3 Tahap Pembentukan Kepribadian Melalui Proses Sosialisasi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Peter L. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses individu untuk menjadi anggota masyarakat yang partisipatif. Sementara itu, menurut Horton dan Hunt sosialisasi merupakan proses seseorang menghayati berbagai norma kelompok tempat ia hidup sehingga muncul kepribadian yang unik.

Berdasarkan dua pengertian ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan sebuah proses yang dijalani oleh individu dan kelompok untuk mempelajari dan mengenali pola perilaku, sistem nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini dilakukan agar individu memiliki kepribadian dan tumbuh menjadi pribadi yang diterima oleh masyarakat.

Sosialisasi memiliki berbagai tujuan, misalnya dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Di lingkungan keluarga, orang tua selalu mengajarkan kedisiplinan dan kepatuhan kepada anak-anaknya. Sikap patuh dan disiplin yang telah diajarkan mampu membuat anak mengerti dan taat terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku.  Harapannya, anak-anak tidak akan berperilaku menyimpang dari aturan.

Tujuan sosialisasi di sekolah yakni untuk menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih luas kepada para peserta didik. Tidak hanya itu, tujuan sosialisasi di lembaga pendidikan juga mengajarkan dan mempersiapkan peran peserta didik saat dewasa kelak.

Selain untuk mengenal dan mempelajari nilai dan norma yang berlaku, sosialisasi juga memiliki peran penting yaitu untuk membentuk kepribadian individu.

Kepribadian merupakan watak, sifat, ciri khas, atau karakter dalam diri individu yang dibawa sejak lahir, cenderung bersifat tetap, dan menjadi suatu identitas khusus yang membedakannya dengan individu lain.

Proses pembentukan kepribadian individu berlangsung secara terus menerus dari mulai usia balita hingga usia senja. Kepribadian tersebut tumbuh dan terbentuk melalui proses interaksi sosial dan sosialisasi.

Salah satu faktor pembentuk kepribadian yaitu pengalaman individu dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Nurma sering bertemu dan bergaul dengan orang-orang dari latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda. Dari pengalamannya tersebut, Nurma memiliki kepribadian yang mudah bergaul, mampu menerima perbedaan, dan lebih mudah menerima hal baru.

Melalui sosialisasi, kepribadian dapat terbentuk melalui tiga tahap yaitu internalisasi nilai-nilai, enkulturasi, dan pendewasaan diri. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.

1. Internalisasi Nilai-nilai

Internalisasi nilai-nilai dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan, pendalaman, dan penanaman segala hal atau prinsip yang dianggap baik, pantas, penting, dan memiliki aspek manfaat bagi kehidupan individu dalam masyarakat.

Bukan hanya itu, internalisasi juga mencakup penghayatan mengenai berbagai aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya, norma kesopanan, kesusilaan, hukum, dan agama.

Individu sebagai anggota kelompok masyarakat menjalankan internalisasi sepanjang hidupnya, artinya mulai dari lahir sampai akhir hayat. Aktivitas ini dapat dilaksanakan melalui pembinaan, bimbingan, dan sosialisasi.

Internalisasi nilai-nilai pertama kali diperoleh dari lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan anak bagaimana cara makan yang benar, berbicara sopan kepada orang yang lebih tua, dan bergaul dengan teman sebaya.

Selain keluarga, proses internalisasi nilai-nilai juga bisa didapatkan dari berbagai lingkungan sosial, seperti sekolah, tempat kerja, dan teman sepermainan. Terkadang individu tidak menyadari bahwa dari berbagai lingkungan tersebut yang membentuk kepribadian dan kebiasaannya.

Internalisasi berguna untuk mendorong individu atau kelompok melakukan pengembangan dan perbaikan sifat dan perilaku agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Kegunaan lainnya yaitu untuk membangkitkan dan mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri individu supaya bisa memiliki daya saing dengan individu lainnya.

2. Enkulturasi

Persamaan antara internalisasi dan enkulturasi yaitu proses belajar dan pendalaman suatu unsur dalam masyarakat yang dilakukan oleh individu. Perbedaannya yaitu internalisasi lebih mengarah pada penanaman nilai dan norma sosial yang berlaku, sedangkan enkulturasi belajar mengenai adat istiadat, tata sosial, dan sistem kebudayaan.

Nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang telah tertanam dalam diri inidividu kemudian dipraktikkan ke dalam sikap dan tindakan sehari-hari. Proses ini berjalan secara terus menerus selama setiap individu dalam masyarakat saling berinteraksi, yang artinya seumur hidup.

Ketika masih berusia kanak-kanak, enkulturasi terkesan dipaksakan dan secara tidak sadar berbagai nilai serta sistem norma merasuk ke dalam kehidupan individu hingga menjadi suatu kebiasaan.

Namun, saat beranjak dewasa, individu sudah secara sadar dapat memilih dan menerima nilai-nilai / unsur-unsur budaya yang akan diimplementasikannya menjadi sebuah perilaku dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Pendewasaan Diri

Pendewasaan diri terjadi ketika internalisasi dan enkulturasi berjalan dengan intensif. Hal ini ditandai dengan terbangunnya suatu kepribadian dalam diri individu.

Arti kata “dewasa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akil baliq (bukan kanak-kanak atau remaja lagi). Selain itu, dewasa juga dapat dimaknai sebagai sesorang yang memiliki kematangan dalam berpikir dan bertindak, serta sudah mampu menetukan pandangan hidup.

Apabila individu telah mencapai tahap pendewasaan diri, maka dapat dikatakan bahwa ia sudah sanggup menjalani suatu peran sesuai dengan kedudukan sosialnya.

Tahap ini juga membuat individu mengetahui dan memahami berbagai jenis peran dalam masyarakat. Dengan demikian, individu sudah dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial secara luas dan menjaga keteraturan sosial.

fbWhatsappTwitterLinkedIn