Daftar isi
Kita sering kali mendengar istilah Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Kita berpikir bahwa Dunia Pertama adalah kelompok negara-negara kaya dan maju dengan posisi politik dan ekonomi yang kuat.
Sementara Dunia Ketiga adalah istilah untuk menggambarkan negara-negara berkembang, serta posisi politik dan ekonomi mereka yang tidak terlalu kuat di mata dunia.
Pada pertengahan abad ke-20, setelah Perang Dunia II, dunia terpecah menjadi dua kubu, yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Keduanya merupakan dua dunia yang benar-benar berbeda dengan ideologi yang bertolak belakang dan saling berebut pengaruh selama Perang Dingin.
Blok Barat cenderung beraliran liberal dan kapitalis, sementara Blok Timur menganut paham komunis dan sosialis. Perang Dingin di antara keduanya ditandai dengan pidato “Tirai Besi” dari Winston Churchill. Ia menggambarkan kedua kubu merupakan negara yang sama-sama kuat, tangguh, dan kokoh ibarat tirai besi.
Pada 1952, Alfred Sauvy, ahli demografi Prancis, menciptakan istilah ‘Tiga Dunia’ yang digunakan untuk menggambarkan tiga wilayah di Prancis pra-revolusioner. Dua kelas pertama beranggotakan kaum bangsawan dan pendeta, sementara orang lain selain golongan bangsawan dan pendeta berada di kelas ketiga.
Model Tiga Dunia tersebut kemudian diadopsi untuk diterapkan guna menggambarkan keadaan dunia kapitalis (Blok Barat) sebagai Dunia Pertama dan dunia komunis (Blok Timur) sebagai Dunia Kedua. Sedangkan Dunia Ketiga ditujukan pada negara-negara netral dan tidak terlibat dalam Perang Dingin.
Model Tiga Dunia seringnya digunakan untuk menggambarkan tingkat perkembangan ekonomi negara-negara di dunia dan situasi mereka selama Perang Dingin berlangsung. Namun, perlu diingat bahwa Model Tiga Dunia Sauvy berbeda dengan Teori Tiga Dunia dari Mao Zedong.
Selama Perang Dingin berlangsung, Alfred Sauvy membagi Model Tiga Dunia dengan kriteria yang cukup sederhana, yaitu:
Setelah Perang Dingin berakhir, definisi dan pengkategorian Model Tiga Dunia mengalami pergeseran dan perkembangan. Sebagai contoh, negara-negara yang saat ini termasuk dalam Dunia Pertama, sebagian bukan merupakan anggota NATO. Selain itu, tidak semua negara dalam kategori Dunia Ketiga bersifat netral.
Istilah Dunia Pertama awalnya digunakan untuk menggambarkan negara-negara yang beraliansi dengan NATO atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara dan menentang Uni Soviet. Namun, saat ini istilah ‘Dunia Pertama’ digunakan untuk menggambarkan negara-negara maju.
Dikutip dari Kamus Merriam Webster, negara-negara Dunia Pertama dikenal sebagai “negara-negara industri maju atau sering dianggap Negara Barat”. negara-negara tersebut dianggap memiliki risiko politik rendah, standar hidup yang tinggi, sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik, dan memiliki stabilitas ekonomi.
Selama Perang Dingin, istilah Dunia Ketiga digunakan untuk menggambarkan dan mengelompokkan negara-negara di dunia yang bersifat netral atau tidak bersekutu baik dengan Uni Soviet maupun NATO. Namun, saat ini penggunaan istilah Dunia Ketiga mengalami sedikit perluasan.
Meski tidak ada kesepakatan pasti secara universal, saat ini negara-negara Dunia Ketiga didefinisikan sebagai kumpulan negara-negara berkembang atau belum berkembang. Mereka dapat diidentifikasi dari basis industri yang tidak terlalu berkembang, PDB per kapita dan Indeks Pembangunan Manusia yang rendah.
Negara-negara Dunia Ketiga juga memiliki karakteristik yang hampir sama, seperti tingkat populasi yang tinggi, akses terhadap air bersih yang rendah, tingkat dan mutu pendidikan yang rendah, tingkat korupsi di pemerintahan tinggi, jumlah kecelakaan lalu lintas tinggi, dan kemiskinan yang tinggi.
Terdapat beberapa negara di dunia yang mana dominasi politik dan ekonomi mereka tidak berada di posisi teratas maupun posisi terbawah. Melainkan berada di tengah-tengah, dan sering disebut dengan negara-negara Dunia Kedua.
Meski istilah Dunia Kedua tidak terlalu sering digunakan, namun seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, istilah Dunia Kedua digunakan untuk menggambarkan negara-negara industri sosialis yang berada di bawah pengaruh Uni Soviet selama Perang Dingin berlangsung.
Mereka cenderung lebih stabil dan berkembang jika dibandingkan dengan negara-negara Dunia Ketiga. Namun demikian, tidak juga berada pada tingkat politik dan ekonomi yang sama dengan negara-negara Dunia Pertama.
Negara-negara Dunia Kedua sering juga disebut dengan ‘Pasar Negara Berkembang’, dan secara bertahap sistem perekonomian mereka mengalami perkembangan dan semakin mendekati status Dunia Pertama.
Saat ini, beberapa pihak melihat Model Tiga Dunia hanya sebagai sebuah peninggalan kuno Perang Dingin. Karena tidak adanya konsensus nyata tentang negara mana saja yang termasuk dalam setiap kelompok, saat ini tidak lagi sering terdengar penggunaan istilah Dunia Pertama atau Dunia Kedua.
Sementara istilah Dunia Ketiga masih sering digunakan untuk mencitrakan negara-negara berkembang. Meski sebagian besar akademis lebih suka menggunakan istilah ‘negara berkembang’ atau ‘negara berpenghasilan rendah’.
Model Tiga Dunia juga sudah tidak bisa lagi diterapkan dalam dunia yang telah mengalami urbanisasi dengan cepat, di mana kota-kota besar telah muncul sebagai kekuatan tersendiri. Sehingga perubahan ini telah meruntuhkan asumsi dasar Model Tiga Dunia.
Para pengamat percaya bahwa dengan meninggalkan Model Tiga Dunia Abad ke-20 dan membuat model baru Abad ke-21 adalah langkah yang tepat. Model baru tersebut terdiri dari 3 Jaringan non-negara, yang terdiri dari wilayah metropolitan dan beroperasi secara ekonomi di tingkat global (pertama), nasional (kedua), dan regional (ketiga).
Jaringan pertama merupakan jaringan global yang terdiri atas kota-kota besar yang mampu mendorong pertumbuhan PDB, inovasi, dan karya kreatif dunia. Jaringan ini dibangun dan dihubungkan oleh lalu lintas perekonomian yang padat dan arus data yang deras, seperti bursa global, pusat media, beberapa universitas besar, dan kantor pusat perusahaan multinasional.
Orang-orang yang tinggal di Jaringan Pertama sering kali memiliki banyak kesamaan dengan mereka yang tinggal di kota-kota besar lainnya, dibandingkan dengan komunitas kota sekitar yang berdekatan dengan mereka. Mereka sangat cocok dengan ekonomi global. Bekerja, bersaing dan berkolaborasi dalam pasar tenaga kerja global adalah hidup mereka.
Jaringan kedua terdiri atas wilayah metropolitan besar dan signifikan yang secara nasional berperan penting bagi negara-bangsa mereka, meski bukan sebuah kota besar. Jaringan ini terhubung dengan ekonomi nasional melalui sistem perekonomian domestik yang melimpah, namun bukan sebagai pusat global bagi kantor pusat sebuah perusahaan.
Jaringan kedua mencakup wilayah metropolitan yang sangat besar, meski tidak sepenuhnya mengglobal. Mereka kuat secara ekonomi, meski tidak pula memiliki banyak perusahaan besar, universitas riset, pusat media, pasar bursa, dan lainnya. Mereka sangat terikat pada ekonomi nasional, serta bersaing dan berkolaborasi dalam ekonomi nasional.
Warga negara di Jaringan Kedua hidup dalam suatu perkumpulan di area metro yang signifikan secara nasional. Mereka cenderung menginginkan negara-bangsa bertindak dalam memecahkan masalah nasional dan lokal.
Jaringan Ketiga merupakan wilayah metropolitan paling signifikan secara regional, di mana penduduknya bekerja, bersaing dan berkolaborasi dalam ekonomi regional (lokal). Wilayah metropolitan Jaringan Ketiga memiliki lebih sedikit penduduk dan lebih sedikit hubungan dengan kota besar global lainnya.
Kawasan Jaringan Ketiga memiliki pertumbuhan yang tinggi di pasar negara berkembang, dan memiliki pertumbuhan yang lambat di negara-negara industri Barat. Hal ini karena globalisasi tidak populer di antara penduduk Jaringan Ketiga di Barat dibandingkan di negara-negara berkembang.
Keinginan warga Jaringan Ketiga sangat sederhana, mereka ingin negara-bangsa mereka mampu menyelesaikan masalah lokal dan nasional, demi terciptanya sistem politik dan ekonomi yang stabil.