12 Jenis Saraf Kranial dan Fungsinya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sel, jaringan dan otot yang perlu bekerja secara terkoordinasi agar dapat beraktivitas secara normal. Keberadaan sistem saraf adalah kunci untuk tubuh manusia yang lebih sempurna, sebab pengontrol dari seluruh organ yang ada adalah sistem saraf. Dalam hal ini, saraf kranial bukan pengecualian, terutama karena berkat saraf ini otot dan pancaindra benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya.

Ada 12 pasang saraf kranial yang memiliki perannya masing-masing untuk organ tubuh yang berbeda-beda. 12 pasang saraf kranial ini menjadi pengirim informasi ke otak agar otak menerima informasi tersebut dan bekerja mengirimkan instruksi ke seluruh pancaindra yang dibutuhkan agar berfungsi menurut kebutuhan tubuh.

Saraf kranial identik dengan dua fungsi; yang pertama adalah fungsi sensorik, yakni fungsi menerima rangsangan dari luar dan mengirimkan sinyal listrik ke otak untuk diproses lebih lanjut. Sementara fungsi yang kedua adalah fungsi motorik, yakni proses usai otak menerima informasi dari rangsangan yang ditangkap kemudian membawa instruksi dari otak ke organ tubuh tertentu supaya bekerja sesuai kebutuhan.

Manusia dapat berbicara, menggerakkan otot tubuh bagian tertentu, makan dan melakukan gerakan-gerakan lainnya berkat adanya saraf kranial. Setelah instruksi otak yang dibawa saraf kranial sampai ke anggota tubuh tertentu, bagian itu kemudian bereaksi terhadap rangsangan dan oleh sebab itu tubuh kita bisa berfungsi sebagaimana mestinya seperti saat ini.

Karena saraf kranial ada 12 pasang dan terhubung pada pancaindera, fungsi tubuh menjadi maksimal. Dan berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai apa saja 12 pasang saraf kranial tersebut berikut fungsi setiap jenisnya.

1. Saraf Kranial I : Olfaktori

Olfaktori adalah saraf kranial jenis pertama yang terhubung dengan indera penciuman atau hidung. Jika pada cerebrum atau otak besar terdapat dua saraf kranial, maka olfaktori adalah salah satunya, yakni saraf yang memperoleh informasi bau tertentu yang kemudian dikirim ke bulbus olfaktorius.

Dari sana akan dilanjutkan ke area limbik sehingga akhirnya memampukan manusia mencium wewangian maupun berbagai macam aroma.

2. Saraf Kranial II : Optik

Selain indera penciuman, indera penglihatan pun dapat berfungsi normal karena adanya peran salah satu saraf kranial, yakni saraf optik. Saraf kranial kedua adalah penerima rangsangan yang masuk ke retina dan membawanya menuju otak agar otak dapat memperoleh informasi.

Saraf optik memiliki peran sebagai pembawa sinyal elektrik yang dikirimkan dari retina ke otak dan informasi visual yang sudah otak terima dapat memampukan manusa melihat objek tertentu. Saraf optik berpotensi rusak dan jika gangguan atau kerusakan ini terjadi, maka risiko indera penglihatan untuk menurun atau bahkan hilang sangat tinggi.

3. Saraf Kranial III : Okulomotor

Saraf okulomotor juga memfungsikan indera penglihatan, terutama fungsi motorik, sehingga ketika saraf ini berkelainan maka sebagai akibatnya seseorang akan mengalami ptosis, penglihatan kabur, hingga risiko penglihatan ganda.

Saraf okulomotor yang berfokus pada fungsi motorik memampukan manusia untuk mengedipkan dan menggerak-gerakkan mata sesuai kebutuhan. Bahkan ketika kita dapat melihat suatu benda secara fokus, hal ini berkat fungsi saraf okulomotor.

Saraf ini pun yang membuat manusia mampu membuka dan menutup kelopak mata, melihat ke atas, bawah dan samping. Kemampuan pupil mata dalam merespon cahaya juga berasal dari fungsi saraf kranial ketiga yang asalnya dari otak bagian depan sisi tengah dan bergerak untuk sampai pada rongga mata.

4. Saraf Kranial IV : Troklear

Satu lagi saraf kranial yang juga berfokus pada kemampuan indera penglihatan, yakni saraf troklear asal letaknya dari otak tengah bagian belakang dan bergerak menuju rongga mata. Saraf pengontrol otot mata ini yang memampukan manusia untuk bisa menggerakkan mata ke atas, bawah dan samping secara normal. Beberapa risiko yang bisa terjadi ketika saraf troklear bermasalah atau rusak adalah mata juling (strabismus) atau penglihatan ganda.

5. Saraf Kranial V : Trigeminal

Sebagai saraf terbesar pada saraf kranial, fungsi yang dibawa saraf kranial jenis trigeminal adalah fungsi motorik maupun sensorik. Berikut ini adalah tiga bagian dari saraf trigeminal yang juga sebaiknya dipahami berikut fungsinya masing-masing :

point di bawah opas, revisi

  • Oftalmik, yakni bagian saraf trigeminal yang membawa informasi sensorik dari kelopak mata atas, kening, dan kulit kepala.
  • Maksila, yakni bagian saraf trigeminal yang membawa informasi sensorik dari rongga hidung, bibir atas, pipi, dan kelopak mata bawah.
  • Mandibula, yakni bagian saraf trigeminal yang membawa informasi motorik sekaligus sensorik dari area bawah wajah yang meliputi rahang (tepatnya pada area otot dekat telinga), dagu, leher atas, mulut, bibir bawah, dan lidah.

Ketiganya adalah bagian penting saraf trigeminal yang memampukan manusia merasakan panas, dingin, hingga nyeri apabila saraf ini berfungsi secara normal dan dalam kondisi yang baik. Namun ketika saraf trigeminal terganggu, penderitanya akan mengalami kesulitan membuka mulut, kesulitan mengunyah, dan kesulitan makan.

6. Saraf Kranial VI : Abdusen

Saraf abdusen adalah jenis saraf kranial yang berkaitan dengan indera penglihatan sebab saraf ini adalah pengontrol otot mata rektus lateral. Saraf abdusen yang asalnya dari satu bagian batang otak (pons) memanjang sampai ke otot rektus lateral di rongga mata ini berfungsi utama sebagai penggerak mata ke samping. Namun sebagai risiko jika saraf abdusen bermasalah, penderitanya dapat mengalami mata juling dan diplopia.

7. Saraf Kranial VII : Fasialis

Manusia dapat menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda-beda di mana hal ini terkait peran saraf fasialis. Saraf kranial yang berasal dari pons pada batang otak ini merupakan pengontrol ekspresi wajah secara menyeluruh, tak terkecuali pengatur gerakan saat mata menutup.

Oleh sebab itu, Bell’s palsy adalah suatu penyakit atau gangguan pada mata yang disebabkan oleh kelumpuhan saraf fasialis di mana gejala terjadi pada satu sisi wajah. Saraf fasialis pada dasarnya memiliki tiga fungsi, yakni :

  • Pengendali gerakan otot wajah dan mata (maka seseorang dapat memasang wajah masam dan cemberut atau tersenyum)
  • Pendukung produksi air liur dan air mata
  • Perangsang rasa di bagian lidah (sehingga seseorang dapat mencicipi berbagai macam rasa makanan/minuman).

8. Saraf Kranial VIII : Vestibulokoklear

Saraf vestibulokoklear merupakan saraf yang terdiri dari dua bagian dan tugas utamanya adalah memfungsikan pendengaran dan keseimbangan tubuh. Vestibular adalah satu bagian yang menjadi pengakumulasi informasi di telinga bagian dalam agar tubuh memiliki keseimbangan yang baik.

Sementara koklea adalah bagian lainnya yang berfungsi untuk mendengar dan memahami suara. Ketika seseorang mengalami vertigo, ketulian, tinnitus, atau bahkan penyakit Meniere, maka artinya saraf vestibulokoklear mengalami gangguan atau kerusakan.

9. Saraf Kranial IX : Glosofaringeal

Saraf glosofaringeal adalah jenis saraf kranial yang berasal dari medulla oblongata dan bergerak ke tenggorokan serta leher. Saraf ini memampukan manusia untuk dapat mengecap (merasakan makanan atau minuman atau apapun yang masuk ke dalam mulut) dan menelan.

Memiliki fungsi motorik dan sensorik, fungsi motorik saraf ini lebih kepada sebagai pengirim informasi dari kelenjar air liur dan gerakan otot tenggorokan bagian belakang, sementara fungsi sensoriknya adalah sebagai pengirim informasi dari belakang lidah, rongga telinga tengah, telinga luar, dan tenggorokan bagian belakang. Jadi bila saraf ini rusak atau terganggu, seseorang akan kesulitan merasakan makanan/minuman apalagi menelannya.

10. Saraf Kranial X : Vagus

Saraf kranial dengan cabang yang cukup banyak (otonom, motorik dan sensorik) dan merupakan saraf kranial terpanjang ini mencakup lebih banyak fungsi daripada saraf kranial jenis lain. Saraf vagus juga dikenal sebagai saraf parasimpatik, yakni saraf yang memanjang dari otak sampai sistem pencernaan manusia.

Dengan menjadi saraf kranial terpanjang, saraf vagus mengontrol lebih banyak organ, seperti otak, pita suara, pencernaan, jantung, paru-paru, dan bahkan tenggorokan serta lidah. Jadi, fungsi-fungsi dari saraf vagus antara lain meliputi :

  • Sebagai pengontrol lambung dan usus.
  • Sebagai pengontrol tekanan darah.
  • Sebagai pengontrol detak jantung.
  • Sebagai perangsang kelenjar endokrin sehingga hormon pendukung metabolisme terproduksi secara normal dalam kadar yang stabil.
  • Sebagai pengontrol gerakan pita suara.
  • Sebagai pengontrol paru-paru.

Saraf vagus yang mengalami masalah atau kerusakan dapat berakibat pada masalah pencernaan, masalah jantung, perubahan suara (biasanya menjadi parau), sesak nafas (karena memengaruhi paru-paru), hingga kesulitan menelan.

11. Saraf Kranial XI : Aksesorius

Saraf aksesorius adalah jenis saraf kranial yang berkaitan dengan tulang belakang sehingga perannya sangat besar dalam fungsi motorik. Saraf ini bertanggung jawab menjadi pengontrol otot bahu, kepala, dan leher sehingga ketiga bagian ini dapat bergerak dengan normal.

Selain itu, saraf aksesorius juga memiliki peran dalam kemampuan manusia untuk menelan karena otot laring dan faring dipengaruhi oleh saraf kranial satu ini. Jika saraf aksesorius rusak atau terkena gangguan, akibatnya kelemahan otot leher hingga punggung bisa terjadi dan risiko terbesarnya adalah kelumpuhan.

12. Saraf Kranial XII : Hipoglosus

Saraf kranial tipe terakhir adalah hipoglosus, yakni saraf yang ada di medulla oblongata dan bergerak menuju rahang serta lidah. Jadi ketika lidah kita bisa bergerak leluasa, otot-ototnya dipengaruhi oleh saraf hipoglosus yang jika saraf ini rusak, maka penderitanya akan mudah tersedak, sulit menelan, dan/atau afasia (gangguan komunikasi).

Dengan melihat jenis-jenis saraf kranial dan fungsinya di atas, kita tahu bahwa kualitas hidup manusia dalam kesehariannya sangat ditentukan oleh saraf ini.

fbWhatsappTwitterLinkedIn