Literasi adalah kemampuan serta keterampilan membaca serta menulis. Bahkan tidak hanua itu, pengertian literasi jauh lebih luas menyangkut kemampuan berbicara, menghitung dan memecahkan masalah.
Kemampuan literasi pada setiap orang berbeda-beda. Begitupun dengan kemampuan literasi pada setiap negara yang bergantung pada kemampuan literasi warganya. Kemampuan literasi setiap negara dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satunya fasilitas penunjang kemampuan literasi yang disediakan oleh negara. Semakin lengkap fasilitas yang diberikan maka akan semakin tinggi minat untuk membaca. Dengan begitu, angkan menaikkan tingkat literasi suatu negara.
Tingkat literasi suatu negara juga menunjukkan apakah sebuah negara tersebut merupakan negara maju atau berkembang. Hal ini dikarenakan salah satu indokator dari nwgara maju dilihat dari pendidikan dan angka melek huruf warga negaranya.
Tentunya hal tersebut berkaitan dengan angka literasi. Semakin tinggi minat belajar, maka akan semakin rendah angka melek huruf. Dari sejumlah negara, terdapat negara yang memiliki angka literasi tertinggi.
Berikut negara dengan literasi tertinggi.
1. Finlandia
Finlandia merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Rusia di sebelah timur. Negara ini memang terkenal dengan sistem pendidikannya yang baik. Tidak hanya itu, Finlandia juga terkenal sebagai negara dengan warga negaranya yang suka membaca buku.
Tidak heran jika negara ini menjadi negara dengan literasi tertinggi. Tentunya hal ini disebabkan karena fasilitas penunjang literasi di Finlandia sangat mendukung. Di sana tidak akan sulit untuk menemukan perpustakaan.
Bahkan negara ini memiliki sekitar 738 perpustakaan. Di mana perpustakaan tersebut terdiri dari perpustakaan universitas dan umum. Belum lagi, di Finlandia terdapat 140 perpustakaan keliling yang terdapat di kota-kota kecil yang berada di Finlandia.
Budaya membaca di Finlandia sudah diterapkan sejak kecil yakni melalui pembacaan dongeng sebelum tidur. Untuk mendukung budaya literasi, pemerintah Finlandia memberikan bingkisan kepada anak yang baru lahir. Di mana dalam bingkisan tersebut, selain terdapat pakaian dan mainan, ada buku bacaan untuk bayi dan juga orangtuanya.
Budaya literasi di Finlandia juga diajarkan melalui pendidikan. Di mana, para guru memberikan tugas membaca buku dalam satu minggu. Tidak hanya itu, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, pemerintah membuat program tv berbahasa asing.
2. Swedia
Negara dengan penduduk yang paling bahagia ini memiliki kesukaan membaca sebuah buku. Biasanya saat sebuah keluarga baru memiliki bayi, mereka akan memberikan bingkisan berupa buku bacaan. Hal ini bertujuan agar anak-anak terbiasa membaca sejak dini.
Tingginya minat membaca masyarakat Swedia dikarenakan banyaknya perpustakaan di tempat-tempat umum seperti stasiun dan mall perbelanjaan. Bahkan di salah satu wilayah di Swedia yakni Stockholm saja memiliki 51 perpustakaan umum yang melayani penduduknya.
Jumlah buku yang biasa dipinjam oleh orang Swedia hingga 50 buku dengan durasi membaca paling lama yakni 1 bulan lebih. Tentunya hal ini berbanding terbalik dengan kebiasaan masyarakat Indonesia. Terdapat kebiasaan unik masyarakat Swedia ketika selesai baca.
Merekan akan meninggalkan sebuah catatan di dalam buku untuk mengingatkan orang lain untuk membaca buku yang telah dibacanya.
3. Belanda
Belanda termasuk negara yang membiasakan warganya untuk membaca sejak dini. Saat berusia 4 bulan, bayi-bayi di Belanda akan mendapatkan formulir untuk menjadi anggota perpustakaan umum. Di mana formulir tersebut akan dikirimkan ke rumahnya dengan seperangkat buku bacaan untuk bayi beserta orang tuanya.
Setelah mengisi formulir anggota perpustakaan umum, bayi tersebut dapat meminjam buku di perpustakaan umum. Tidak hanya itu, kebiasaan membaca di Belanda juga sudah diterapkan di dunia pendidikan.
Di mana anak-anak akan diajak membaca sebelum pelajaran dimulai dan saat akan pulang. Sekolah-sekolah di Belanda juga kerap mengadakan kunjungan rutin ke perpustakaan umum. Setidaknya terdalat 763 perpustakaan umum yang melayani 17,6 juta penduduk Belanda.
Untuk mendukung kebiasaan membaca, pemerintah juga mengadakan event yang bernama De National Voorleesdagen atau pekan membaca nasional. Di mana acara ini digelar satu kali dalam setahun selama 10 hari di awal tahun. Ketika pekan membaca tahunan, pemerintah akan mengirimkan 10 buku terbaik tahunan.
4. Australia
Sama seperti negara lainnya, negara Australia juga menerapkan kebiasaan membaca sejak dini. Kebiasaan ini pertama kali diterapkan di Negara Bagian New South Wales pada tahum 2019. Namun, sebelum adanya kebiasaan ini, Australia gelah memiliki program tantangan membaca.
Di mana program ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada orang tua untuk menanamkan budaya membaca pada anak. Salah satu program dari reading challenge adalah 1000 books before school. Di mana program ini diperuntukkan bagi anak usia 0 sampai 5 tahun untuk dapat membaca sebanyak 1000 buku.
Terdapat pula program tantangan membaca tahunan bagi anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Buku yang akan dibaca sebelumnya sudah ditentukan dan jangka waktu membaca selama 4 bulan. Program-program tersebut sengaja diadakan agar mereka mau mengunjungi perpustakaan umum yang sudah dibangun oleh pemerintah.
Di Australia, setidaknya ada 1.613 unit perpustakaan umum yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas kegiatan membaca. Jumlah ini belum termasuk dengan ruang baca yang memiliki ukuran kecil dan juga perpustakaan keliling. Selain itu, Australia juga memiliki kegiatan bernama home reading.
Di mana program ini dimaksudkan untuk membawa pulang buku dari sekolah untuk dibaca saat akan tidur. Dengan adanya program tersebut, para orang tua diminta untuk meluangkan waktu mininal satu jam khusus untuk membaca atau membacakan buku pada anaknya.
Di sekolah-sekolah Australia juga diadakan meet and greet dengan beberapa penulis dan book week parade. Tujuannya untuk memberikan apreasiasi kepada anak-anak yang telah gemar membaca.
5. Jepang
Tingkat literasi di negeri sakura ini memang sudah tidak diragukan lagi. Hal ini dapat terlihat dari kebiasaan membaca warganya yang bahkan saat sedang berada di angkutan umum. Dibandingkan memakai telepon seluler, mereka justru memilih untuk membaca baik buku, majalah bahkan surat kabar.
Hal itulah yang kemudian membuat desain buku di Jepang berukuran kecil agar mudah dibawa ke manapun. Di Jepang buku-buku terjemahan asing begitu mudah didapatkan. Hal ini bertujuan agar kemampuan berbahasa warganya meningkat.
Terdapat kebiasaan unik masyarakat Jepang yakni mendatangi toko buku pada saat malam hari. Kebiasaan ini dinamakan dengan tachi yaomi. Hal inilah yang membuat toko-toko buku di Jepang tutup lebih malam dibandingkan dengan pusat perbelanjaan.
Toko buku tersebut tidak hanya menawarkan buki baru melainkan juga buku bekas. Sangat berbeda dengan Indonesia. Di mana pusat perbelanjaan tutup lebih malam karena lebih ramai dikunjungi. Tidak heran jika banyak toko buku yang gulung tikar karena sepi peminatnya.
Hal ini berbanding terbalik dengan jepang. Di mana penjualan buku di Jepang begitu laris sejalan dengan kegemaran warganya dalam membaca. Untuk mendukung minat baca warganya, pemerintah Jepang menyediakan berbagai perpustakaan umum lengkap dengan fasilitas pendukung. Misalnya seperti wifi, komputer, hingga ruang baca yang nyaman.
Setidaknya terdapat 3.106 perpustakaan umum yang berada di Jepang. Di mana ada sekitar 62 perpustakaan prefektur, 2.433 perpustakaan kota, 610 perpustakaan kota dan satu perpustakaan di daerah. Dalam satu tahun rata-rata mereka akan meminjam buku lebih dari 100 buku.
6. Hongkong
Hongkong selain menjadi salah satu negara dengan pendapatan tertinggi, ternyata negara ini memiliki tingkat literasi yang tinggi. Sekitar 49 juta buku dapat dipinjam oleh masyarakat Hongkong dalam satu tahunnya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Hongkong begitu gemar membaca. Kegemaran membaca masyarakat Hongkong tentunya didukung dengan berbagai fasilitas. Salah satunya keberadaan perpustakaan umum yang banyak didirikan oleh pemerintah.
Di antara 43 negara, Hongkong menempati urutan kedua siswanya yang gemar membaca. Di mana di dalam Progress in International Reading Literacy Study atau PIRLS, siswa kelas dasar di Hongkong mendapatkan poin 573. Hal inilah yang membuat Hongkong berada di posisi kedua setelah Singapura dengan poin 587.
Sekitar 320.000 siswa, guru, orang tua dan kepala sekola dalam 5 tahun terakhir ini kemampuan literasi tersebut mengalami peningkatan. Adapun kemampuan literasi ini berupa membaca, menafsirkan, mengintegrasikan, dan mengevaluasi bahan bacaan. Hal inilah yang kemudian menjadikan Hongkong sebagai 3 besar negara dengan literasi tertinggi dunia.
7. China
Masyarakat negeri tirai bambu ini rupanya sangat gemar membaca. Terkhusus bagi masyarakat kota Shanghai. Hal ini terbukti dengan jumlah buku yang dipinjam oleh penduduk Shanghai. Di mana ada sekitar 80 jita buku yang dipinjam dari perpustakaan daerah Shanghai.
Volume membaca anak-anak di China terus mengalami peningkatan. Di mana pada tahun 2020, anak-anak di bawah 17 tahun memiliki volume membaca sekitar 10,71. Selain itu, berdasarkan laporan lain, rata-rata volume membaca anak-anak pada rentang usia 14 hingga 17 tahun mengalami kenaikan dari 8,66 menjadi 13,07. Dalam kurun waktu 12 tahun, terjadi peningkatan jumlah buku yang dibaca menjadi 4, 41 buku.
Sekitar 71,7 persen keluarga di Tiongkok memiliki kebiasaan membaca bersama dengan anak-anaknya yang berusia di bawah 8 tahun. Dalam sehari, orang tua di Tiongkok menghabiskan waktu sekitar 25,81 menit untuk membaca. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya memiliki durasi baca selama satu hari sekitar 24,98 menit.
8. Singapura
Hal ini terbukti dari banyaknya buku yang dipinjam oleh penduduk setiap tahunnya. Ada sekitar 33 juta buku yang dipinjam dari berbagai perpustakaan di Singapura. Kemampuan literasi Singapura terbukti dalam Progress in International Reading Literacy Study atau PIRLS yang menepati peringkat pertama dengan poin 587.
Peningkatan literasi di Singapura tidak lepas dari program yang diadakan oleh pemerintah. Salah satunya adalah born to read, read to bond. Di mana yang menjadi sasaran pada program ini adalah ibu yang baru melahirkan. Mereka akan diberika kartu keanggotaan perpustakaan umum ketika selesai melahirkan.
Selain itu, ada pula program bernama Asian Childern’s Festival yang telah diadakan sejak tahun 2000. Sasaran pada program ini adalah anak-anak yang memiliki usia dibawah 12 tahun. Bahkan ada pula kegiatan bagi anak berkebutuhan khusus.
Tujuan dari program ini adalah membangun kesadaran membaca bagi anak-anak yang berada di kawasan Asia Pasifik. Acara ini juga menjaid tempat bertemunya para penerbit khususnya penerbit anak.