Dalam sejarah, latar belakang Portugis saat datang ke Indonesia adalah melengkapi kebutuhan akan bahan-bahan pokok yang dimiliki oleh bangsa kita.
Untuk mencukupi kebutuhan di negaranya, Portugis melakukan pelayaran ke timur dengan maksud untuk mencari rempah-rempah. Pada 15 Agustus 1511, mereka berhasil merebut Malaka dan kemudian mengalihkan perhatiannya ke Maluku karena mereka telah mengetahui bahwa Maluku merupakan penghasil rempah-rempah besar.
Segala upaya dikerahkan untuk bekerjasama dengan kerajaan Ternate yang saat itu tidak akur dengan kerajaan Tidore. Sampai akhirnya berhasil dalam membangun kerjasama tersebut. Lalu apa alasan sampai Kerajaan Ternate memerangi Portugis saat itu? Berikut penjelasannya.
Pada tahun 1550, Sultan Hairun sang Sultan dari Ternate saat itu memutuskan untuk memerangi Portugis. Pada awalnya pada tahun 1546 datang seorang misionaris terkenal, Santo Fransiskus Xaverius ke Ternate.
Sultan kemudian memberi izin untuk kegiatan misionaris di Maluku dengan syarat kegiatan misionaris hanya ditujukan bagi rakyat Ternate yang masih menganut animisme, apapun tindakan untuk memengaruhi orang islam beralih agama dilarang. Namun belakangan peraturan itu dilanggar.
Hal itu digunakan oleh Portugis sebagai tameng dalam upayanya merongrong Ternate, sejumlah kerajaan kecil yang telah dikristenkan dihasut untuk menentang Ternate, rakyat kerajaan-kerajaan kecil yang muslim dipaksa beralih agama. Tindakan Portugis inilah yang kemudian menimbulkan kemarahan Sultan Khairun dan akhirnya secara terang-terangan mengumumkan perang terhadap Portugis.
Hingga akhirnya pada tahun 1570, Sang Sultan dibunuh oleh Portugis yang bersekongkol dengan Gubernur Maluku saat itu, yaitu Gubernur De Mesquita.
Hal inilah yang memicu kemurkaan orang-orang Ternate serta raja-raja Maluku lainnya. Dewan diraja Ternate, yang didukung oleh para kaicili dan sangaji (penguasa daerah), mengadakan musyawarah di Pulau Hiri dan menetapkan Kaicili Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya, dengan gelar Sultan Baabullah Datu Syah.
Sultan Baabullah yang berjanji akan memusuhi dan mengusir Portugis dari tanah Maluku mempunyai strategi sendiri dalam memerangi Portugis. Salah satunya adalah dengan menikahi saudari Sultan Gapi Baguna dari Tidore.
Beberapa raja Maluku lainnya menyisihkan sejenak perselisihan mereka dan bergabung di bawah pasukan Baabullah dan bendera Ternate. Begitu pula sejumlah penguasa daerah di sekitar Maluku.
Beliau memimpin segenap rakyat Maluku menentang Portugis dalam peperangan selama 5 tahun berikutnya dan berhasil mengusir Portugis dari bumi Maluku untuk selamanya tahun 1575.