10 Tokoh Organisasi Muhammadiyah

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang memiliki pengaruh cukup besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shalallahu alahi wasallam. Ciri gerakan Muhammadiyah adalah semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.

Ajaran agama Islam bukan sekadar ajaran agama yang bersifat pribadi dan statis melainkan dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam seluruh aspeknya. Muhammadiyah didirikan pada tahun 1911, dalam sebuah pertemuan di langgar duwu.

KH Ahmad Dahlan beserta para murid-muridnya, mendiskusikan rencana pembentukan perkumpulan yang akan menjadi wadah pergerakannya. Kemudian kiai Sangidu mengusulkan nama “Muhammadiyah” sebagai gerakan yang akan memajukan umat Islam. Setelah melalui shalat istikharah, KH Ahmad Dahlan menetapkan Muhammadiyah sebagai nama perkumpulan yang akan didirikan.

Muhammadiyah dari awal didirikan hingga saat ini telah banyak memberikan warna bagi perkembangan agama Islam di Indonesia. Selain itu, Muhammadiyah telah melahirkan banyak tokoh-tokoh hebat yang bahkan termasuk ke dalam pahlawan nasional. Berikut ini nama-nama tokoh Muhammadiyah yang terkenal.

1. KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

KH Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1285 H / 1868 Masehi dengan nama Muhammad Darwis. KH Ahmad Dahlan merupakan seorang tokoh ulama yang menjadi salah satu pendiri Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman, Yogyakarta.

Melihat keadaan umat Islam yang saat itu dalam keadaan jumud, beku, dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, KH Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak kembali umat Islam ke dalam ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Ia melakukan pembaharuan Islam melalui jalur pendidikan. Maka dari itu, ia mendirikan sekolah-sekolah yang dapat melahirkan individu yang menguasai agama sekaligus ilmu umum. Oleh sebab itulah, arah tujuan atau visi misi Muhammadiyah berporos pada bidang pendidikan.

Hal ini dapat kita lihat betapa banyak sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah. Hal ini tak lepas dari tujuan yang diinginkan oleh pendirinya. Selain aktif dalam dakwah Islam, Beliau juga menjadi bagian dari daftar tokoh pergerakan nasional dan tokoh idola di Indonesia.

Perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam memperjuangan Islam patut diperhitungkan hingga akhirnya ia menjadi seseorang yang memiliki pengaruh penting dalam perkembangan Islam. KH Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan agama Islam begitu keras hingga akhirnya ia meninggal pada tahun 1923 Masehi.

Atas semua jasanya, KH Ahmad Dahlan diberikan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961 melalui SK Presiden No 657 Tahun 1961.

2. Buya Hamka

Buya Hamka, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Buya Hamka merupakan seroang ulama yang lahir pada tanggal 6 Februari 1908 di daerah Maninjau, Sumatera Barat. Nama asli dari Buya Hamka adalah Haji Abdul Malik Karim Amarullah. Awal mula Buya Hamka aktif id Muhammadiyah adalah ketika ia mengikuti muktamar di Solo pada tahun 1928.

Kemudian, ia menjadi anggota PP Muhammadiyah pada tahun 1953 sampai 1971. Ketika itu tepatnya saat masa orde lama, Buya Hamka aktif dalam konstituante yang merupakan hasil dari pemilu 1 pada tahun 1955. Ia mewakili partai Masyumi Jawa Tengah.

Buya Hamka pernah dipenjarakan dan ditahan. Selama ditahan ia menyelesaikan karyanya yang berjudul Tafsir Al-Azhar. Setelah selesai masa tahanan, Buya Hamka pernah menjabat sebagai Ketua MUI yang terbentuk pada tahun 1958.

Buya Hamka menjabat sebagai ketua umum pertama selama dua periode pada tahun 1980. Kemudian, Buya Hamka tidak lagi menjabat karena aturan yang dibuatnya yang melarang mengikuti natalan. Hingga akhir hayatnya, Buya Hamka menjadi seorang penasihat di Muhammadiyah.

3. Ki Bagus Hadikusumo

Ki Bagus Hadikusumo, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Ki Bagus Hadikusumo merupakan salah seorang tokoh pendiri Muhammad. Ia lahir pada tanggal 24 November 1890. Selain menjadi pendiri Muhammadiyah, Ki Bagus juga pernah menjabat sebagai Ketua umum dari PP pada tahun 1942 hingga 1953. Tidak hanya aktif dalam urusan dakwah Islam saja, Ki Bagus juga merupakan salah satu tokoh nasionalis.

Ia pernah menjadi seorang anggota BPUPKI sebuah organisasi yang dibentuk dan dilaksanakan pada tanggal 29 April 1945. Ia turut serta berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan membela agama Islam. Ki Bagus menjadi sosok yang mencetuskan sila pertama pada Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Ki Bagus Hadi Kusumo meninggal dunia pada tanggal 3 September 1954 pada usia 64 tahun.

4. Prof Dr. H. Moh. Amin Rais

Amin Rais, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Prof Dr. H. Moh. Amin Rais merupakan tokoh yang dikenal dengan sebutan Bapak Reformasi sejak tahun 1998. Amin Rais lahir pada tanggal 26 April 1944 di Solo. Ia meraih gelar doktor di University of Chicago pada tahun 1981 dengan judul The Moslem Brotherhood In Egypt.

Amin Rais aktif menjadi tokoh nasionalis dan pembela Islam. Ia juga pernah menjabat sebagai seorang asisten ketua ICMI. Selain itu, ia juga pernah menjadi ketua dewan pakar ICMI pada tahun 1991 hingga 1995.

5. Dr. dr. Ahmad Watik Praktiknya

Dr dr Ahmad Watik Pratiknya, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Dr. dr. Ahmad Watik Praktiknya merupakan seorang dokter sekaligus pendakwah yang hebat. Ia lahir pada tanggal 8 Februari 1948. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam anatomi. Dr. dr. Ahmad Watik Praktiknya biasa dikenal dengan sebutan Watik. Banyak orang yang memanggil namanya dengan sebutan Watik. Hal ini dikarenakan menurut masyarakat sekitar nama tersebut terbilang unik dan penuh dengan kenangan.

Ahmad Watik Pratiknya telah aktif di Muhammadiyah sejak tahun 1985. Ia bergabung menjadi anggota majelis PP Muhammadiyah pada tahun 1985 sampai dengan 1990. Kemudian pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 yang diselenggarakan di Yogyakarta, ia terpilih kembali menjadi anggota.

Pada saat Muktamar tersebut, Dr. dr. Ahmad Watik Praktiknya terpilih kembali menjadi koordinator dalam bidang pendidikan. Pada Muktamar ke-43 yang diselenggarakan di Banda Aceh, Dr. dr. Ahmad Watik Praktiknya terpilih menjadi koordinator dalam bidang pembinaan kesehatan dan kesejahteraan anggota.

6. Ir. Soekarno

Ir Soekarno, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Sosok presiden pertama Republik Indonesia ini ternyata merupakan seorang kader Muhammadiyah. Soekarno bergabung menjadi anggota Muhammadiyah sejak masa perang kemerdekaan. Ia bahkan turut serta menjadi guru di lembaga pendidikan bentukan Muhammadiyah.

Soekarno telah menjadi anggota Muhammadiyah di Bengkulu pada tahun 1938. Bagi Soekarno, Muhammadiyah memiliki kesamaan dengan pemikirannya yakni sama-sama menghadirkan Islam yang berkemajuan.

Sebagai seorang pahlawan dan tokoh proklamator Indonesia, Soekarno ditetapkan menjadi Pahlawan Proklamator melalui SK Nomor 081/TK/1986 dan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No 83/TK/212 pada tanggal 7 November 2012.

7. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Siapa yang tak kenal dengan sosok Jenderal Soedirman. Pemuda yang lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Purbalingga ini ternyata anggota Muhammadiyah. Jenderal Soedirman berasal dari keluarga yang menghayati ajaran dan nilai-nilai Islam.

Ia bahkan pernah menjadi seorang guru di Sekolah bentukan Muhammadiyah yakni di Sekolah Dasar Muhammadiyah Cilacap. Selain itu, ia juga merupakan aktivis Pemuda Muhammadiyah dan Kader Hizbul Wathan Banyumas.

Hizbul Wathan sendiri merupakan kepanduan putra dalam organisasi Muhammadiyah. Di tengah keaktifannya, menyebarkan agama Islam dan berkecimpung di organisasi Muhammadiyah, Jenderal Soedirman memiliki peranan yang besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Ia diangkat menjadi panglima perang dalam melawan penjajah. Sebuah tugas yang berat namun hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Bahkan di tengah sakit yang meradangnya, ia tetap berjuang dalam peperangan melawan penjajah.

Atas semua perjuangannya, Jenderal Soedirman dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres No 314 Tahun 1964 pada tanggal 10 Desember 1964.

8. KH Mas Mansur

KH Mas Mansyur, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

KH Mas Mansur atau yang kerap ditulis Mas Mansoer merupakan salah satu tokoh nasionalis sekaligus anggota Muhammadiyah. Ia lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang paham akan agama yakni keluaran Pesantren Sidoresmo, salah satu Pesantren tradisional terbesar ketika itu.

Sejak kecil, Mas Mansoer sering mengikuti ceramah yang disampaikan oleh KH Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah. Kemudian, pada tahun 1921, setelah berkenala dan aktif di berbagai organisasi, KH Mas Mansoer memutuskan untuk bergabung ke dalam organisasi Muhammadiyah.

KH Mas Mansyur pernah menjadi ketua cabang Muhammadiyah dan konsul Muhammadiyah wilayah Jawa Timur. Ketika diadakannya kongres ke-26 Muhammadiyah yang dilaksanakan di Yogyakarta pada bulan Oktober 1937 ini, KH Mas Mansyur diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Sosok yang sejak kecil telah mengikuti ceramah pendiri Muhammadiyah kemudian diangkat menjadi ketua pengurus besar Muhammadiyah.

Pria kelahiran 25 Juni 1896 ini selain aktif dalam organisasi Muhammadiyah ia juga turut memperjuangkan rakyat di masa penjajahan. Bahkan namanya dikenal ke dalam empat tokoh yang kerap disebut empat serangkai. Atas semua perjuangannya, KH Mas Mansyur diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 26 Juni 1964.

9. Kasman Singodimedjo

Kasman Singodimedjo, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Kasman Singodimedjo lahir pada tanggal 25 Februari 1904 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya yakni H Singodimedjo merupakan penghulu, carik atau sekretaris desa dan polisi pamong praja di Lampung Tengah.

Kasman beberapa kali pindah-pindah sekolah, mulai dari sekolah biasa hingga sekolah elit kalangan Belanda. Kasman menempuh pendidikan awalnya di sekolah desa yang ada di Purworejo. Kemudian, ia masuk ke Holland Indische School atau HIS yang ada di Kwitang, Jakarta. Setelahnya ia pindah ke HIS Kutoarjo, kemudian ia pindah ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau Juli yang ada di Magelang.

Selain menimba ilmu di sekolah biasa, Kasman juga menimba pengetahuan agama pada dua ulama besar yakni KH Ahmad Dahlan dan KH Abdul Aziz. Sejak muda Kasman Singodimedjo telah aktif dalam kegiatan Muhammadiyah.

Ia bahkan pernah menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta sekaligus Koordinator Muhammadiyah untuk tiga wilayah yakni Jakarta, Bogor, dan Banten pada tahun 1968. Dia juga pernah didaulat menjadi salah satu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kantor Jakarta selama tiga periode.

Selain aktif dalam kegiatan Muhammadiyah, peran Kasman dalam kemerdekaan juga patut diperhitungkan. Ia pernah bergabung ke dalam PETA dan menjadi anggota PPKI. Selama agresi milter Belanda yang kedua ia turut serta berjuang bersama rakyat melawan Belanda.

Pada tanggal 29 Agustus 1944, Kasman terpilih menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP yang menjadi cikal bakal parlemen RI. Pada tahun 1945-1946, Kasman diangkat menjadi jaksa agung.

Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Muda Kehakiman pada kabinet Amir Syarifuddin II pada tanggal 11 November 1947-29 Januari 1948. Atas semua jasanya, Kasman Singodimedjo diberikan gelar pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 123/TK/ Tahun 2018.

10. Nyai Ahmad Dahlan

Nyai Ahmad Dahlan, Tokoh Organisasi Muhammadiyah

Selain terdapat tokoh-tokoh laki-laki yang hebat, Muhammadiyah juga rupanya memiliki sosok kader perempuan yang tak kalah hebat. Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah. Ia merupakan isteri dari pendiri Muhammadiyah yakni Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan merupakan sosok tokoh populer di Indonesia. Tidak kalah hebat dengan suaminya, kiprah Nyai Ahmad Dahlan di Indonesia juga tidak diragukan lagi.

Nyai Ahmad Dahlan menjadi tokoh emansipasi wanita yang kerap berpartisipasi dalam diskusi perang bersama dengan Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno. Nyai Ahmad Dahlan mendirikan sebuah perkumpulan bernama Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam.

Perkumpulan ini berfokus pada tiga aspek yakni dakwah, pendidikan dan sosial. Hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh suaminya yakni berfokus pada dakwah melalui jalur pendidikan. Selain mendirikan Sopo Tresno, ia juga mendirikan asrama putri yang dibangun di rumahnya.

Di dalam asrama tersebut ia memberikan pendidikan keimanan, praktek ibadah hingga berlatih pidato dan dakwah. Di dalam asrama putri tersebut ia ingin membentuk santri putri yang tidak hanya memiliki ketaqwaan yang tinggi melainkan memiliki keberanian dalam bertindak.

Oleh sebab itu, para santri dibekali ilmu pidato agar dapat mensyiarkan agama Islam dengan baik dan menjadi sosok yang hebat. Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya dalam memperjuangkan hak perempuan sekalipun suaminya telah meninggal dunia.

Ia berfokus dalam pembentukan generasi muda terutama perempuan Islam agar memiliki sifat yang tekun, gigih dan berpendidikan. Ia turut serta membantu suaminya mengembangkan organisasi muhammadiyah hanya saja dalam lingkup wanita.

fbWhatsappTwitterLinkedIn