Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah membutuhkan makanan. Sama halnya dengan ciri-ciri kelompok makhluk hidup lain, anggota kingdom protista juga membutuhkan makanan sebagai sumber nutrisi dan energi untuk menjalankan proses biokimia di tubuhnya.
Dilihat dari cara mendapatkan makanan, kingdom protista terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Protista Autotrof
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat energi atau makanannya sendiri, biasanya dengan cara mengubah sinar matahari menjadi komponen yang dapat digunakan.
Cara yang paling umum dilakukan adalah melalui proses fotosintesis pada ciri-ciri kehidupan tumbuhan.
Anggota dari kingdom protista yang bersifat autotrof adalah kelompok protista mirip tumbuhan atau alga.
Alga hijau organisme tersebut menggunakan pigmen klorofil a dan klorofil b untuk membantu dalam proses fotosintesis.
Pigmen klorofil tersebut juga menyebabkan alga memiliki warna hijau.
Alga hijau dapat berupa uniseluler, multiseluler, atau hidup dalam koloni. Alga hijau dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual.Selanjutnya adalah alga merah.
Organisme ini kekurangan jenis klorofil tertentu sehingga bergantung pada panjang gelombang cahaya merah untuk berfotosintesis dan menghasilkan energi.
Karena gelombang cahaya merah mampu masuk lebih dalam ke lautan, alga merah dapat hidup di perairan yang lebih dalam daripada alga hijau.
Jumlah cahaya yang diserap oleh alga tergantung pada pigmen yang ditemukan dalam alga, beberapa alga menyerap lebih banyak cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Klorofil paling banyak menyerap cahaya biru dan merah, sedangkan karotenoid paling banyak menyerap cahaya biru dan hijau, dan phycobiliprotein menyerap cahaya biru atau merah.
Hasil fotosintesis berupa pati akan disimpan dalam bentuk amilosa atau amilopektin.
2. Protista Heterotrof
Protista heterotrof tidak mampu membuat makanan mereka sendiri. Untuk hidup, mereka harus mendapatkan karbon yang mengandung nutrisi dari lingkungan atau dengan memakan organisme hidup lainnya.
Protista seperti paramecium menggunakan silia untuk mendapatkan makanan.
Paramecium memiliki trichocyst, yang merupakan silia khusus yang berfungsi untuk melumpuhkan atau membunuh mangsa.
Organisme ini menggunakan silia mereka untuk membuat arus yang membawa mangsa menuju ke arah mulut.
Pencernaan organisme ini mengandung enzim yang memecah makanan menjadi komponen yang lebih kecil yang kemudian dapat digunakan protista sebagai nutrisi.
Setelah makanan dicerna, limbah dikeluarkan dari sel melalui sitopiri, yang berfungsi sebagai anus.
Beberapa amuba melakukan fagositosis untuk menelan mangsa. Amuba akan membungkus mangsa menggunakan pseudopodia.
Setelah masuk ke dalam amuba, manga akan dicerna dalam vakuola. Contoh lainnya pada Foraminifera, amuba tersebut memiliki cangkang yang membuat fagositosis sedikit lebih rumit, sehingga amuba ini memperpanjang pseudopodia yang disebut filopodia.
Beberapa spesies protista seperti dinoflagellata membentuk struktur berbentuk tabung yang digunakan untuk mengambil nutrisi dari mangsa.
3. Protista saprofit dan parasit
Dari 3 jenis protista, yang bersifat saprofit adalah protista mirip jamur terutama myxomycota.
Jamur tersebut mampu bergerak melalui ranting dan daun yang membusuk untuk mendapatkan bahan organik sebagai sumber makanannya.
Dalam kondisi yang sesuai, myxomycota akan membentuk plasmodium yang dapat tumbuh dan menyebar.
Selama kondisi yang tidak menguntungkan, plasmodium berdiferensiasi dan membentuk tubuh buah yang mengandung spora di ujungnya.
Protista juga dapat bersifat parasit, di mana organisme tersebut membutuhkan inang untuk mengambil nutrisinya.
Keuntungan dan kerugian protista dapat menimbulkan penyakit bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.
Contohnya adalah Trypanosoma yang menyebabkan penyakit chagas, Plasmodium yang menyebabkan malaria, dan Entamoeba yang menyebabkan diare.