Daftar isi
Kesultanan Malaka atau kerajaan Malaka adalah salah satu kerajaan Islam yang cukup berpengaruh bagi perniagaan di selat Malaka pada abad ke 15.
Berikut kita akan membahas tentang sejarah Kesultanan Malaka.
Latar Belakang Kesultanan Malaka
Pada abad ke 13 Kerajaan Sriwijaya hancur setelah ditaklukkan oleh kerajaan Majapahit.
Seseorang bernama Parameswara, putra Sam Ragi melarikan diri ke Malaka.
Parameswara datang dari Sriwijaya bersama pengikutnya.
Kedatangan parameswara dan pengikutnya memberikan pengaruh kuat di Malaka.
Masyarakat asli yaitu suku Laut yang mata pencahariannya sebagai nelayan mendapat ilmu baru yaitu bercocok tanam.
Mereka menanam tanaman-tanaman baru yang belum pernah mereka kenal.
Antara lain tanaman pisang, tebu dan rempah-rempah.
Parameswara dan pengikutnya meningkatkan kualitas hidup sosial dan ekonomi masyarakat suku Laut.
Pada masa ini biji timah juga ditemukan di daratan malaka dan dijadikannya sebagai komoditas perdagangan.
Malaka mulai ramai disinggahi kapal para pedagang dari arab dan Cina. Hubungan perdagangan pun ramai sampai di daratan Sumatra.
Raja-raja yang memerintah Kesultanan Malaka
Berikut ini adalah raja-raja yang pernah menduduki kesultanan Malaka, diantaranya:
1. Iskandar Syah (1396-1414 M)
Parameswara mengganti namanya menjadi Iskandar Syah setelah ia memeluk agama Islam.
Ia memeluk agama Islam setelah banyak berinteraksi dan belajar dari pedagang-pedagang Islam yang singgah di Malaka.
Iskandar Syah menjalin hubungan dagang dan politik yang baik dengan Cina. Hal ini berdampak baik bagi keamanan Kerajaan Malaka.
2. Muhamad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Muhamad Isakandar Syah menjadi raja menggantikan ayahnya yaitu Iskandar Syah.
Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai seluruh semenanjung Malaka.
Raja ke dua ini juga menikahi putri kerajaan Samudra Pasai yang pada saat itu adalah kerajaan Islam terbesar.
Pernikahan politik ini bertujuan untuk menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka.
3. Sultan Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Mendapatkan kedudukan sebagai raja setelah menggulingkan kekuasaan Muhamad Iskandar Syah pada tahun 1424.
Sultan Mudzafat Syah adalah raja Malaka pertama yang memiliki gelar Sultan.
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Malaka memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Pahang, Indragiri dan Kampar.
4. Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Sultan Mansyur Syah menggantikan ayahnya yaitu Sultah Mudzafat Syah.
Pada masa pemerintahannya, kesultanan Malaka berada di puncak kejayaan.
Sultan Mansyur Syah berhasil menaklukan kerajaan Siam dan memperluas wilayahnya sampai ke semenanjung Malaka dan Sumatra tengah.
5. Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M)
Sultan Alaudin Syah menggantikan kedudukan ayahnya yaitu Sultan Mansyur Syah untuk memerintah Kerajaan.
Tetapi pada masa pemerintahannya ia justru membawa kemunduran bagi kerajaan Malaka.
Karena ketidak cakapannya saat memerintah, satu persatu wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka melepaskan diri.
6. Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Sultan Mahmud Syah adalah putra dari Sultan Alaudin Syah. Sultan Mahmud Syah dikenal juga sebagai Sultan Johor.
Masa pemerintahannya adalah masa tersuram bagi Kesultanan Malaka.
Wilayah kekuasaannya hanya tersisa sebagian kecil di Semenanjung Malaka. Pada tahun 1511 Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis.
Masa Kejayaan Kesultanan Malaka
Masa kejayaan kerajaan Malaka atau kesultanan Malaka berawal sejak Parameswara menjalin hubungan baik dengan Cina dalam hal perdagangan, pelayaran dan politik.
China memberikan perlindungan kepada kerajaan Malaka untuk menghindari serangan kerajaan Siam.
Kerajaan Malaka juga ramai disinggahi para pedagang Islam yang tidak hanya berdagang tetapi juga menyebarkan ajaran Islam.
Prameswara turut belajar dan akhirnya memeluk agama Islam. Ia mengubah namanya menjadi Iskandar Syah setelah memeluk agama Islam.
Agama yang dianut oleh raja menjadi agama resmi kerajaan yang kemudian diikuti oleh seluruh rakyatnya.
Putra Iskandar Syah yaitu Muhamad Iskandar Syah yang juga menjadi raja ke dua menikahi putri kerajaan Samudra Pasai.
Samudra Pasai pada saat itu adalah kerajaan Islam terbesar yang memegang peranan penting di perniagaan.
Pernikahan politik ini membawa dampak besar bagi kerajaan Malaka sehingga bisa menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka.
Malaka menjadi pintu masuk perdagangan ke negeri rempah-rempah sejak itu, pedagang-pedagang dari China dan Arab semakin banyak yang singgah.
Kesultanan Malaka semakin berkembang pada masa pemerintahan Sultan Mudzafat Syah pada tahun 1424.
Sultan Mudzafat Syah mendapatkan kedudukan raja setelah menggulingkan Muhamad Iskandar Syah.
Seorang Laksamana bernama Hang Tuah yang memiliki keahlian di bidang maritim ikut berperan pada masa pemerintahan Sultan Mudzafat Syah.
Wilayah kekuasaannya sampai ke Pahang, kerajaan-kerajaan kecil di Sumatera, Kampar hingga Siak dan Rokan.
Sultan Mansyur Syah meneruskan kepemimpinan ayahnya yaitu Sultan Mudzafat Syah.
Sultan Mansyur Syah yang memerintah pada tahun 1458-1477 M berhasil membawa Kesultanan Malaka di Puncak Kejayaan.
Selain berhasil menaklukkan kerajaan Siam, wilayah yang dikuasai juga semakin luas.
Kerajaan Malaka pada masa ini juga memiliki peranan penting untuk mengatur beberapa wilayah.
Wilayah-wilayah tersebut mencakup:
- Semenanjung Tanah Melayu
- Daerah kepulauan Riau
- Pesisir Timur
- Brunei
- Sarawak
- Tanjung Pura di Kalimantan Barat.
Pada puncak kejayaannya, kesultanan Malaka menjadi pusat niaga di Asia Tenggara sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam.
Kesultanan Malaka memiliki paham politik yang mengedepankan hidup berdampingan dengan damai.
Termasuk hubungan diplomatik dan pernikahan dengan kerajaan-kerajaan lain menjadikan kesultanan Malaka semakin Berjaya.
Kerajaan Malaka juga memiliki tentara bayaran yang berasal dari jawa.
Dalam hal ekonomi, kesultanan Malaka mendapatkan pemasukan kas untuk kerajaan dari memungut pajak dan bea cukai barang yang masuk dan keluar.
Sebab Runtuhnya Kesultanan Malaka
Kesultanan Malaka mulai melemah saat dipimpin oleh Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M) menggantikan ayahnya Sultan Mansyur Syah.
Beberapa wilayah kekuasaan dan kerajaan-kerajaan kecil memisahkan diri dari Malaka.
Di bawah Sultan Alaudin Syah, perdagangan dan pelayaran mulai tidak teratur karena kurang cakap mengatur perniagaan.
Putra Sultan Alaudin Syah yaitu Sultan Mahmud Syah menggantikan kepemimpinan pada tahun1488.
Wilayah kekuasaannya hanya tersisa sebagian kecil di semenanjung Malaya.
Malaka sudah tidak memiliki kekuatan dan bala bantuan sehingga menjadi sasaran empuk bagi Portugis saat itu.
Pada tahun 1511 Portugis berhasil menaklukkan Kesultanan Malaka, Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan dikenal juga sebagai Sultan Johor.
Peninggalan Kesultanan Malaka
Kesultanan Malaka berdiri dan menjadi kerajaan Islam terbesar setelah Samudra Pasai.
Tak hanya menguasai perdagangan, tetapi Malaka menjadi pusat penyebaran agama Islam
Kebudayaan Islam Melayu sangat berpengaruh tak hanya di wilayah Malaka saja, tetapi hingga ke Sumatera.
Berikut adalah bukti peninggalan Kerajaan Malaka yang tersebar sampai ke wilayah Indonesia.
- Masjid Baiturahman Aceh
Terletak di kota Banda Aceh saat ini, dibangun pada abad ke 16 sebagai simbol agama dan kebudayaan. Masjid ini berada dekat dengan kerajaan Aceh.
Bukti bahwa kebudayaan Melayu berpengaruh sampai ke Aceh.
- Masjid Deli
Masjid Agung Deli tereltak di kota Medan, disebut juga Masjid Raya Al-Mahmun.
Merupakan sejarah kehebatan suku Melayu
- Masjid Johor Baru
Masjid Johor Baru terletak di wilayah Malaysia dan saat ini menjadi warisan sejarah yang dilindungi oleh negara Malaysia.
Masjid ini didirikan oleh Sultan Johor, yang juga keturunan raja dari Kesultanan Malaka.
- Benteng A’Farmosa
Benteng A’Farmosa yang dibangun oleh Portugis di kota Melaka, benteng ini adalah bukti penaklukan Portugis terhadap kesultanan Malaka
Benteng ini juga merupakan arsitektur Eropa tertua di Asia.
Kesultanan Malaka selain berjaya di perniagaan juga sebagai pusat penyebaran agama Islam Melayu
Cerita tentang Hikayat dan kepahlawanan Hang Tuah adalah bukti peninggalan kebudayaan Melayu pada jaman Kesultanan Malaka.
- Mata Uang
Mata uang yang ditemukan di benteng A’Farmosa adalah bukti peninggalan kejayaan Kesultanan Malaka dalam bidang perdagangan.