Tanggal 22 April merupakan salah satu hari yang diperingati sebagai Hari Bumi sedunia. Hari yang diperingati secara internasional tersebut mengajak kita untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap bumi yang kita tempati ini.
Apa dan bagaimana sebenarnya sejarah awal diperingatinya Hari Bumi ini? Berikut adalah ulasannya.
Pada tahun 1969, terjadi sebuah peristiwa tumpahan minyak dalam skala besar di Santa Barbara, California, Amerika Serikat. Kejadian tersebut mendorong seorang senator dari Wisconsin yang bernama Gaylord Nelson menggagas tentang pentingnya pembahasan mengenai isu-isu lingkungan.
Gaylord Nelson, yang juga seorang pengajar pada disiplin ilmu tentang lingkungan hidup, menyatakan keinginannya untuk mengajar di universitas-uniersitas terkait masalah tersebut. Nelson ingin menumbuhkan kesadaran publik tentang pentingnya memberi perhatian akan masalah lingkungan, terkait polusi air dan udara, yang mengancam negerinya.
Untuk mewujudkan gagasannya, Gaylord Nelson juga mengajak Pere McCloskey, seorang anggota kongres dari Partai Republik, yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kepedulian terhadap konservasi alam. Selain itu, mereka juga mengajak Deni Hayes, seorang aktivis muda, untuk mengatur kegiatan terkait edukasi lingkungan tersebut.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan mereka memilih tanggal 22 April yang merupakan hari kerja antara libur musim semi dan ujian akhir, dengan harapan akan memaksimalkan partisipasi mahasiswa dalam acara yang akan digelar. Untuk mempromosikan acara tersebut secara lebih luas, Denis Hayes kemudian membentuk 85 staf nasional.
Acara yang dinamai “Hari Bumi” itu ternyata mendapat sambutan dan dukungan secara luas di seluruh negeri. Dan puncaknya pada saat acara digelar, yakni pada tanggal 22 April 1970, dimana jutaan orang ikut turun ke jalan memadati Fifth Avenue di New York untuk ikut menyuarakan protes akan dampak buruk dari 150 tahun proses industrialisasi. Sejak saat itulah, setiap tanggal 22 April dirayakan sebagai Hari Bumi.
Dampak dari kejadian tersebut, pada akhir tahun 1970 dibentuklah Badan Perlindungan Lingkungan di Amerika Serikat. Selain itu juga disahkannya sejumlah undang-undang terkait lingkungan, termasuk di dalamnya Undang-Undang Pendidikan Lingkungan Nasional, Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan juga Undang-Undang Udara Bersih.
Pada perkembangannya, terjadi perbedaan dalam perayaan Hari Bumi ini. Sebagian kalangan ada yang merayakan Hari Bumi pada equinox musim semi. Akibatnya, perayaan Hari Bumi di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan akan jatuh pada waktu yang berbeda.
Di sisi lain, United Nation (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memilih untuk memperingati Hari Bumi sedunia setiap tanggal 21 Maret yang dimulai sejak tahun 1971. Hal ini didasarkan pada sebuah tradisi dari John McConnell, seorang aktivis perdamaian, pada tahun 1969. Selain itu, 21 Maret merupakan waktu dimana matahari berada tepat di atas khatulistiwa (equinox Maret). Meski demikian, PBB juga tetap mengakui tanggal 22 April sebagai Hari Bumi yang diperingati secara global dan merayakannya sebagai “ International Mother Earth Day”.
Peringatan Hari Bumi sendiri bertujuan untuk mengajak dan mengingatkan manusia tentang pentingnya kelestarian lingkungan hidup dan bumi pada khususnya. Kampanye ini diharapkan akan mampu meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap planet bumi yang menjadi tempat tinggal manusia.
Saat ini, peringatan Hari Bumi telah menjadi sebuah perayaan yang dilaksanakan secara global. Adapun pelaksanaannya dikoordinasi oleh sebuah organisasi nirlaba bernama Earth Day Network’s yang beranggotakan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari berbagai penjuru dunia.
Tentunya ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari peringatan Hari Bumi. Diantara manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi, diantaranya adalah:
Kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu, hendaknya kita ikut serta memberikan perhatian dan kepedulian pada lingkungan hidup dan bumi tempat kita tinggal.
Meskipun tidak dengan aksi yang besar, ada banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Misalnya saja dengan selalu membuang sampah pada tempat sampah, mengurangi penggunaan tisu dan kertas, menghemat penggunaan listrk dan air di rumah, menanam pohon di halaman, dan sebagainya. Hal-hal kecil tersebut, jika dilakukan oleh jutaan orang di dunia tentunya akan memberikan dampak yang signifikan bagi perubahan lingkungan dan bumi ini menjadi lebih baik.