Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, negara Indonesia tidak langsung mengalami ketentraman. Indonesia masih mengalami konflik dengan pihak Belanda yang masih tidak terima akan kemerdekaan Indonesia.
Dalam hal ini, ada tokoh-tokoh yang menjadi perwakilan bangsa Indonesia untuk menyelesaikan konflik-konflik yeng terjadi setelah proklamasi kemerdekaan, salah satunya adalah Lambertus Nicodemus Palar. Lambertus Nicodemus Palar merupakan pahlawan Indonesia yang aktif dalam bidang diplomasi.
Sebelum kemerdekaan Indonesia, beliau pernah menjadi anggota dan menjadi sekretaris Komisi Kolonial SDAP (Social Democratische Arbeider Partij) atau Partai Sosial Demokratik Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Palar mendukung pernyataan ini dan mempromosikan hubungan dengan pemimpin-pemimpin Indonesia.
Palar berusaha untuk mendesak penyelesaian konflik antara Belanda dan Indonesia tanpa kekerasan di Belanda, tetapi ternyata Belanda melakukan Agresi Militer I pada tanggal 20 Juli 1947 di Indonesia. Setelah peristiwa Agresi ini, akhirnya Palar mengundurkan diri dari parlemen.
Palar juga diminta oleh presiden pertama RI untuk menjadi juru bicara di PBB sebagai usaha pengakuan internasional kemerdekaan Indonesia. Beliau bergabung menjadi Wakil Indonesia di PBB pada tahun 1947.
Pada saat konflik antara Belanda dan Indonesia, Palar memperdebatkan posisi kedaulatan Indonesia meski beliau hanya mendapat gelar “peninjau” di PBB karena Indonesia belum menjadi anggota pada saat itu.
Namun setelah Indonesia menjadi anggota tetap PBB yang ke-60 pada tahun 1950, akhirnya Palar menjadi perwakilan resmi RI dengan status keanggotaan penuh. Setelah Agresi Militer kedua yang dilakukan oleh Belanda, Palar kembali menjadi diplomasi di PBB untuk menyelesaikan konflik antara Belanda dan Indonesia.
Kemudian, disetujuilah perjanjian Roem Royen yang diikuti dengan Konferensi Meja Bundar hingga akhirnya pihak Belanda mengakui keadulatan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Dalam pidatonya dalam sidang PBB, Palar mengucapkan terima kasih kepada para pendukung Indonesia, beliau juga berjanji bahwa Indonesia akan melaksanakan kewajibannya sebagai anggota PBB.
Palar menjadi perwakilan RI di PBB sampai tahun 1953, kemuadian Palar ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia di India pada tahun yang sama. Setelah itu Palar diminta kembali ke Indonesia dan ikut serta dalam persiapan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955.
Setelah pelaksanaan konferensi tersebut, Palar kembali ditugaskan menjadi Duta Besar Indonesia di Jerman Timur dan Uni Soviet pada tahun 1956. Di tahun selanjutnya, beliau ditugaskan menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kanada hingga 1962.
Palar kembali ditugaskan untuk menjadi perwakilan Indonesia di PBB hingga akhirnya Indonesia memilih keluar dari PBB pada 7 Januari 1965. Setelah itu, Palar menjadi Duta Besar Indonesia di Amerika Sekirat. Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tahun 1966 dan menunjuk L.N Palar untuk kembali menjadi perwakilan Indonesia hingga beliau pensiun pada tahun 1968.