminasi sosial timbul akibat adanya ketidakseimbangan kekuatan dalam diri individu atau kelompok. Ada kelompok yang menganggap dirinya lebih baik, hebat, dan kuat dari pada kelompok lain di masyarakat.
Bentuk dari diskriminasi sosial adalah sikap membeda-bedakan dan mengucilkan ras, golongan, agama, jenis kelamin, suku bangsa, gender, kelas sosial, etnik, dan kondisi fisik tertentu. Diskriminasi sosial tidak seharusnya terjadi, jika setiap individu atau kelompok dalam masyarakat dapat saling menghargai dan menjunjung tinggi hak serta kewajiban masing-masing.
Disintegrasi sosial atau yang disebut juga dengan disorganisasi sosial adalah situasi yang menunjukkan pecahnya suatu kesatuan dalam masyarakat. Salah satu faktor penyebab terjadinya disintegrasi sosial yaitu akibat adanya konflik / pertentangan. Pihak-pihak yang berkonflik tidak menginginkan adanya integrasi karena tidak tercapainya kesepakatan dan melemahnya norma-norma sosial dalam masyarakat.
Stereotip adalah kesan atau juga dapat disebut dengan rasa curiga terhadap individu, kebiasaan, dan budaya dalam masyarakat berdasarkan pendapat subjektif yang belum tentu benar. Contoh yang sering terjadi di masyarakat adalah menganggap orang Madura memiliki watak keras dan tegas, padahal banyak juga orang Madura yang berwatak lembut dan penyabar.
Etnosentrisme merupakan suatu pandangan atau paham yang melekat pada diri individu atau kelompok yang cenderung menilai kebudayaan sendiri lebih baik daripada kebudayaan kelompok lain. Paham ini dapat menghambat proses asimilasi, hubungan antarkelompok, dan proses integrasi sosial dalam masyarakat.
Primordialisme adalah suatu sikap yang berpegang teguh pada segala sesuatu yang melekat pada diri individu maupun kelompok yang dibawa sejak lahir. Sebagai bentuk kesetiaan dan loyalitas, primordialisme selalu mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri. Primordialisme dapat digunakan untuk melestarikan dan mempertahankan suatu kebudayaan.
Menurut Soejono Soekanto, konflik sosial merupakan suatu proses sosial ketika seseorang atau sekelompok orang berusaha mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak lawan yang terkadang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Salah satu faktor penyebab terjadinya konflik sosial adalah perbedaan kepentingan yang terjadi di antara individu dan kelompok. Perbedaan kepentingan tersebut menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Andrianof Chaniago berpendapat bahwa ketimpangan sosial muncul karena pengambil kebijakan cenderung menganggap pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan utama pembangunan. Mereka melupakan sikap dan perilaku sosial individu, corak ekonomi tradisional, dan keunikan yang terdapat diberbagai tempat.
Ketimpangan sosial dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alami dan nonalami. Faktor alamiseperti perbedaan sumber daya alam dan letak georafis. Sementara itu, ketimpangan sosial disebabkan oleh faktor nonalami yaitu pengaruh globalisasi dan modernisasi, kebijakan pemerintah, ketidakmerataan proses pembangunan, perbedaan demografis dan faktor internal individu.