Sejarah

4 Tujuan Perjanjian Renville

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setelah Jepang menyerah pada sekutu kemudian Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka. Lantas kedaulatan negara Indonesia diakui oleh beberapa negara. Namun, hal ini tidak membuat Indonesia aman. Sebab, Belanda kembali datang ke Indonesia dengan diboncengi oleh tentara NICA.

Kedatangan Belanda untuk melakukan kependudukan di Indonesia meskipun Indonesia telah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka. Hal inilah yang kemudian membuat adanya perselisihan hingga peperangan.

Kedua negara ini memperebutkan wilayah kekuasaan. Indonesia sebagai negara merdeka tentu saja mengutuk yang namanya penjajahan. Sementara itu, Belanda dengan kekuasaannya mengalahkan Jepang yang sebelumnya menjajah Indonesia, merasa berhak atas wilayah di Indonesia.

Hingga akhirnya terjadilah beberapa usaha untuk menemukan titik tengah dengan melakukan diplomasi. Diplomasi pertama dilakukan melalui sebuah perjanjian yang diadakan di sebuah daerah di Jawa Barat yakni Linggarjati. Tempat ini sekarang menjadi situs bersejarah yakni museum Linggarjati.

Perjanjian Linggarjati semula menjadi angin segar bagi Indonesia karena dapat menjadi penengah ternyata menjadi mimpi buruk. Sebab, dengan adanya perjanjian Linggarjati menyebabkan wilayah Indonesia semakin sempit. Selain itu, isi perjanjian juga kerap dilanggar oleh Belanda hingga meletus lah agresi militer Belanda yang pertama.

Agresi militer Belanda yang pertama ini disebabkan oleh adanya perbedaan penafsiran atas isi perjanjian terkait keberadaan Uni Indonesia-Belanda. Agresi militer Belanda yang pertama telah menyebabkan banyak kerugian bagi Indonesia. Maka dari itu, Indonesia memutuskan untuk menyetujui adanya perundingan kembali. Perundingan ini dinamakan perjanjian Renville.

Perjanjian renville diadakan di kapal perang USS Renville dari Amerika Serikat dan ditengahi oleh komisi tiga negara yang terdiri dari Belgia, Australia, dan Amerika Serikat. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian ini diadakan dengan memiliki tujuan tertentu baik bagi Indonesia maupun Belanda. Lalu, apa saja tujuan diadakannya perjanjian ini? Selengkapnya di bawah ini.

1. Menunjukkan bahwa Republik Indonesia merupakan negara kecil di wilayah Indonesia

Bagi Belanda, adanya perjanjian renville di Indonesia adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia merupakan sebuah negara kecil yang ada di wilayah Indonesia. Di mana wilayah Indonesia masih berada di bawah kekuasaan dan pengaruh kolonialisme Belanda.

Maka dari itu, Belanda memiliki keinginan untuk merubah bentuk negara Indonesia yang semula berbentuk negara kesatuan menjadi negara republik Indonesia serikat. Republik Indonesia Serikat sendiri merupakan salah satu bagian dari negara-negara bentukan Belanda.

Dengan adanya Republik Indonesia Serikat menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidaklah berarti apa-apa bagi pengaruh kolonialisme Belanda. Atau dalam artian Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda.

Semula, Indonesia setuju dengan rencana perubahan bentuk negara. Hal ini dapat dilihat dari struktur negara dan landasan negara yang sempat berubah menjadi serikat. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama karena terjadi pergolakan dan pertentangan sebab tak sesuai dengan kondisi Indonesia.

Setelah adanya agresi militer yang pertama, Belanda menduduki beberapa wilayah dan akhirnya mengklaim wilayah tersebut menjadi bagian Belanda. Selain itu, Belanda juga menetapkan garis pembatas antara wilayah Indonesia dan wilayah Belanda.

Garis pembatas itu dinamakan dengan garis Van Mook atau garis status quo. Van Mook sendiri merupakan nama seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menjabat yakni Hubertus Van Mook.

Garis status quo adalah batas yang mengelilingi wilayah tanah yang tak memiliki tuan yang membatasi antara wilayah Indonesia dengan Belanda. Keberadaan garis Van Mook membuat wilayah Indonesia semakin sempit.

2. Mendirikan negara persemakmuran di Indonesia

Salah satu tujuan adanya perjanjian Renville bagi Belanda adalah untuk memecah belah persatuan negara Indonesia. Belanda menerapkan syarat jika negara Indonesia ingin diakui sebagai negara berdaulat maka Indonesia harus menjadi bagian dari negara persemakmuran Belanda yang kemudian dinamakan dengan Uni Indonesia-Belanda.

Taktik ini digunakan Belanda untuk mengontrol Indonesia sekalipun Indonesia telah mendeklarasikan kemerdekaannya. Selain itu, setalah adanya pendudukan pada agresi militer I, Belanda juga mendirikan negara-negara boneka yang tidak terlalu termasuk ke dalam wilayah Indonesia.

Beberapa wilayah tersebut kemudian bergabung ke dalam BFO atau Bijeenkomst voor Federal Overlag. Adapun anggota dari Perserikatan yang didirikan oleh Belanda adalah Madura, Borneo Barat, Sumatera Timur dan Jawa Timur.

Wilayah-wilayah tersebut bahkan lebih memihak kepada Belanda dibandingkan Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuat misi Belanda tercapai. Belanda berhasil memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia sehingga Belanda dapat mengontrol Indonesia dengan mudah.

3. Menghentikan perselisihan setelah adanya perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati telah merugikan pihak Indonesia. Perjanjian yang diadakan di Kuningan, Jawa Barat itu menjadi perjanjian pertama yang ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia sebagai upaya untuk melakukan diplomasi atas permasalahan yang terjadinya.

Perjanjian Linggarjati awalnya bertujuan untuk mendapatkan kejelasan bagi status kedaulatan Indonesia. Sayangnya, pada perjanjian ini banyak sekali pelanggaran yang dilakukan Belanda. Salah satunya karena adanya salah tafsir atas hasil perjanjian Linggarjati yakni pembentukan Ini Indonesia- Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepalanya.

Indonesia mengartikan adanya uni Indonesia-Belanda sebagai hubungan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Belanda. Namun, Belanda mengartikan bahwa keberadaan Uni Indonesia-Belanda sebagai sebuah persetujuan atas bersatunya Indonesia dengan Belanda di mana Belanda sebagai pemimpinnya.

Perbedaan pendapat inilah yang kemudian membuat Belanda melancarkan serangannya kepada Indonesia yang selanjutnya dikenal dengan Agresi Militer I. Hal ini secara jelas Belanda telah melanggar salah satu isi perjanjian Linggarjati dengan melakukan gencatan senjata.

Pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah agresi militer yang pertama. Indonesia dan Belanda sama-sama melakukan gencatan senjata dan kukuh dengan klaim wilayah masing-masing. Adanya agresi militer I ini telah menyebabkan banyak korban dari Indonesia.

Hal inilah yang kemudian mendapatkan kecaman dari dewan keamanan PBB. PBB kemudian mengajak kedua negara yakni Indonesia dan Belanda pada sebuah meja perundingan untuk menghasilkan sebuah perjanjian kembali. Perjanjian inilah yang dikenal dengan perjanjian Renville.

Adanya perjanjian Renville, pihak Indonesia berharap dapat menghentikan pertikaian dan menemukan solusi sehingga tidak ada lagi korban sebagaimana yang terjadi pada agresi militer I. Perjanjian renville dilaksanakan melalui perantara KTN yakni komisi tiga negara karena pada saat itu keadaan sedang tidak memungkinkan.

Selain itu, Indonesia berharap dengan adanya perjanjian Renville dapat menguntungkan Indonesia dalam hal status beberapa wilayah dan berakhir jatuh ke tangan Indonesia. Sayangnya perjanjian ini membutuhkan waktu yang lama dan Indonesia kembali dirugikan sebagaimana yang terjadi pada perjanjian Linggarjati.

Beberapa wilayah yang diklaim Belanda kembali dimenangkannya. Hasil dari perjanjian Renville Indonesia hanya mendapatkan wilayah yakni 3/4 wilayah pulau Sumatera, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Bahkan keberadaan perjanjian renville membuat wilayah Indonesia semakin sempit dibandingkan sebelumnya.

4. Menghindari perang dengan kerugian yang lebih besar

Salah satu tujuan adanya perjanjian Renville bagi Indonesia adalah untuk menghindari adanya perang yang lebih besar dari pada agresi militer Belanda yang pertama. Agresi militer Belanda yang pertama sudah menyebabkan kerugian besar bagi Indonesia.

Pada saat agresi militer Belanda yang pertama Indonesia mengalami kehilangan banyak pasukan. Selain itu juga Indonesia mengalami kerugian materiil dan kehilangan beberapa wilayah yang memiliki potensi tinggi.

Indonesia telah memperhitungkan dengan seksama sebelum menyetujui adanya perjanjian renville. Indonesia mendengarkan masukan mengenai usulan yang diajukan Belanda pada perjanjian. Saat itu, Indonesia yang diwakili oleh Mr Amir Syarifuddin sebenarnya sudah merasakan akibat dari adanya perjanjian ini yakni kerugian yang dialami oleh Indonesia. Melihat kasus perjanjian sebelumnya, Belanda selalu licik dan melanggar isi perjanjian.

Namun, saat itu Indonesia tidak mempunyai pilihan lain. Sebab, jika perundingan tidak dilaksanakan maka kemungkinan besar Belanda melakukan penyerangan kembali sangat besar. Hal ini jelas saja akan menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar. Sebab, bisa saja serangan yang dilancarkan Belanda jauh lebih besar dibandingkan agresi militer yang pertama.

Oleh sebab itu, perwakilan Indonesia sepakat untuk melakukan perjanjian renville untuk menghindari perang. Selain untuk menghindari perang juga untuk memperbaiki keadaan dalam negeri Indonesia sendiri. Masih banyak urusan yang harus diselesaikan.