Daftar isi
Jika hidrosfer adalah lapisan air, maka pedosfer adalah lapisan tanah. Berikut pembahasan mengenai pedosfer
Pedosfer berasal dari Bahasa Yunani, Pedone dan Sphere. Secara etimologi, pedosfer adalah lapisan tanah.
Pedosfer dapat diartikan juga sebagai lapisan dari kerak bumi yang berhubungan dengan pembentukan tanah.
Pedosfer merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.
Pedosfer terbentuk dari hasil interaksi lapisan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Ketiga lapisan ini mempengaruhi karakteristik pedosfer di suatu daerah.
Tanah memiliki ciri-ciri morfologi tertentu. Ciri atau sifat morfologi adalah sifat fisik yang bisa diamati dan dipelajari.
Sifat morfologi merupakan sifat-sifat fisik tanah. Berikut merupakan ciri-ciri morfologi tanah, antara lain:
Perbedaan warna tanah disebabkan oleh banyak faktor, seperti adanya kandungan bahan organis, kandungan air, umur atau tingkat perkembangan tanah, kandungan bahan tertentu, dan lain-lain.
Contohnya dapat kita lihat seperti warna tanah yang gelap menunjukkan tanah tersebut banyak mengandung bahan organis.
Tekstur tanah bervariasi, mulai dari kasar hingga halus. Tekstur tanah bisa diketahui dengan memijit tanah yang basah melalui jari-jari tangan.
Contohnya seperti pasir akan terasa kasar di tangan, sedikit melekat, dan tidak dapat digulung.
Contoh lain adalah lempung, jika diletakkan di tangan terasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dan dapat digulung atau dibentuk bola.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang terjadi karena adanya bahan-bahan organis, oksida-oksida besi, dan lain sebagainya yang mengikat butir-butir pasir, debu, dan tanah liat.
Gumpalan kecil ini memiliki bentuk, ukuran, dan ketahanan yang berbeda-beda.
Temperatur tanah sangat bergantung pada input panas, panas spesifik tanah, dan output panas.
Input panas berasal dari sinar matahari dan panas bumi. Temperatur tanah sangat mempengaruhi aktivitas mikroba tanah yang berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah.
Berat jenis tanah adalah kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan, diantaranya kerapatan partikel (bobot partikel) merupakan bobot massa partikel padat per satuan volume tanah.
Sedangkan Kerapatan massa (bobot isi) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.
Porositas tanah merupakan sebuah perbandingan antara pori-pori udara dalam tanah dengan volume tanah secara keseluruhan.
Tanah yang poreus mempunyai ruang pori yang cukup untuk pergerakan air dan udara, sebaliknya tanah yang tidak poreus akan sulit dilewati oleh air dan udara.
Aerasi tanah adalah kondisi keluar masuknya udara dalam tanah. Aerasi akan baik jika keluar masuknya udara dalam tanah tidak mengalami hambatan.
Wujud awal tanah berasal dari batuan beku dan batuan sedimen. Batuan tersebut kemudian mengalami penghancuran sebagai akibat dari pengaruh sinar matahari, suhu, curah hujan, air, organisme, dan lain-lain.
Batuan hancur tersebut kemudian bercampur dengan sisa tanaman dan jasad hewan hingga kemudian membentuk lapisan bakal tanah.
Dengan daya lapuknya yang kuat, jamur juga turut berperan dalam pembentukan tanah.
Daya lapuk yang dimiliki jamur dapat mengembalikan unsur-unsur mineral ke dalam tanah.
Beberapa hewan juga turut serta dalam proses pembentukan tanah. Seperti contohnya rayap, semut, dan jangkrik yang menghancurkan tanah menggumpal.
Proses cacing tanah dalam kesuburan tanah adalah dengan memakan tanah, sisa tanaman serta sisa hewan yang sudah lapuk lalu mencernanya dan kemudian mengeluarkan kotoran yang dapat menambah kesuburan tanah.
Faktor utama dalam pembentukan tanah adalah batuan induk. Selanjutnya batuan induk ini akan mengalami pelapukan yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Unsur-unsur iklim yang menjadi faktor utama dalam pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan.
Suhu akan berpengaruh langsung pada proses pelapukan batuan induk. Sedangkan curah hujan akan mempengaruhi kekuatan erosi dan pencucian tanah.
Organisme akan sangat mempengaruhi proses pembentukan tanah dalam banyak aspek, diantaranya:
Topografi suatu daerah akan mempengaruhi pembentukan tanah. Seperti contohnya daerah dengan sistem pengairan yang jelek dan sering tergenang air akan membuat tanahnya menjadi asam.
Tanah adalah benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus.
Oleh sebab itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Dalam tanah yang subur, terdapat beberapa komponen penyusun dengan porsi yang berbeda-beda, berikut merupakan komponen pembentuk tanah subur: