Sejarah Perang Yaman – Latar Belakang dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perang telah memberikan banyak kerugian bagi segala pihak. Namun pada kenyataannya perang tetap saja masih terjadi di beberapa negara hingga saat ini, salah satunya perang yang terjadi di Yaman.

Perang yang terjadi di Yaman telah terjadi selama lebih dari lima tahun dan sampai saat ini perang tersebut belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Lalu sebenarnya apa latar belakang terjadinya perang Yaman ini dan bagaimana kronologinya?

Untuk menjawabnya mari simak penjelasannya di bawah ini!

Latar Belakang Konflik Perang Yaman

Perang Yaman merupakan sebuah konflik berkelanjutan yang awal mulanya terjadi pada tahun 2015. Perang ini merupakan perang saudara yang melibatkan dua kelompok yakni pemerintahan Yaman yang dipimpin oleh Abdrabbuh Mansur Hadi dan gerakan bersenjata Houthi.

Perlu diketahui jika dahulu Yaman terbagi menjadi dua bagian yakni Yaman Utara dan Yaman Selatan hingga pada pada tahun 1990 kedua bagian tersebut memutuskan untuk bersatu menjadi sebuah negara. Namun selang empat tahun berikutnya, terjadi konflik oleh kelompok separatis di bagian selatan yang ingin memisahkan diri dari utara di tahun 1994.

Akan tetapi usaha yang dilakukan oleh kelompok separatis tidak membuahkan hasil. Hal ini disebabkan karena kekuatan militer serta sumber daya yang dimiliki oleh ibu kota utara, Sana’a, cukup besar sehingga dapat memukul mundur kelompok separatis dengan mudah.

Latar belakang yang menyebabkan terjadinya Perang Yaman antara lain:

1. Kebijakan Mantan Presiden Yang Menimbulkan Banyak Kritikan

Sebagai presiden di Yaman pada tahun 1990, Ali Abdullah Saleh yang sebelumnya memimpin Yaman Utara, mengeluarkan suatu kebijakan yang justru menimbulkan banyak kritikan dari rakyatnya, mulai dari mengasingkan banyak orang-orang Yaman, membiarkan para kerabatnya untuk mengambil alih bagian inti dari ekonomi dan militer, hingga banyaknya korupsi.

2. AQAP

AQAP atau al-Qaeda di Jazirah Arab merupakan sebuah kelompok dengan kekuatan yang amat besar yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin dan Islam Sunni yang bersekutu dengan Presiden Ali Abdullah Saleh.

AQAP yang dipimpin oleh Jenderal Ali Mohsen al-Ahmar membentuk persekutuan untuk membangun kekuatan di kalangan tentara. Kelompok ini juga mengambil keuntungan dari persaingan faksi dan buronan militan untuk melakukan penyerangan.

3. Adanya Konflik Sekte Zaydi

Masalah juga muncul dari bagian utara Yaman yang menjadi tempat bagi sekte Zaydi di mana sekte ini merupakan bagian dari Islam Syiah. Perlu diketahui jika Zaydi adalah sekte yang memerintah Yaman Utara hingga terjadinya revolusi pada tahun 1962.

Akan tetapi sekte ini menjadi miskin dan di tahun 1990 beberapa pengikut Zaydi mulai membentuk sebuah kelompok bernama Houthi. Kelompok inilah yang melakukan penyerangan terhadap tentara Yaman dan menjalin kerja sama dengan negara Iran.

Kronologi Peran Yaman

Perang Yaman dimulai pada tahun 2015 akibat konflik yang melibatkan pemerintahan Yaman dan kelompok bersenjata Houthi. Keduanya sama-sama mengklaim sebagai pemerintahan resmi Yaman.

Saat ini kelompok Houthi berada dan mengendalikan ibu kota Sana’a, bersekutu dengan pasukan yang masih tetap setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh dan telah bentrok dengan pasukan yang juga setia kepada Hadi di Aden.

AQAP (Al-Qaeda in the Arabian Peninsula) dan Negara Islam Irak dan Levant (ISIS) terlibat di dalam perang. AQAP menguasai wilayah-wilayah yang berada di pedalaman dan sepanjang bentang pesisir pantai.

Pada 21 Maret 2015, setelah pengambil alhan Sana’a dan pemerintah Yaman, Supreme Revolutionary Committee yang dipimpin Houthi mengumumkan adanya gerakan untuk melakukan kudeta Hadi guna memperluas kontrol dengan merambah ke beberapa provinsi di bagian selatan.

Serangan Houthi yang bersekutu dengan pasukan militer yang tetap setia kepada Ali Abdullah Saleh, mulai melakukan penyerangan ke Gubernuran Lahij pada 22 Meret 2015. Sampai pada akhirnya di 25 Maret, Lahij berhasil dikuasi oleh Houthi dan menguasai pinggiran Aden. Pada saat yang sama, Presiden Yaman melarikan diri dari Yaman.

Negara-negara di Teluk Arab yang dipimpin oleh negara Arab Saudi melakukan kampanye isolasi ekonomi dan serangan udara terhadap kelompok Houthi. Kampanye tersebut didukung oleh Amerika Serikat.

Setelah kampanye yang dilakukan oleh militer Koalisi Arab, Hadi membatalkan pengunduran dirinya dan memutuskan kembali ke Aden pada September 2015 dan pertempuran masih terus berlanjut sejak saat itu.

PBB tidak tinggal diam. Mereka melakukan pembicaraan damai dan berperan sebagai penengah antara gerilyawan Houthi dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional. Akan tetapi pembicaraan tersebut terhenti pada 2016. Terdapat laporan jika pada Desember 2017, Hadi telah berada di pengasingan di Arab Saudi.

Pada Juli 2016, kedua kelompok yang saling bersekutu yakni kelompok Houthi dan pemerintah mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang digulingkan pada 2011 setelah hampir 30 tahun berkuasa, mengumumkan bahwa telah terbentuk dewan politik untuk memerintah Sana’a dan sebagian besar Yaman Utara.

Akan tetapi di tahun 2017, Ali Abdullah Saleh memutuskan hubungan dengan kelompok Houthi dan meminta para pengikutnya untuk mengangkat senjata dan melawan balik kelompok Houthi. Hasilnya Ali Abdullah Saleh terbunuh dan pasukannya kalah dalam kurun waktu dua hari.

Perang Yaman semakin parah dengan adanya intervensi kekuatan regional dari Iran dan negara-negara di teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi. Arab Saudi membentuk koalisi negara Arab untuk mengalahkan kelompok Houthi di Yaman pada tahun 2015.

Sedangkan Amerika Serikat secara teratur melakukan penyerangan pada al-Qaeda dan ISIS di Yaman menggunakan serangan udara. Tidak hanya itu, Amerika Serikat juga mengirim sejumlah kecil pasukannya di lapangan.

Arab Saudi memberikan bantuan keuangan kepada Yaman hingga akhir 2014, tepatnya saat Yaman menangguhkan di tengah pengambilalihan Sana’a oleh kelompok Houthi serta meningkatnya pengaruh terhadap pemerintahan Yaman.

Bahkan Inggris juga memasok senjata yang digunakan oleh koalisi pimpinan Saudi guna menyerang sasaran di Yaman. Pertempuran saat itu memperebutkan pelabuhan Yaman di barat Al Hudaydah.

Para analisis berpendapat jika konflik di Yaman sangatlah kompleks sehingga apapun hasil yang terjadi tidak akan membawa kedamaian.

Dampak Perang Yaman

Dampak perang yang terjadi di Yaman tentu saja memberikan kerugian yang sangat banyak. Menurut laporan Aljazeera pada 26 Maret 2018, ada sekitar 10.000 warga Yaman yang tewas akibat perang dan lebih dari 40.000 korban jiwa secara keseluruhan.

Bahkan menurut Save The Children memperkirakan jika ada lebih dari 50.000 anak-anak meninggal di tahun 2017 dengan rata-rata 130 anak-anak setiap harinya.

Tidak hanya itu, dampak serangan udara yang dilakukan oleh Koalisi Arab Saudi mengakibatkan hampir dua pertiga warga sipil tewas. Kelompok Houthi dituduh menjadi penyebab korban sipil massal akibat pengepungan di Taiz yakni kota terbesar ketiga di Yaman.

Ada sekitar 8 juta lebih warga Yaman mengalami kelaparan dan 16 juta kehilangan akses kesehatan akibat perang yang berlangsung selama tiga tahun terakhir.

Bahkan UNICEF melaporkan jika ada lebih dari 11 juta anak-anak Yaman membutuhkan bantuan. Jumlah tersebut sama dengan jumlah anak-anak yang berada di negara tersebut. Dilaporkan juga jika anak-anak di Yaman tewas setiap 10 menit akibat perang.

fbWhatsappTwitterLinkedIn