5 Ragam Perspektif Komunikasi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Komunikasi memiliki definisinya masing-masing tergantung dalam konteks penggunaannya. Dari beberapa definisi komunikasi yang ada tersebut, kita dapat melihat lain penekanan, maka lain pula fungsi komunikasi yang diinginkan.

Apabila dikaitkan dengan perencanaan program komunikasi (PPK), maka akan menghasilkan perbedaan tujuan dari PPK sesuai definisi komunikasi yang dipakai.

Berbagai perbedaan tersebut akan bertambah lebar lagi ketika melihat ragam perspektif komunikasi. Berikut akan dipaparkan sebanyak 5 ragam perspektif komunikasi, agar kita mampu memperoleh bayangan mengenai perspektif mana yang lebih dekat dengan tujuan PPK yang ingin kita buat.

Perspektif Transmisionis

Perspektif transmisionis merupakan pandangan paling dominan dalam komunikasi, dengan menekankan pada proses pengiriman pesan dari sumber ke penerima melalui saluran tertentu dan menghasilkan suatu efek tertentu pula.

Dalam prosesnya, komunikasi dianggap tidak memiliki hambatan apa pun dan berjalan secara linear, satu arah. Acuan dalam pandangan ini adalah model komunikasi milik Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa ‘komunikasi adalah siapa, mengatakan apa, melalui saluran mana, kepada siapa, dengan efek apa’.

Masih dalam model Lasswell, karakteristik masing-masing komponen komunikasi tidak diperhitungkan. Dengan demikian, perspektif transmisionis melihat proses komunikasi secara mekanistik, ibarat upaya menyalurkan arus listrik dari sumbernya ke bola lampu dan/atau berbagai alat elektronik lainnya, lalu menyala. Jadi, baik sumber maupun penerima pesan memiliki dimensi kemanusiaannya masing-masing dari segi sosial, budaya, dan biologis.

Apabila pendekatan ini diterapkan dalam strategi komunikasi, maka pelaksana PPK selaku komunikator akan menempatkan khalayak sebagai pihak yang hanya menerima apa pun yang ingin disampaikan oleh komunikator.

Sebaliknya, komunikator akan menganggap dirinya boleh mengatakan apa pun karena sudah yakin bahwa khalayak akan menerimanya. Di sisni, komunikator beranggapan bahwa semua informasi yang ia sampaikan sudah pasti didengar dan menimbulkan efek terhadap khalayak.

Perspektif Display

Proses komunikasi dianggap sebagai upaya menarik perhatian khalayak dengan memajang sejumlah informasi (ibarat menaruh berbagai macam barang di etalase toko). Dengan demikian, komunikasi diarahkan sebagai upaya menampilkan sebanyak-banyaknya informasi atau pesan dengan harapan khalayak akan tertarik dengan usaha komunikasi kita. Pembuatan CV dan daftar riwayat hidup merupakan beberapa contoh terbaik dalam perspektif display.

Pandangan juga dikenal dengan istilah model publisitas, di mana model komunikasi nya memberikan tekanan pada pentingnya berbagai proses dan upaya dalam memberikan informasi kepada publik (publisitas) agar mereka tahu dan sadar akan program yang kita miliki, yang kemudian akan menghasilkan atensi dari publik terhadap informasi yang kita publis. Press release atau press conference yang sering diadakan para praktisi humas merupakan contoh dari publisitas.

Semisal perspektif display-attention diterapkan dalam stategi komunikasi, maka pelaksana PPK akan memusatkan diri pada upaya menampilkan ragam informasi yang akan ditampilkan kepada khalayak. Hendaknya, pilihlah informasi apa saja tanpa memikirkan dampak khusus yang akan ditimbulkan. Karena yang terpenting adalah atensi dari publik terhadap informasi tersebut.

Perspektif Mencipta Makna

Pemilihan tanda (signs) dalam proses komunikasi menjadi hal yang sangat mendasar agar makna yang dikirimkan dapat dipahami oleh khalayak (Fiske, 1990: 39-63). Dalam khazanah ilmu komunikasi, penggunaan tanda dan makna dibahas dalam semiotika.

Dalam semiotika, signs (tanda), terdiri atas ikon (icons) yang memiliki kemiripan, seperti foto wajah seseorang mirip atau sama dengan pemilik wajah tersebut; indeks (index) yang dicirikan dengan keterkaitan, seperti asap yang merupakan tanda adanya api; simbol (symbol) yang dicirikan dengan kesepakatan, misalnya lampu hijau berarti jalan.

Jika perspektif mencipta makna diterapkan dalam strategi komunikasi suatu PPK, para perencana harus mulai menyadari tentang ‘makna atau citra’ apa yang akan disampaikan kepada publik. Selanjutnya, dalam pemilihan berbagai tanda, sekiranya harus akurat dan mewakili makna dan citra pesan, namun tetap mudah dipahami oleh publik.

Perspektif Ritual

Komunikasi dalam perspektif ritual, dilakukan dengan tujuan memelihara dan mempererat solidaritas komunitas. Berbagai partisipan dalam komunikasi dilibatkan agar menjadi bagian komunitas yang memiliki rasa saling memiliki.

Dengan menjadi ‘jemaah’ komunitas tersebut akan memunculkan berbagai istilah, seperti berbagi (sharing), asosiasi, partisipasi, persahabatan (fellowship), memiliki keyakinan yang sama (the possession of common faith).

Ciri lain dari pandangan ini adalah penekanannya pada proses komunikasi sebagai usaha memelihara suatu komunitas dan menghadirkan kembali kepercayaan bersama, bukan sebagai sarana penyebaran pesan. Komunikasi diibaratkan seperti secred ceremony (upacara suci), di mana semua partisipannya terlibat.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ritual pun memiliki karakteristik tersendiri, yakni sebagai peneguhan nilai  komunikasi, sebagai penggambaran hal yang dianggap penting, dan sebagai penunjuk sesuatu yang sedang berlangsung serta mudah pecah dalam proses sosial.

Jika perspektif ritual diterapkan dalam strategi komunikasi, maka pelaksana PPK perlu mempertimbangkan nilai intrinsik dari kegiatan komunikasi tersebut. Tampaknya, pendekatan ini cocok diterapkan dalam strategi komunikasi yang akan dilaksanakan di wilayah konflik, guna memperbaiki kembali hubungan yang telah retak.

Perspektif Konstruksi Realitas

Menurut perspektif konstruksi realitas, kegiatan komunikasi dilakukan dalam rangka menciptakan suatu ‘kenyataan lain’ atau ‘kenyataan kedua’ melalui pengembangan wacana atas dasar realitas tertentu atau kenyataan pertama.

Selain itu, komunikasi dalam pandangan ini merupakan suatu upaya menghadirkan ‘bangunan makna’ tertentu kepada khalayak dengan menghimpun, mengolah dan menyusun berbagai informasi berdasarkan kerangka tertentu sehingga melahirkan suatu kenyataan simbolik atau kenyataan kedua tertentu.

Perspektif konstruksi realitas juga sering disebut dengan perspektif wacana. Karena kegiatan komunikasi yang terjadi bukan hanya sekadar proses penyampaian pesan atau informasi, melainkan kegiatan menyajikan sebuah wacana kepada publik yang dalam wacana tersebut terkandung ‘muatan’ tertentu.

Apabila perspektif konstruksi realitas diterapkan dalam strategi komunikasi, maka pelaksana PPK hendaknya piawai dalam mengembangkan Discourse sesuai tujuan kampanye yang akan dicapai. Mereka selayaknya orang yang kreatif menerjemahkan tujuan kampanye ke dalam wacana yang akan menjadi konten suatu kampanye.

fbWhatsappTwitterLinkedIn