13 Negara Dengan Penduduk Atheis Terbanyak di Dunia

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Agama dapat memainkan peran yang signifikan dalam membentuk identitas budaya dan sosial suatu negara. Peran agama di dalam sebuah negara dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada sejarah, budaya, dan kebijakan pemerintah.

Di beberapa negara, beragam agama dapat hidup berdampingan dengan damai, sementara di negara lain, perbedaan agama dapat menjadi sumber konflik serta Beberapa negara juga menjamin kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia, sementara negara lain mungkin memberlakukan pembatasan atau mempromosikan satu agama tertentu.

Di berbagai negara, terdapat beragam jenis agama yang mencerminkan keragaman budaya dan sejarah. Agama kristen lebih dominan di Amerika Serikat dan Eropa, Islam merupakan mayoritas di Indonesia dan Timur Tengah, Hindu sangat mendominasi di India, dan Buddha di beberapa negara Asia Tenggara.

Kemudian terdapat agama-agama minoritas seperti Yahudi, Sikh, Shinto, dan Bahá’í. Negara-negara yang memiliki kepercayaan tradisional atau tingkat sekularisme yang tinggi, dengan sebagian besar penduduknya tidak terikat pada agama tertentu atau mengidentifikasi diri sebagai atheis.

Secara keseluruhan, lanskap agama suatu negara mencerminkan keanekaragaman keyakinan dan nilai masyarakatnya. Negara-negara di dunia yang penduduknya sebagian besar atheis antara lain sebagai berikut.

1. Republik Ceko

Republik Ceko yang terletak di Eropa Tengah memiliki sejarah yang kaya dan budaya yang beragam. Menurut data populasi tahun 2022, jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 10.7 juta orang. Republik Ceko dikenal memiliki tingkat sekularisme yang tinggi.

Serta mayoritas penduduknya cenderung tidak mengidentifikasi diri secara aktif dengan agama tertentu. Sebuah survei pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 34% dari populasi mengidentifikasi diri sebagai non-religius atau atheis, sementara sebagian besar sisanya mungkin memiliki afiliasi agama tetapi tidak terlibat secara aktif dalam praktik keagamaan.

Faktor-faktor sejarah, seperti pengaruh sosialis sebelumnya dan perubahan sosial yang cepat, telah berkontribusi pada pola keagamaan yang berbeda di Republik Ceko dibandingkan dengan beberapa negara di Eropa. Hal tersebut menciptakan lingkungan di mana sekularisme dan pandangan non-religius mendapat dukungan lebih besar.

2. Korea Utara

Korea Utara yang secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Demokrasi Korea (DPRK), adalah negara yang dikelilingi oleh Korea Selatan, China, dan Rusia. Sayangnya, data yang berkaitan dengan Korea Utara sering kali sulit diakses dan diukur secara akurat.

Pemerintahannya yang tertutup, sangat sulit untuk mendapat informasi yang dapat diverifikasi. Perkiraan jumlah penduduk Korea Utara bervariasi, tetapi diperkirakan berada di kisaran 25-26 juta orang. Dalam konteks Korea Utara, pemerintahannya telah mengadopsi ideologi Juche, yang menekankan otonomi nasional dan kemandirian.

Meskipun secara resmi tidak bersifat agamis, Juche sering dianggap memiliki unsur-unsur keagamaan dalam penghormatan terhadap pemimpin dan ideologi negara. Oleh karena itu, dalam konteks Korea Utara, pemahaman mengenai kepercayaan agama dan atheisme lebih kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologis dan politik.

3. Estonia

Estonia adalah negara Baltik yang terletak di Eropa Utara. Sejak merdeka dari Uni Soviet pada tahun 1991, Estonia telah mengalami perkembangan ekonomi dan politik yang signifikan. Pada tahun 2022, perkiraan jumlah penduduknya sekitar 1.3 juta orang. Estonia dikenal memiliki tingkat sekularisme yang tinggi.

Menurut survei dan penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar penduduk Estonia tidak memiliki afiliasi agama yang kuat atau secara aktif terlibat dalam praktik keagamaan. Sejumlah besar penduduknya cenderung menganut pandangan non-religius atau atheis.

Faktor-faktor sejarah, seperti era Soviet yang mempraktekkan ateisme negara dan perkembangan sosial-ekonomi setelah kemerdekaan, telah memengaruhi pola keagamaan di Estonia.

4. Jepang

Jepang merupakan sebuah negara kepulauan di Asia Timur, yang dikenal dengan kekayaan budayanya yang unik dan perkembangan teknologinya. Pada tahun 2022, jumlah penduduk Jepang diperkirakan mencapai sekitar 125 juta orang.

Masyarakat Jepang cenderung memiliki tingkat sekularisme yang tinggi seperti negara Republik Ceko. Meskipun Shinto dan Buddha merupakan agama tradisional utamanya, tetapi banyak orang Jepang mengamalkan kedua agama tersebut secara bersamaan tanpa konflik, dan banyak juga yang tidak mengidentifikasi diri secara eksklusif dengan agama tertentu.

Bagi sebagian besar penduduk Jepang, praktek keagamaan dapat diintegrasikan dalam aspek kehidupan sehari-hari tanpa menjadi faktor sentral dalam identitas mereka. Secara umum, prevalensi atheisme atau pandangan non-religius relatif tinggi di Jepang.

Beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti pengaruh budaya tradisional, modernisasi cepat, dan pemisahan antara ritual keagamaan dan praktek spiritual dengan afiliasi agama yang kuat. Meski demikian, perlu diketahui bahwa individualisme dan variasi dalam keyakinan dapat ada di seluruh masyarakat, dan beberapa kelompok masyarakat masih mengamalkan praktik-praktik keagamaan secara aktif.

5. Hong Kong

Hong Kong adalah wilayah administratif khusus di Tiongkok yang memiliki tingkat otonomi yang tinggi. Jumlah penduduknya sangat dinamis dan di perkirakan jumlah penduduknya mencapai lebih dari 7,5 juta orang. Masyarakat Hong Kong mencerminkan keberagaman budaya dan agama.

Terdapat berbagai agama di Hong Kong, termasuk Buddhisme, Taoisme, Kristen, Islam, dan Hinduisme. Selain itu, ada juga sebagian besar penduduk yang mungkin tidak mengidentifikasi diri secara aktif dengan agama tertentu atau mempraktekkan agama secara rutin.

Atheisme atau pandangan non-religius juga cukup umum di Hong Kong. Pengaruh budaya, perkembangan ekonomi, dan pengaruh barat telah memainkan peran dalam membentuk sikap masyarakat terhadap agama. Banyak orang di Hong Kong yang mungkin mengamalkan nilai-nilai sekuler dan humanistik tanpa memiliki afiliasi agama yang kuat.

6. China

Republik Rakyat Tiongkok (China) adalah negara terpadat di dunia dengan lebih dari 1,4 miliar penduduk pada tahun 2022. Masyarakat China sangat beragam dari segi budaya, etnis, dan agama. Sejarah politik dari Tiongkok, terutama selama periode pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT), telah menciptakan lingkungan di mana ateisme atau pandangan non-religius ditekankan.

Pada masa pemerintahan Mao Zedong, paham ateis diperkuat oleh kebijakan-kebijakan yang menekankan materialisme dan menekan praktek-praktek keagamaan tradisional. Sejak Reformasi dan Pembukaan di akhir abad ke-20, kebijakan tersebut mulai mengalami perubahan, dan kebebasan beragama diberikan dalam beberapa batas tertentu.

Meskipun China memiliki berbagai kelompok agama, termasuk Buddhisme, Taoisme, Islam, Kristen, dan agama-agama tradisional lainnya, jumlah masyarakat yang mengidentifikasi diri sebagai atheis atau non-religius juga cukup signifikan. Urbanisasi yang cepat dan modernisasi telah menciptakan lapisan masyarakat yang mungkin lebih cenderung pada pandangan-pandangan non-religius.

7. Korea Selatan

Korea Selatan, atau Republik Korea merupakan negara di Asia Timur dengan populasi lebih dari 51 juta orang. Masyarakat Korea Selatan sangat beragam dari segi budaya, dan agama memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun terdapat berbagai agama di Korea Selatan, seperti Buddhisme, Kristen (Protestan dan Katolik), Islam, dan kepercayaan lain, masyarakatnya umumnya memiliki kecenderungan religius. Praktek-praktek di bidang keagamaan dan ritus budaya sering terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya, tingkat ateisme atau pandangan non-religius di Korea Selatan mungkin tidak sebesar di beberapa negara lain. Namun, seperti di banyak masyarakat modern, terdapat berbagai tingkatan keyakinan dan praktek keagamaan di antara penduduknya.

Sama seperti negara lainnya, urbanisasi dan modernisasi telah membawa perubahan dalam cara masyarakat Korea Selatan mendekati agama dan kepercayaan spiritual.

8. Latvia

Latvia adalah salah satu negara Baltik yang terletak di Eropa Utara. Pada tahun 2022, populasi Latvia diperkirakan berada di sekitar 1.9 juta orang. Latvia memiliki sejarah yang kuat dan memainkan peran penting dalam perkembangan politik dan budaya di kawasan tersebut.

Dalam hal keagamaan, Latvia memiliki tradisi yang beragam termasuk Kristen (Katolik dan Protestan), Ortodoks, dan juga tradisi kepercayaan pra-Kristen. Pada saat Latvia berada di bawah Uni Soviet, kebijakan ateis negara diterapkan, dan kegiatan keagamaan dibatasi secara signifikan. Setelah merdeka pada tahun 1991, Latvia mengalami periode di mana kebebasan beragama dipulihkan.

Meskipun tidak ada data pasti mengenai persentase masyarakat yang atheis di Latvia, beberapa sumber menunjukkan bahwa tingkat sekularisme cukup tinggi. Banyak penduduk mungkin memiliki pandangan non-religius atau kurang terlibat secara aktif dalam praktek keagamaan terorganisir.

Seiring dengan tren global di banyak negara Eropa, Latvia juga mengalami pergeseran dalam pola keagamaan, dengan sebagian besar penduduk yang lebih memilih untuk menjalani kehidupan tanpa keterlibatan agama yang ketat.

9. Belanda

Belanda atau Kerajaan Belanda merupakan negara di Eropa Barat yang dikenal dengan tradisi kebebasan dan pluralisme. Populasi di negara Belanda diperkirakan mencapai lebih dari 17 juta orang. Belanda dikenal memiliki tingkat sekularisme yang tinggi.

Data menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya tidak terlibat secara aktif dalam praktik keagamaan terorganisir, dan sejumlah besar dapat mengidentifikasi diri sebagai atheis atau non-religius. Kebijakan toleransi dan kebebasan beragama yang kuat di Belanda menciptakan lingkungan di mana individu merasa bebas untuk memilih apakah ingin terlibat dalam kegiatan keagamaan atau tidak.

Meskipun terdapat sejumlah kelompok agama di Belanda, termasuk Kristen, Islam, Hindu, dan Buddhisme, tren sekularisme telah meningkat selama beberapa dekade terakhir. Banyak penduduknya cenderung memandang agama sebagai aspek pribadi yang tidak harus terintegrasi secara ketat dalam kehidupan sehari-hari.

10. Uruguay

Uruguay adalah sebuah negara di Amerika Selatan yang terletak di pesisir Atlantik selatan serta jumlah penduduknya diperkirakan mencapai sekitar 3,5 juta orang. Secara umum, Uruguay dikenal dengan tingkat sekularisme yang tinggi.

Banyak penduduknya mungkin tidak mengidentifikasi diri secara aktif dengan agama tertentu, dan praktek keagamaan tidak selalu menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Sejumlah besar orang di Uruguay dapat memiliki pandangan non-religius atau cenderung kurang terikat pada tradisi keagamaan yang terorganisir.

Faktor seperti pluralisme agama, pengaruh budaya, dan perkembangan sosial ekonomi dapat memainkan peran dalam membentuk pandangan dan keagamaan dari masyarakat. Secara keseluruhan, Uruguay mencerminkan tren global di mana banyak masyarakat, terutama di negara-negara dengan tingkat pembangunan yang tinggi, mengalami pergeseran menuju tingkat sekularisme yang lebih tinggi dan toleransi terhadap berbagai pandangan keagamaan atau non-religius.

11. New Zealand

Selandia Baru (New Zealand) adalah negara kepulauan di Samudra Pasifik, terletak di tenggara Australia. Pada tahun 2022, populasi Selandia Baru diperkirakan mencapai lebih dari 5 juta orang. Selandia Baru dikenal dengan tingkat pluralisme dan toleransi agama yang tinggi.

Meskipun terdapat berbagai agama di dunia, seperti Kristen, Hindu, Islam, dan Buddhisme, sejumlah besar penduduknya cenderung kurang terikat pada praktik keagamaan. Tingkat atheisme atau pandangan non-religius di Selandia Baru dapat dianggap relatif tinggi.

Banyak penduduknya mungkin mengidentifikasi diri sebagai atheis, agnostik, atau memiliki pandangan non-religius lainnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tren tersebut seperti perkembangan sosial dan ekonomi, pendidikan tinggi, dan pengaruh budaya yang mendukung kebebasan berpikir dan pluralisme.

12. Mongolia

Mongolia merupakan sebuah negara di Asia Timur yang dikenal dengan lanskapnya yang luas dan sejarah budayanya. Populasi penduduk di Mongolia diperkirakan berada di sekitar 3.3 juta orang. Mongolia memiliki sejarah kuat dengan pengaruh keagamaan yang bervariasi, termasuk Buddhisme Tibet dan shamanisme tradisional yang dikenal sebagai Tengrism.

Selama masa pemerintahan komunis di Mongolia yang berlangsung hingga awal 1990-an, kebijakan ateis negara telah diterapkan masyarakatnya. Meskipun terdapat pengaruh keagamaan tradisional di Mongolia, banyak penduduknya cenderung memiliki pandangan non religius atau kurang terlibat dalam praktik keagamaan terorganisir.

Terutama di perkotaan, di mana sebagian besar penduduk Mongolia tinggal, tingkat sekularisme dapat lebih tinggi.

13. Norwegia

Norwegia salah satu negara negara di Eropa Utara yang terkenal dengan keindahan alamnya dan sistem kesejahteraan sosialnya. Jumlah penduduk Norwegia diperkirakan mencapai lebih dari 5 juta orang. Masyarakat Norwegia cenderung memiliki tingkat sekularisme yang tinggi.

Meskipun banyak penduduknya masih teridentifikasi dengan Gereja Norwegia, gereja nasional, namun banyak dari penduduknya yang tidak aktif dalam praktek keagamaan. Tingkat kepercayaan dan praktekkeagamaannya dapat bervariasi, tetapi ada kecenderungan terhadap pandangan non religius atau sekularisme yang lebih luas.

Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat sekularisme di Norwegia yaitu karena pengaruh sejarah, perkembangan sosial ekonomi dan toleransi terhadap berbagai pandangan keagamaan atau non religius. Namun, perlu dipahami bahwa masyarakat dapat memiliki berbagai pandangan yang berbeda serta ada individu dan kelompok di Norwegia yang masih aktif dalam kegiatan keagamaannya.

Pengetahuan tentang keyakinan atau non keyakinan agama di suatu negara dapat membantu dalam memahami konteks sosial dan budaya di negara tersebut. Hal tersebut dapat memperkaya pandangan masyarakat terkait perkembangan sejarah, nilai-nilai, dan dinamika sosial di tempat tersebut.

Selain itu, informasi tentang keyakinan agama atau non religius hanyalah salah satu aspek dari identitas masyarakat. Menggunakan pengetahuan itu dengan bijak dapat membantu membangun pengertian dan juga toleransi antar budaya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn