Daftar isi
Baru-baru ini dunia sedang gencar terkait permasalahan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Pasalnya, pada Kamis, 24 Februari 2022 lalu, Negara terluas di dunia ini secara resmi menyatakan perang dan mengivasi negara tetangganya yakni Ukraina.
Dalam invasi tersebut, Presiden Rusia yang bernama Vladimir Putin akan mengancam negara lain jika seandainya ikut campur dalam peperangan dengan Ukraina. Ancaman tersebut tentunya akan menimbulkan konsekuensi yang sangat berat.
Lantas, apa alasan yang menyebabkan Rusia menyerang dan menginvasi Ukraina? Berikut ini penjelasan lengkapnya.
1. Rasa Duka atas Runtuhnya Uni Soviet
Vladimir Putin selaku Presiden Ukraina ini masih menyimpan rasa duka yang sangat mendalam atas hilangnya kekuasaan serta pengaruhnya sejak Uni Soviet rutuh pada Desember 1991 silam. Runtuhnya Uni Soviet tersebut berawal dari kemerosotan ekonomi yang berlangsung pada tahun 1985.
Ketika itu, Uni Soviet sedang dipimpin oleh Presiden Mikhail Gorbachev. Segala kebijakan telah dilakukan oleh dirinya. Akan tetapi kebijakan itu pada perkembangannya telah dianggap mempercepat runtuhnya Uni Soviet.
Salah satu kebijakan yang kontroversialnya adalah Perestroika di mana berusaha untuk mengubah sistem komunisme menjadi sistem demokratis. Akibatnya, timbul keinginan negara-negara bagian yang ingin melepaskan diri dari Uni Soviet. Dengan kata lain, mereka ingin menjadi negara yang merdeka.
Pada 25 Desember 1991, Mikhail Gorbachev menyatakan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uni Soviet. Kemudian bendera palu arit Uni Soviet resmi diturunkan dari luar Kremin untuk terakhir kalinya dan digantikan oleh bendera tiga warna.
Bendera tiga warna yang terdiri dari merah, putih dan biru inilah yang menjadi awal lahirnya Negara Rusia. Rusia menggantikan semua kekuasaan Uni Soviet. Lantas, apa hubungannya dengan permasalahan dengan Rusia?
Banyaknya negara di Benua Eropa yang sudah makmur, modern, bebas dan demokratis yang terletak di perbatasan Rusia inilah dianggap sebagai ancaman bagi rezim pemerintahan Vladimir Putin. Salah satu negaranya adalah Ukraina.
Selain itu, rasa duka ini juga disampaikan oleh Presiden Putin dalam pidato resminya tersebut. Ia mengatakan bahwa runtuhnya Uni Soviet telah menyebabkan adanya pembagian kembali dunia, dan norma-norma hukum internasional yang berkembang pada kala itu.
Selain itu, ia juga melanjutkan bahwa norma-norma dasar yang diadopsi setelah Perang Dunia II ini Sebagian besar memformalkan hasilnya datang di jalan mereka yang pada akhirnya menyatakan diri sebagai pemenang Perang Dingin.
2. Rusia Tak Ingin Ukraina Gabung ke NATO
Alasan terbesar mengapa Rusia menyerang Ukraina adalah karena negara tersebut berniat untuk gabung ke NATO. Seperti yang kita ketahui, NATO atau kependekan dari North Atlantic Treaty Organization merupakan sebuah organisasi militer yang terdiri banyak negara barat yakni 2 negara dari Amerika Utara, 27 negara dari Eropa, serta 1 negara Eurasia.
Terkait hal ini, Rusia sudah sejak lama menolak Ukraina untuk bergabung ke dalam organisasi tersebut. Jose Tavares selaku Duta Besar Indonesia untuk Rusia menyatakan bahwa Rusia amat khawatir apabila seandainya NATO membawa persenjataannya ke perbatasan Ukraina. Hal ini tentunya akan menjadi ancaman besar di mana kota-kota besar Rusia dapat dijadikan sebagai sasaran yang mudah dikuasai.
Namun Ukraina telah berulang kali menyatakan niatnya untuk bergabung menjadi negara anggota NATO, dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Ukraina. Pasalnya, terdapat prinsip pertahanan kolektif NATO yang menyatakan bahwa serangan yang terjadi pada satu suku akan dianggap sebagai serangan terhadap semua sekutu. Negara anggota NATO pun berkomitmen untuk melindungi satu sama lain.
Saat ketegangan terus meningkat antara Rusia dan Ukraina, para pemimpin barat termasuk Presiden AS Joe Biden telah mengklaim bahwa tidak akan mengirim pasukan untuk mempertahankan Ukraina bila terjadi invasi Rusia.
3. Rusia Tak Ingin Adanya Pembangunan Infrastruktur di Perbatasan Rusia
Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa Rusia sangat khawatir mengenai pembangunan infrastruktur NATO yang dilakukan di dekat perbatasannya. Rusia juga menilai, NATO enggan melakukan dialog secara konstruktif untuk menurunkan ketegangan demi mengurangi risiko insiden yang tidak terduga.
Bahkan Putin juga tidak yakni mengapa aliansi tersebut masih ada sampai saat ini. Rusia sudah melakukan latihan militer di wilayahnya sendiri. Sedangkan NATO masih rutin melakukan pembangunan infrastruktur di perbatasan Rusia. Inilah yang menyebabkan kenapa Rusia menyatakan perang terhadap Ukraina yang ingin bergabung ke NATO.
4. Membela Penutur Bahasa Rusia di Ukraina
Ukraina adalah salah satu negara terpenting bagi Rusia. Ukraina menjadi negara yang populasinya paling besar di wilayah bekas Uni Soviet tersebut dengan total jumlah penduduk sekitar 44,9 juta penduduk. Tidak hanya itu, hal paling pentingnya adalah karena Ukraina mempunyai perbatasan dengan Rusia.
Dari sini menunjukkan betapa pentingnya Ukraina bagi Rusia. Jika seandainya Barat berhasil mengajak Ukraina untuk bergabung, maka hal yang sangat dikhawatirkan Rusia akan terjadi.
Ini juga tentunya akan berdampak pada penutur Bahasa Rusia yang ada di Ukraina. Hampir 60% dari rakyat Krimea merupakan etnis Rusia dan menjadi penutur Bahasa Rusia. Oleh sebab itu, adanya invansi di Ukraina ini bertujuan untuk membela penutur Bahasa Rusia. Khususnya penutur bahasa yang berada di wilayah Timur Ukraina yakni Donetsk dan Luhansk.
5. NATO yang Memperluas Infrastruktur Militer ke Timur
Rusia yang tidak mengizinkan Ukraina untuk gabung ke NATO adalah karena Barat sudah mengkhianati Moskwa dengan melanggar komitmen verbal yang sudah dibuat pada akhir Perang Dingin. Komitmen tersebut yaitu NATO tidak akan memperluas wilayahnya ke timur pada tahun 1990.
Akan tetapi NATO melanggarnya dan tetap melakukan ekspansi. Akhirnya, Rusia mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan Ukraina dan mengirimkan tuntutan keamanan kepada Washington dan NATO.
Sebagai tanggapannya, aliansi tersebut sudah berebut untuk bernegosiasi dengan Moskwa dan meredakan situasi sengit tersebut. Namun upaya diplomasi tingkat tinggi itu hanya membuahkan sedikit berhasil karena Washington dan NATO menolak tuntutan utama Kremlin.
Sedangkan, Rusia juga menolak untuk mengalah atas permintaanya supaya aliansi itu dapat menghentikan seluruh aktivitas militer di Eropa Timur. Selain itu, juga Rusia juga melarang Ukraina menjadi anggota.
Hingga 24 Maret 2022, perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-28. Setelah Ukraina menolak menyerah kepada Rusia, akan tetapi negara tersebut tidak ada hentinya melakukan pengebomam di Mariupol. Bahkan telah mengubah kota tersebut menjadi abu tanah mati.
Berdasarkan pernyataan Menteri Kesehatan Ukraina yakni Viktor Lyashko, ada sekitar 100.000 orang yang masih tinggal di Kota Mariupol tersebut dalam kondisi tidak manusiawi tanpa adanya makanan, air dan obat-obatan.
Bahkan terdapat 300.000 orang di Kota Kherson Selatan yang kehabisan bahan makanan dan pasokan medis. Kherson ini merupakan kota besar Ukraina pertama yang telah dikuasai oleh Rusia sejak invasi tersebut dimulai. Selain itu, banyak pula bangunan infrastruktur yang telah rusak salah satunya adalah rumah sakit.