PPKN

6 Peran Indonesia dalam Perdamaian Dunia dan PBB yang Perlu Diketahui

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

PBB adalah forum internasional yang mendukung perdamaian dunia. Forum yang didirikan pada 24 Oktober 1945 di San Francisco, California ini telah diikuti oleh 193 negara yang artinya sudah lebih dari 50 persen negara di dunia sudah bergabung. 

Dari ratusan negara tersebut sudah termasuk Indonesia yang aktif sejak 28 September 1950 lalu. Visi dan misi PBB sama dengan yang diharapkan oleh Indonesia yaitu menginginkan dunia yang damai. Sehingga tyak heran jika bangsa kita sering melakukan kegiatan yang berakitan dengan misi perdamaian dunia.

Berikut ini adalah peranan Indonesia dalam perdamaian dunia dan juga selama bergabung di Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB

1. Mendirikan Kontingen Garuda

Indonesia selama berabad-abad mengalami sejarah pahit yakni dijajah oleh bangsa lain. Mengetahui betapa menderitanya penjajahan maka Indonesia juga ingin menciptakan dunia yang damai. 

Prinsip ini tentu sejalan dengan visi misi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam mewujudkan hal tersebut NKRI mendirikan kontingen Garuda yang akan dikirim ke negara-negara konflik seperti Sudan Selatan, perang saudara di Kongo, Lebanon Selatan dan negara lainnya. 

Pasukan ini diberi tugas negara dan visi misi PBB untuk menjaga perdamaian dunia. Lebih dari 1000 pasukan Kontingen Garuda tersebar di lima negara konflik di seluruh belahan Bumi. 

2. Indonesia Pelopor Traktat Bangkok 

Traktat Bangkok adalah sebuah kesepakatan yang dilakukan oleh negara-negara di Asia Tenggara. Salah satu pelopor terciptanya perjanjian ini adalah Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani pada ditandatangani pada 15 September 1995 di Bangkok Thailand dan mulai berlaku pada 28 Maret 1997. 

Isi dari traktat ini pada intinya adalah menciptakan kawasan Asia Tenggara yang bebas nuklir mengingat dampak dari reaksi nuklir yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu kesepakatan ini disebut juga dengan Kawasan Bebas Senjata Nuklear Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone atau disingkat menjadi SEANWFZ. 

3. Indonesia Pelopor Gerakan Non-Blok

Presiden Soekarno bersama dengan pemimpin dari negara lain yakni Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito mendirikan sebuah gerakan internasional yang bertujuan agar tidak berpihak pada negara manapun. Pada saat itu meski perang dunia sudah berakhir namun masih ada perang dingin antara blok barat dan blok timur. 

Oleh sebab itu lah organisasi ini tercipta agar tidak ada lagi perang dingin. Organisasi yang kemudian dikenal dengan nama GNB ini didirikan pada 1961 di Beograd,  Serbia, Yugoslavia. 

4. Mengadakan KTT dan KAA

Setelah perang dunia II berakhir pada tahun 1945 dunia tidak langsung damai begitu saja. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh negara yang baru saja merdeka termasuk Indonesia. Oleh sebab itu Indonesia mengadakan pertemuan di Bandung dengan negara-negara bekas jajahan koloni barat terutama di wilayah Asia-Afrika. 

Pertemuan tersebut berlangsung pada tanggal 1956 dan menghasilkan Dasasila Bandung. Pertemuan ini disebut dengan Konferensi Asia-Afrika

Namun ternyata di saat yang bersamaan ada negara yang baru merdeka yakni Yugoslavia yang dimana lokasinya tidak berada di wilayah Asia-Afrika. Sehingga pertemuan ini diganti menjadi Konferensi Tingkat Tinggi atau dikenal dengan KTT. 

Indonesia bahkan dipercaya menjadi tuan rumah KTT 4 kali yakni pada KTT ASEAN Ke-1 yang diadakan di Bali tahun 1976, KTT ASEAN Ke-9 di Bali tahun 2003, KTT ASEAN Ke-18 di Jakarta pada Mei 2011 dan KTT ASEAN Ke-19 di Bali pada November 2011. 

5. Membantu Menyelesaikan Konflik Negara Lain

Selain menjaga negara konflik dengan mengirim pasukan Kontingen Garuda Indonesia juga membantu menyelesaikan masalah mereka. Salah satunya adalah Indonesia mengadakan pertemuan Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk menyelesaikan konflik saudara Vietnam dan Kamboja

Indonesia yang pada saat itu mengirim Menteri Luar Negeri Ali Alatas menghasilkan gencatan senjata kedua negara dan menarik tentara Vietnam yang berada di wilayah perbatasan Kamboja. Hasil tersebut kemudian berlanjut ke Perjanjian Paris yang telah disepakati oleh 19 negara. Pertemuan-pertemuan menginspirasi PBB untuk membentuk UNTAC (United Nation Transitional Authority in Cambodia) yang berperan dalam penataan kembali Kamboja dalam berbagai aspek Kamboja. 

contoh lain peran Indonesia dalam menangani konflik negara lain adalah dengan menjadi mediator antara Filipina dan Moro Nationalism Liberation Front (MNLF) 

6. Bantuan Indonesia dalam Bentuk Kemanusiaan

Bantuan-bantuan yang diberikan Indonesia terhadap negara lain tidak hanya dalam bentuk mengirimkan pasukan saja tetapi dalam bidang kemanusiaan juga. RI yang tergabung dalam Food and Agricultural Organization atau FAO sejak tanggal 28 November 1949 ini aktif memberikan bantuan kepada negara yang dilanda kelaparan.

Pada tahun 1984 Indonesia mengirim bantuan pangan ke Ethiopia. Indonesia juga aktif berperan sebagai penyedia pangan khususnya di ASEAN. Apabila salah satu negara ASEAN darurat pangan maka Indonesia sudah siap membantu dengan cadangan makannya. 

Indonesia juga pernah memberikan tempat tinggal untuk para pengungsi dari Vietnam antara tahun 1979 sampai 1996. Rakyat Vietnam diberi perlindungan di Pulau Galang, Batam.