Sejarah Kerajaan Demak
Sebelum menjadi kerajaan, Demak adalah salah satu kadipaten yang berada di bawah Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak sendiri didirikan di akhir abad ke-15 oleh Raden Patah, putra dari Raja Majapahit terakhir yang menikah dengan Putri Campa dari Dinasti Ming di China.
Demak berjaya di abad ke-16 di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, termasuk keberhasilannya menaklukkan Sunda Kelapa yang kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta. Ekspansi Kerajaan Demak di luar Jawa adalah kuasa atas Jambi dan Palembang.
Kerajaan Demak berakhir karena drama perebutan tahta untuk beberapa generasi. Raja terakhir adalah Arya Penangsang yang ditaklukkan oleh Joko Tingkir. Ini berarti Kerajaan Demak berakhir dengan berdirinya Kesultanan Pajang oleh Joko Tingkir.
Peninggalan Kerajaan Demak
1. Masjid Agung Demak
Masjid yang didirikan pada era kepemimpian Raden Patah atau Sultan Demak pertama di tahun 1475-1518 M ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang paling terkenal.
Selain sebagai tempat beribadah, Masjid Agung Demak juga difungsikan untuk pusat belajar dan penyebaran agama Islam oleh Wali Songo.
2. Soko Guru dan Soko Tatal
Soko guru adalah tiang penyangga utama Masjid Demak yang terbuat dari kayu jati setinggi 16 meter. Soko guru ini dibuat oleh beberapa tokoh wali songo yaitu Sunan Bonang, Sunang Ampel, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.
Ketiga Sunan sudah berhasil mendapatkan tiang setinggi 16 meter, hanya Sunan Kalijaga yang belum. Sehingga satu tiang di antara 4 memakai tiang sambungan agar mencapai tinggi 16 meter.
Oleh sebab itu tiang Sunan Kalijaga disebut Soko Tatal yang berarti serpihan kayu yang disambung menjadi satu.
3. Maksurah
Yang dimaksud dengan maksurah adalah sebuah warisan dinding berukiran kaligrafi ayat Al Quran yang diproduksi di tahun 1866 M. Tepatnya ketika akhir era Kesultanan Demak dan yang menjadi Adipatinya adalah Aryo Purbaningrat.
Ukiran tersebut menceritakan tentang Allah yang Maha Esa.
4. Mihrab Condro Sengkolo
Mihrab yang menjadi tempat imam di Masjid Agung Demak ini memiliki prasasti Condrosengkolo bergambar hewan bulus. Prasasti tahun 1479 M ini memiliki arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti.
Warisan ini menunjukkan bahwasanya Kerajaan Demak sudah menerapkan akulturasi budaya Islam dan Jawa untuk di dalam seni, khususnya arsitektur dan interior. Termasuk budaya Jawa yang berasal dari Majapahit dengan kekayaan warisan prasasti kerajaan majapahit.
5. Dampar Kencana
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah singgasana Sultan Demak yang bernama Dampar Kencana. Singgasana ini merupakan hadiah untuk Raden Patah sebagai Raja pertama Kerajaan Demak dari Prabu Bhrawijaya V dari Kerajaan Majapahit.
Fakta tersebut membuktikan bahwa di akhir masa Kerajaan Majapahit sesungguhnya sudah banyak yang memeluk agama Islam. Singgasana yang berada di dalam masjid ini kini digunakan sebagai mimbar bagi para pengkhotbah.
6. Pawestren
Pawestren adalah area sholat yang digunakan oleh jamaah putri. Adanya tempat ini membuktikan bahwa sejak jaman Kerajaan Demak sudah terdapat paham Islam yang membedakan antara tempat beribadah bagi laki-laki dan wanita.
Pawestren terdiri dari 8 tiang atau kolom penyangga dengan 4 tiang utamanya yang menopang balok bersusun tiga berukiran khas Majapahit. Motif maksurah pada pawestren tersebut diperkirakan dibuat di tahun 1866 pada era Arya Purbaningrat.
7. Piring Campa
Dekorasi piring Campa adalah hiasan yang diberikan oleh ibu Raden Patah bernama Putri Campa yang berasal dari Cina. Kini piring yang berjumlah 65 buah tersebut ditempelkan di dinding dan naungan imam di Masjid Agung Demak sebagai aksesori interior penghias dinding.
8. Surya Majapahit
Warisan Surya Majapahit ini adalah dekorasi dengan bentuk oktagon dan populer di masa Kerajaan Majapahit. Lambang segi delapan tersebut diperkirakan merupakan lambang dari Kerajaan Majapahit.
Untuk Surya Majapahit yang berada di Kerajaan Demak sendiri dibangun pada tahun 1479 M.
9. Pintu Bledeg
Pintu Bledeg dibuat oleh Ki Ageng Sengkolo ini adalah sebuah condrosengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani. Ini memiliki arti angka tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi atau 887 Hijriah.
Pintu ini terbuat dari kayu jati yang memiliki ukuran tumbuhan, suluran, jambangan, mahkota dan kepala naga dengan mulut terbuka yang memperlihatkan gigi runcingnya. Kepala naga ini adalah gambaran petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Sengkolo.
10. Situs Kolam Wudhu
Situs kolam yang ada di sekitar Masjid Agung Demak ini memang digunakan untuk berwudhu bagi penduduk Demak, para musafir, atau santri yang hendak melaksanakan sholat.
11. Serambi Majapahit
Memiliki nuansa arsitektur yang antik dan unik, Serambi Majapahat ini mempunyai 8 tiang pendopo dari warisan Kerajaan Majapahit.
Ketika Kerajaan Majapahit jatuh, beberapa peninggalan arsitekturnya terabaikan dan tidak terawat. Oleh sebab itu Adipati Unus membawa warisan berharga tersebut ke Demak dan dimanfaatkan sebagai tiang penyangga di serambi Masjid Agung Demak.
12. Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga ini memang menjadi sebuah situs terkenal yang kerap dikunjungi oleh para peziarah maupun wisatawan. Sunan Kalijaga sendiri meninggal pada tahun 1520 M dan dimakamkan di Desa Kadilangu yang memang dekat dengan Kota Demak.
13. Bedug dan Kentongan
Warisan dari Kerajaan Demak ini memiliki bentu tapal kuda yang bermakna filosofi agar penduduk Demak di sekitar masjid kala itu segera berjalan menunaikan sholat ketika bedug atau kentongan dibunyikan.
Budaya bedug dan kentongan yang ada di Masjid Agung Demak memang memiliki fungsi untuk panggilan sholat bagi masyarakat kala itu. Warisan kebudayaan nasional ini masih dilakukan hingga saat ini.
14. Tempayang Kong Dinasti Ming
Tempayang atau gentong besar bernama Kong peninggalan Kerajaan Demak ini merupakan hadiah Putri Campa yang berasal dari salah satu dinasti yang berkuasa di China yaitu Dinasti Ming. Tempayang tersebut kini disimpan di Museum Masjid Agung Demak.