Daftar isi
Dalam sejarah, nama Konstantinopel sering kali kita dengar atau kita temui terutama dalam sejara-sejarah perang dan penaklukan kota atau bangsa di dunia. Namun apakah Konstantinopel itu masih ada hingga saat ini dan mengapa begitu penting hingga menjadi rebutan bagi berbagai bangsa? Berikut ini adalah sejarah berdiri hingga perkembangannya saat ini.
Awal Berdirinya Konstantinopel
Awal mula berdirinya kota Konstantinopel adalah dari bangsa Romawi Kuno tepatnya oleh Kaisar Romawi Konstantinus I. Beliau membangun kota ini di atas sebuah kota yang diduga sebelumnya adalah kota Ligos yang dahulu merupakan pemukiman dari Trakia sekitar abad ke 13 Sebelum Masehi.
Ligos kemudian mulai terbengkalai ketika Bizantium mulai dibangun. Kota ini kemudian diganti nama menjadi Konstantinopel sesaat setelah ditetapkan menjadi ibukota Bizantium dan memiliki banyak julukan lainnya seperti “Roma Kedua”, “Roma Timur”, dan “Roma “Constantinopolitana”.
Konstantinus membangun kota ini dengan melakukan reformasi besar-besaran mengingat kota ini menjadi satu-satunya ibukota yang tersisa setelah bangsa barat runtuh. Hal tersebut karena lokasi Konstantinopel yang jauh dari perbatasan dan tidak banyak dilirik oleh kaum-kaum politis sehingga aman dari pertempuran.
Kaisar Konstantinus I meresmikan kota ini pada 11 Mei 330 dan melakukan pembangunan selama kurang lebih 6 tahun dan membaginya menjadi 14 wilayah dengan berbagai fasilitas umum yang memadai. Meski begitu kota ini belum sepenuhnya sempurna seperti Roma dimana belum memiliki pejabat administrasi dan masih memerlukan pembangunan yang lebih lengkap lagi.
Berbagai pembangunan fasilitas dilakukan oleh kaisar-kaisar selanjutnya yang memegang kekuasaan. Konstantinopel pun mengalami jatuh bangun karena sering mendapat serangan dan pemberontakkan seperti yang terjadi pada tahun 378 dalam Pertempuran Adrianopel. Sejak saat itulah sistem pertahanan kota mulai diperhatikan. Demi mempertahankan kota, sebuah tembok pertahanan 3 lapis dengan tinggi sekitar 16 meter dibangun pada tahun 413 M oleh Theodosius II yang kemudian dikenal sebagai tembok Konstantinopel.
Tembok pertahanan diperketat setelah meletusnya penyerangan dari kaum Hun di Danube namun berhasil mundur karena dikhianati oleh pengikutnya sendiri. Pada masa ini Konstantinopel telah menjadi kota yang besar, makmur, dan sulit untuk ditaklukan bangsa lainnya.
Di bawah kekuasaan Kaisar Yustinianus I yang berkuasa pada tahun 527–565 berbagai reformasi hukum dilakukan dan kemenangan-kemenangan diraih oleh Konstantinopel. Bahkan bangsa Romawi berhasil menaklukan keuskupan Afrika dan juga merebut harta-benda Bait Allah Yerusalem.
Pertahanan Konstantinopel mulai terancam ketika bangsa bangsa Avar dan bangsa Bulgar menduduki sebagian besar wilayah Balkan yang berada di sisi barat kota. Kaisar Heraclius merasa terancam hingga sempat berfikir untuk memindahkan ibukota ke Kartago namun diurungkan karena rakyatnya menolak untuk pindah.
Kaisar yang memimpin setelah Heraclius adalah Leo III yang bertahta pada tahun 736 Masehi. Pada masa kepemimpinannya terjadi krisis Ikonoklasme yang berlangsung hingga tahun 845. Krisis ini adalah krisis Religi yang mana Leo menentang atas penyembahan berhala dan membunuh ikonodul.
Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Kaum Muslimin
Lokasi kota Konstantinopel memang jauh dari perbatasan dan tidak begitu diminati pada awalnya. Namun bangsa Romawi Kuno tetap melihat Konstantinopel sebagai tempat yang cocok sebagai tempat tinggal kekaisaran. Hingga akhirnya kota ini berhasil di bangun dan berubah menjadi kota yang paling maju dan makmur di kawasan Eropa sepanjang masa abad pertengahan.
Kemakmuran Konstantinopel tentu mengundang bangsa lain untuk melakukannya termasuk kaum muslimin yang sudah berupaya sejak era Kaisar Heraclius. Ambisi kaum muslimin untuk menaklukan Konstantinopel dilakukan oleh berbagai daulah seperti Daulah Umayyah, Daulah Abbasiyah, serta Daulah Dinasti Mamalik.
Namun upaya penaklukan tersebut selalu menemui kegagalan dan baru berhasil pada abad ke 15 yakni oleh Daulah Ottoman atau dikenal juga sebagai Utsmaniyah. Utsmaniyah saat itu berada di bawah kepemimpinan Al Fatih yang mengerahan sebanyak 150.000 ribu pasukan yang dilengkapi dengan senjata-senjata mutakhir pada masanya. Latar belakang dari penaklukan ini adalah keinginannya untuk meruntuhkan bangsa Romawi sehingga pengaruh Islam akan menjadi lebih kuat serta menguasai sektor perdagangan dunia.
Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmed II ketika bertahta usianya masih 19 tahun sehingga dipandang sebelah mata dan dianggap bukan ancaman bagi bangsa Eropa terutama bagi homogeni kristen di Balkan. Namun ternyata hal tersebut salah dimana Al Fatih mulai membangun benteng utara kota Konstantinopel tepatnya di Bosphorus.
Dua tahun berselang, pertempuran pun dimulai sejak 6 April 1453 Masehi ini berlangsung baik di darat yakni di wilayah benteng Konstantinopel, di laut yakni berada di wilayah perairan Tanduk Emas dan juga di bawah tanah dengan cara mendirikan terowongan untuk meruntuhkan benteng kota.
Tak dipungkiri benteng pertahanan Konstantinopel sangat lah kat bahkan senjata canggih yang dibawa pasukan Utsmaniyah sulit menembusnya selama berminggu-minggu meskipun jumlah pasukan kristen pada saat itu hanya berjumlah 8.000 orang. Al Fatih pun mengubah strategi dengan memindahkan kapal-kapal Utsmaniyah dengan jalur darat, Seketika pasukan Utsmaniyah pun dapat menduduki jantung Konstantinopel.
Pada tanggal 29 Mei 1453 kota Konstantinopel yang telah menjadi ibukota Romawi selama ribuan tahun jatuh ke tangan Utsmaniyah. Jatuhnya kota terkaya pada masanya ini menandakan berakhirnya abad pertengahan serta dimulainya masa penjelajahan bangsa barat karena rantai perdagangan rempah-rempah terputus. Penyerangan ini juga menyebabkan terbunuhnya Konstantin XI yakni kaisar Bizantium yang berkuasa pada saat itu.
Utsmaniyah pun meresmikan Konstantinopel menjadi ibukota dan berhasil membawa dinasti ini menjadi yang terkuat di dunia. Di bawah kekuasaan Ottoman, Konstantinopel merenovasi gereja menjadi masjid namun hanya sebagian dan yang lainnya dibiarkan tetap berdiri. Rakyat non muslimpun tetap diperbolehkan untuk beribadah sesuai keyakinannya.
Sistem pelayaran dan perdagangan Eropa pun diperketat sehingga bangsa barat kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah terutama pada masa kekhalifahan Sulaiman pada tahun 1520 hingga 1566.
Konstantinopel Saat Ini
Kota Konstantinopel berdiri selama ribuan tahun dan telah melewati berbagai masa dan kepemilikan. Kota ini masih bisa kita lihat hingga saat ini yakni sebagai Istanbul ibukota Turki. Pergantian nama menjadi Konstantinopel pada faktanya bukan dilakukan oleh Utsmaniyah melainkan oleh orang-orang disekitarnya.
Pada masa lampau kota ini memiliki banyak penyebutan bahkan sebelum diduduki oleh Ottoman. Salah satunya adalah sebutan “Istanpolin” yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “to the city” atau “ ke kota” dalam bahasa Indonesia.
Kata tersebut diambil dari bahasa Turki. Seiring berjalannya perkembangan zaman bahasa pun berubah termasuk pada pengucapannya. Kata “Istanpolin” akhirnya berubah menjadi Istanbul dan lebih banyak digunakan dan dikenal oleh masyarakat luas sehingga menjadi nama kota ini namun secara resmi kota ini masih menggunakan nama Konstantinopel.
Dinasti Ottoman runtuh bersama dengan berakhirnya perang dunia I yakni pada tahun 1922. Pada tahun berikutnya yakni pada 29 Oktober 1923 berdirilah sebuah negara yang diberi nama Turki. Turki kemudian mengambil alih Konstantinopel. Baru pada tahun 1930, Turki akhirnya meresmikan nama “Istanbul” untuk menggantikan nama “Konstantinopel”.
Keistimewaan Konstantinopel
Dari pembahasan di atas kita bisa mengetahui bahwa Konstantinopel menjadi kota yang diperebutkan oleh banyak bangsa terutama umat Islam. Lantas apa yang dimiliki oleh Konstantinopel hingga menarik banyak perhatian dan apa apa saja faktor yang mendorong kaum muslimin untuk menaklukan Konstantinopel? Simak penjelasannya berikut ini.
- Berita dari Rasulullah
Jauh sebelum adanya penaklukan dan penyerangan Konstantinopel, Rasulullah pernah mengatakan bahwa suatu saat bangsa Romawi akan ditaklukan oleh kaum muslimin. Ungkapan tersebut diucapkan Nabi Muhammad kepada sahabatnya dan diriwayatkan dalam HR. Ahmad yang berbunyi “Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum muslimin, Konstantinopel atau Roma?” Rasulullah menjawab, “Kotanya Heraklius (Konstantinopel).” - Pertahanan yang Kuat
Kota Konstantinopel dibangun oleh para kaisar Bizantium menjadi kota yang paling kuat di dunia. Kota ini dilindungi oleh benteng tiga lapis yang tinggi hingga bubuk mesiu pun tidak mampu menembus dinding ini. Tak hanya itu kota ini juga dijaga oleh 192 menara di sekeliling Konstantinopel serta terdapat rantai-rantai besar di selat Bosphorus, Masmara dan Golden Horn sehingga kapal-kapal musuh akan karam ketika melintas. - Kota Paling Kaya
Konstantinopel dijaga dengan begitu ketat untuk melindungi kekayaan-kekayaan yang dimilikinya. Bahkan menurut para ahli yakni Sieur de Villehardouin pada tahun 1203. kekayaan Konstantinopel tidak akan ditemukan di kota manapun dari seluruh dunia. Pada masanya kota tertutup ini memiliki sektor perdagangan yang sangat kuat dan memiliki jumlah penduduk yang terbanyak. Hampir seluruh penduduknya hidup berkecukupan bahkan cenderung mewah. Saking kuatnya perdagangan Konstantinopel hingga mampu mengendalikan perdagangan internasional. - Kota yang Modern
Jika membandingkan dengan kota lainnya di waktu yang sama, maka Konstantinopel adalah kota yang paling modern. Berbagai bidang kehidupan seperti teknologi, arsitektur, ekonomi hingga fasilitas-fasilitas umum di kota ini adalah yang terbaik dan paling maju. Pada masanya, kota ini sudah memiliki jalan raya yang besar, pengadilan tinggi, gedung senator dan benteng yang sangat kokoh bahkan seni dan budayanya pun mempengaruhi Eropa.