Kerajaan Indragiri: Sejarah, Pendiri, Letak, dan Peninggalan

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kerajaan Indrgiri merupakan salah satu kerajaan tua yang menganut agama Islam yang letaknya di Riau. Merlang I merupakan pendiri sekaligus raja pertama yang memiliki kedudukan di Malaka.

Raja – raja selanjutnyalah yang mewarisi tradisi tersebut. Dan datuk patihlah yang menjalankan urusan pemerintahan sehari – hari, yang sekarang ini disebut dengan perdana menteri. Letak Kerajaan Indragiri beradaa di Kabupaten Indragiri Hilir dan Hulu yang saat ini dinamakan Provinsi Riau.

Pada kesempatan kali ini kami akan menjabarkan mengenai sejarah dan perjuangan dari Kerajaan Indragiri beserta peninggalan sejarahnya. Yuk kita simak pembahasan berikut ini!

Sejarah Kerajaan Indragiri

Pada akhir abad ke – 13, Kerajaan Indragiri mulai didirikan. Namun, yang perlu kalian ketahui bahwa kerajaan ini baru mulai tumbuh menjadi kerajaan yang menganut agama Islam pada abad ke – 15.

Pada mulanya, pengaruh agama Islam masuk ke Kerajaan Indragiri kemungkinan diperkirakan karena adanya pengaruh dari Kesultanan Samudera Pasai dan juga Aceh Darussalam.

Berdasaran berita yang disebarkan oleh Tome Pires, sumber sejarah dari terbentuknya Kerajaan Indragiri itu sendiri karena kerajaan ini rajin dan secara berkala memberikan dan menyebarkan upeti kepada Kerajaan Malaka.

Bahkan, istana kerajaan dari Kerajaan Indragi itu sendiri baru dibangun oleh Sulltan Indragiri IV yang bernama Nara Singa II. Seiring dengan pembangunan istana kerajaan tersebut, Rumah Tinggi yan terletak di Kampung Dagang juga didirikan. Pada periode saat itu juga, Raja Indragiri yang memimpin kerajaan tersebut mulai bertempat tinggal di ibu kota kerajaan yang saat ini bernama Pekan Tua.

Pendirian Kerajaan Indragiri

Berdasarkan dari catatan perjalanan yang ditulis oleh Tome Pires yang berjudul Suma Oriental kawasan Indragiri, Kerajaan Indragiri dan wilayahnya digadanng – gadang masih menjadi bagian dari kawasan pelabuhan raja Minangkabau hingga tahun 1515.

Akan tetapi, kerajaan tersebut sudah diberi kekuasaan dan kebebasan untuk mengatur berbagai macam urusan baik dalam maupun luar negeri.

Wilayah kerajaan tersebut dilalui oleh Batang Kuantan atau yang dikenal dengan nama Sungai Indragiri yang berada pada kawasan hilir yang mana masih memiliki berbagai hasil bumi terutama yang dihasilkan dari kawasan pedalaman Minangkbau.

Kawasan tersebutlah yang dahulu rajin didistribusikan melalui sungai yang memiliki hulu pada Danau Singkarak yang saat ini sudah menjadi wilayah Provinsi Sumatera Barat dan bermuara di Pulau Sumatera yang terletak di kawan pesisir timur.

Hubungan dengan Portugis dan Belanda

Sebenarnya Kerajaan Indragiri ini memiliki hubungan yang cukup erat dengan Portugis terutama sebelum tahun 1641. Kerajaan Indragiri mampu menghasilkan berbagai macam produk dan barang komoditas mulai dari lilin, emas, hingga kayu gaharu.

Hingga sekitar tahun 1765, ibu kota Kerajaan Indragiri dipindahkan oleh Sultan Hasan Salahuddin Kramat Syah ke Japura. Kemudian kerajaan ini perlahan – lahan mulai membangun hubungan dengan VOC terutama saat Malaka mulai dikuasai oleh Bangsa Belanda.

Karena hubungannya dengan VOC yang cukup baik, membuat VOC memberanikan diri untuk mendirikan kantor dagang pada wilayah Indragiri sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1664.

Sehingga pada periode itu juga, Belanda mulai berani untuk campur tangan dengan segala urusan internal dari kerajaan Indragiri ini terutama saat masa pengangkatan Sultan Muda yang memiliki kedudukan di Peranap tepatnya berada di perbatasan wilayah Hilir hingga Japura.

Jatuh ke Tangan Belanda

Setelah sebelumnya ibu kota Kerajaan Indragiri dipindahkan ke Japura, kini ibu kotanya kembali dipindahkan ke wilayah Rengat oleh Sultan Indragiri XVII yang beranama lain Sultan Ibrahim tepatnya pada tanggal 5 Januari 1815.

Tak hanya itu, dahulu Sultan Ibrahim sempat mengikuti salah satu pertempuran yang bernama Perang Teluk Ketapang. Perang tersebut ditujukan untuk memperubatkan kembali Malaka yang telah dikuasai oleh Belanda tepatnya pada 18 Juni 1784 silam.

Kemudian pada tanggal 27 September 1838 munculah Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan yang bernama Tractat van Vrede en Vriendschap sehingga mampu menghilangkan kekuasan politik Indragiri.

Pada dasarnya, perjanjian tersebu menandai bahwa pemerintahan dan juga kekuatan politik dari Kerajaan Indragiri kini sudah dikuasai di atas wewenang Hindia – Belanda. Karena sebetulnya Belanda juga menempatkan seseorang sebagai Controller yang diberikan tugas untuk segala jenis jawatan yang ada pada wilayah Indragiri itu sendiri.

Peninggalan

Setelah mengetahui bagaimana sejarah pendirian Kerajaan Indragiri dan bagaimana kerajaan tersebut mempertahankan kerajaannya, kita perlu mengetahui juga apa saja peninggalan sejarah Kerajaan Indragiri agar kita dapat mengenang dan menghormati perjuangan para pahlawan yang sudah berjuang melawan penjajah.

Berikut beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Indragiri yang perlu kita ketahui antara lain sebagai berikut :

  • Istana Indragiri yang saat ini dapat kita jumpai di Kabupaten Indragiri Hulu, tepatnya Provinsi Riau
  • Rumah Tinggi yang terletak di Rengat, Indragiri Hulu. Rumah Tinggi tersebut memiliki gaya arsitektur khas Melayu yang menyimpan berbagai macam benda peninggalan sejarah lainnya misalnya senjata.
  • Masjid Raja Peranap yang dibangun oleh seorang mualaf asal Tionghoa dengan menggabungkan gaya arsitektur dan ornamen Tionghoa dan Melayu.

Demikian sejarah Kerajaan Indragiri yang dapat kita pelajari beserta perjuangan dan beberapa peninggalannya. Peninggalan tersebut dapat kita jadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga terutama agar kita semakin cinta terhadap tanah air tercinta dengan menjunjung jiwa nasionalisme yang tinggi. Semoga bermanfaat!

fbWhatsappTwitterLinkedIn