Perang Dingin: Latar Belakang – Kronologi dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pada faktanya sejak dahulu kala dunia selalu di selimuti perang bahkan beberapa diantaranya masih ada yang berlangsung hingga saat ini. Perang terbesar di dunia meletus sebanyak 2 kali yang kita sebut sebagai perang dunia I dan perang dunia II. Setelah perang dunia II usai mungkin sebagian dari kalian berpikir bahwa sudah tidak ada negara-negara yang terlibat konflik lagi.

Hal itu salah karena sebenarnya masih ada perang setelah itu namun bukan lagi perang bersenjata. Perang tersebut dikenal dengan istilah perang dingin atau dalam bahasa Inggris disebut dengan cold war. Untuk benar-benar memahami apa sebenarnya itu perang dingin? Simak ulasan di bawah ini.

Apa itu Perang Dingin?

perang dingin

Perang dingin adalah sebuah peperangan non senjata yang terjadi setelah perang dunia II berakhir yaitu tahun 1945. Perang ini melibatkan antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Meski perang dunia sudah berakhir namun kedua negara besar ini masih memiliki ketegangan politik. Kondisi atau situasi ini lah yang disebut sebagai perang dingin. 

Perang Dingin muncul setelah JermanNazi menelan kekalahan dalam PD II dan menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Ketegangan di antara keduanya mendorong Uni Soviet bersama dengan aliansinya di Eropa Timur untuk membentuk COMECON sedangkan Amerika bersama dengan sekutunya di Blok Barat membentuk aliansinya yakni NATO pada tahun 1949.

Beberapa negara mendukung salah satu dari dua kubu ini dan sebagian lainnya mendirikan gerakan netral yang dikenal sebagai Gerakan Non Blok (GNB) yang salah satu anggota sekaligus penggagasnya adalah Indonesia. Perang dingin dibagi ke dalam 5 periode yakni tahun 1945–1953, 1953–1962, 1962–1979, 1979–1985 dan 1985–1991.

Latar Belakang Perang Dingin

Latar belakang perang dingin sebenarnya menuai beberapa perbedaan pendapat diantara para ahli sejarah. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa perang dingin meletus pasca Perang Dunia II usai sementara itu sejarawan lainnya mengatakan bahwa Perang Dingin sudah dimulai jauh sebelum itu yaitu ketika menjelang akhir Perang Dunia I. 

Menurut sejarawan latar belakang  terjadinya perang dingin yang pertama adalah Amerika Serikat bersama dengan sekutunya yakni Inggris dan Perancis  memenangkan Perang Dunia ke II. Amerika Serikat juga membantu memulihkan perekonomian negara-negara sekutunya setelah perang. Latar belakang yang kedua adalah negara-negara yang berada di bawah kekuasaan Jerman Nazi seperti Hogaria, Polandia, Rumania, Albania, Cekoslovakia, dan Bulgaria berhasil dilepaskan dan bergabung dengan Uni Soviet. 

Setelah negara-negara Eropa Timur bergabung dan mendirikan Uni Soviet, negara ini muncul sebagai negara adidaya yang tentunya mengancam posisi Amerika Serikat. Negara baru di luar Eropa satu-satu persatu mulai merdeka hingga memicu persaingan kedua negara besar ini untuk menanamkan pengaruhnya ke negara baru. 

Kedua negara ini memiliki ideologi yang sangat berbeda dimana Blok Timur yakni Uni Soviet memiliki paham komunisme sedangkan Blok Barat berpaham demokrasi kapitalisme. Kedua negara ini sama-sama berkeinginan kuat untuk menjadi penguasa dunia.   

Kronologi Perang Dingin

Meski ada perbedaan pendapat mengenai kapan sebenarnya Perang Dingin dimulai namun yang pasti perang ini muncul akibat renggangnya hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet yang sudah terjadi sejak pertengahan abad ke 19. Terlebih dengan adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi selama PD II yang diselimuti rasa saling curiga antara Blok Sekutu Barat dengan Uni Soviet semakin merenggangkan hubungan keduanya. 

Pada awal abad ke 20 Uni Soviet yang pada saat itu masih merupakan Rusia terjadi perang saudara yang melibatkan antara Tentara Merah yakni Partai Komunis Bolshevik dan Tentara Putih yang kontra dengan Partai Komunis Bolshevik dan pendukung ketsaran Rusia. Blok Barat memberikan dukungan kepada Tentara Putih sedangkan pemenang dari perang saudara ini adalah Tentara Merah. 

Pada tahun 1926 Tentara Merah yang sudah mendirikan Uni Soviet memberikan bantuan kepada salah satu pemberontak Inggris yang merupakan bagian dari Blok Barat. Hal ini memutuskan hubungan antara Uni Soviet dengan Britania Raya. Sebab hal ini juga lah pemimpin Uni Soviet kla itu yakni Joseph Stalin membatalkan niatnya untuk berdamai dengan negara-negara kapitalis. Peristiwa ini menjadi salah satu penyebab ketegangan dua blok ini semakin memanas dan memicu perang dingin yang terbagi ke dalam periode-periode seperti berikut ini. 

Periode 1945-1969

Dua tahun setelah perang dunia II berakhir tepatnya pada bulan September, Stalin membentuk Biro Informasi Partai Buruh dan Pekerja yang disebut dengan Kominform. Ini adalah forum resmi dari gerakan komunis global. Di tahun yang sama, Harry S. Truman selaku presiden Amerika Serikat didesak agar segera mengambil tindakan untuk mengimbangi pengaruh Uni Soviet. 

Pada Februari 1947 pihak Inggris resmi menyatakan ketidaksanggupannya lagi untuk mendukung biaya rezim militer monarki Yunani dalam Perang Saudara Yunani untuk melawan pemberontak komunis. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Amerika Serikat dengan sigap menerapkan kebijakan anti komunisme yaitu kebijakan  kontainmen. Bersamaan dengan hal ini AS mengeluarkan Doktrin Truman yang berisikan bahwa Amerika akan membantu negara-negara yang sedang melawan komunisme. 

Kebijakan Truman secara tidak langsung dianggap sebagai perlawanan terhadap Uni Soviet sehingga dianggap sebagai awal dari perang dingin secara  resmi. 

Pada periode ini peristiwa besar yang terjadi adalah pembagian Jerman menjadi dua bagian yakni Jerman Barat yang menganut paham kapitalis dan Jerman Timur yang berpaham Komunis. 

Periode 1969-1979

Pada periode ini hubungan kedua negara adidaya ini mulai perlahan-lahan memperbaiki hubungannya. Pendekatan Uni Soviet dengan Amerika Serikat ini kemudian dikenal sebagai détente yaitu sebuah kebijakan politik luar negeri demi kepentingan tertentu. 

Proses peredaan ketegangan ini berlanjut dengan diadakannya kesepakatan Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow oleh kedua kepala negara yakni Presiden Richard Nixon dan Leonid Brezhnev pada 26 Mei 1972. Isi dari perjanjian ini adalah kesepakatan untuk membatasi jumlah nuklir dimana Uni Soviet hanya diizinkan untuk menyimpan misil paling banyak 1600 misil dan AS 1054 misil. 

Periode 1979-1985

Ketegangan antara As dan USSR kembali memanas pada tahun 1979 tepatnya setelah Uni Soviet melakukan invasi di Afghanistan. Presiden AS saat itu yakni Jimmy Carter langsung menanggapinya sebagai konfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin dimulai. 

Dengan hal ini Jimmy Carter mengeluarkan kebijakannya yakni Doktrin Carter untuk menggunakan militernya di Teluk Persia. Kebijakan Carter dilanjutkan oleh presiden selanjutnya yakni Ronald Reagan yang mengeluarkan dukungan terhadap anti komunisme dalam  Doktrin Reagan untuk Afghanistan, Angola, dan Nikaragua. 

Meski ketegangan kembali terjadi namun ternyata perjanjian  SALT II justru terjadi tepatnya pada tahun 1979 di Vienna. Pada perjanjian kali ini kepemilikan peluncur senjata nuklir dibatasi maksimal 2400 unit dan maksimal 1320 unit Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV).

Bahkan pada akhir 1982 kedua nya mengadakan perjanjian untuk menghapuskan senjata nuklir yang berdaya jarak menengah. Meski sudah melakukan perjanjian-perjanjian guna meredam ketegangan namun ternyata Uni Soviet masih menyimpan senjata nuklir yang lebih banyak dari pada AS pada tahun 1983.

Periode 1985-1991

Memasuki tahun 1980 an Uni Soviet mulai menunjukkan kemunduran ekonomi. Pada saat itu Uni Soviet berada di bawah kepemimpinan Gorbachev yang melakukan kebijakan perubahan besar-besaran. Namun ternyata kebijakan tersebut justru membongkar aib-aib dari Uni Soviet yang sedang mengalami keterpurukan dan banyak terjadi pemberontakan. Sebelumnya Uni Soviet adalah negara yang tertutup sehingga media-media yang meliputnya sangat terbatas. Kekuasaan Partai Komunis sambil berhasil digulingkan. 

Akhir Perang Dingin 

Perang Dingin berakhir pada tahun 1991 bersamaan dengan bubarnya Uni Soviet yang tidak mampu memperbaiki keadaan negaranya. Keadaan Uni Soviet benar-benar kacau dimana rakyat mulai memberontak dan tidak mempercayai pemerintahan Partai Komunis lagi. Amerika Serikat mengambil kesempatan ini untuk memojokkan Uni Soviet. 

Satu persatu negara anggota Uni Soviet melepaskan diri dan menjadi negara yang merdeka dan berdiri sendiri. Bubarnya Uni Soviet menandakan kekalahannya dan menjadikan Amerika Serikat pemenang dalam Perang Dingin. 

Peran Indonesia dalam Perang Dingin 

Indonesia meski tidak terlibat dalam Perang Dingin namun bukan berarti diam justru Indonesia sebagai negara baru menunjukkan eksistensinya di kancah internasional. Indonesia mengadakan berbagai upaya untuk meredakan ketegangan dunia setelh PD II dengan cara seperti berikut ini. 

Konferensi Asia-Afrika 

Langkah pertama Indonesia dalam meredam Perang Dingin adalah dengan mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung sejak tanggal 18 sampai 25 April 1955. Dalam konferensi yang dihadiri oleh 29 pemimpin negara di Asia-Afrika ini meyakinkan anggotanya agar tidak terpengaruh oleh blok barat maupun blok timur. 

Hasil dari konferensi ini adalah Dasasila Bandung yang menjadi pondasi berdirinya Gerakan Non Blok (GNB). Berkat adanya KAA banyak negara-negara khususnya di Asia dan Afrika yang berhasil memperoleh kemerdekaan dalam bidang politik. 

Gerakan Non Blok

Pada Perang Dingin dunia terbagi menjadi dua kubu yakni kubu Blok Barat dengan Blok Timur yang saling berbeda ideologi. Namun Indonesia yang tidak ingin terpengaruh bangsa asing dan berdiri di atas negaranya sendiri menggagas Gerakan Non Blok yakni sebuah gerakan netral tanpa memihak blok manapun. 

Gerakan ini berawal dari Konferensi Asia-Afrika yang kemudian bertambah anggota sehingga berubah menjadi Konferensi Tingkat Tinggi. Indonesia bersama dengan India menggagas gerakan ini karena pada saat itu negara-negara berkembag rentan terhadap pengaruh peperangan ideologi atau Perang Dingin. 

Gerakan Non Blok terdiri dari 120 anggota yang meyakini bahwa negaranya tidak akan beraliansi dengan blok manapun sehingga dapat menentukan nasib bangsanya secara mandiri. 

Berpartisipasi dalam MPP PBB

MPP adalah sebuah misi dari PBB untuk menjaga kedamaian dunia yang dibentuk pada 29 Mei 1948. Indonesia turut berpartisipasi dalam misi ini dengan mengirimkan 559 tentara ke Sinai Mesir pada tahun 1957 yang kala itu mendapat serangan dari Inggris dan Perancis. 

Pasukan yang disebut sebagai Kontingen Garuda atau KONGA ini memang dibentuk oleh Indonesia khusus untuk menjalankan misi perdamaian dunia. Tahun-tahun berikutnya pasukan ini terus dikirim ke berbagai negara seperti di Lebanon dan Sudan. 

Dampak Perang Dingin 

Perang dingin berbeda dengan perang senjata yang umumnya memakan korban jiwa. Pada perang ini justru menimbulkan beberapa dampak positif yang juga dirasakan oleh dunia. Dampak positif tersebut paling dirasakan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan

Baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi terbaru dan yang paling mutakhir. Tak hanya itu bidang pengetahuan juga semakin berkembang karena kedua negara ini sama-sama melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan teori-teori baru. 

Namun disisi lain kedua negara ini juga mengembangka senjata mereka dalam hal ini adalah nuklir. Dimana dampak dari nuklir bukanlah hal yang sepele seperti yang terjadi dalam tragedi Hiroshima dan Nagasaki. Akibatnya masyarakat dunia diselimuti rasa was-was apabila suatu saat kedua negara ini kembali berselisih dan saling menjatuhkan nuklir mereka.   

fbWhatsappTwitterLinkedIn