Daftar isi
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas seputar Artificial Intelligence, berikut pembahasannya.
Artificial Intelligence disingkat AI atau jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia adalah Kecerdasan Buatan. Kecerdasan buatan (AI) adalah cabang luas dari ilmu komputer yang berkaitan dengan membangun mesin pintar yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia.
Kecerdasan buatan adalah konstelasi dari banyak teknologi berbeda yang bekerja bersama untuk memungkinkan mesin merasakan, memahami, bertindak, dan belajar dengan tingkat kecerdasan seperti manusia. Mungkin itu sebabnya tampaknya definisi kecerdasan buatan setiap orang berbeda: AI bukan hanya satu hal.
Teknologi seperti pembelajaran mesin dan pemrosesan bahasa alami adalah bagian dari ranah AI. Masing-masing berkembang di sepanjang jalannya sendiri dan, ketika diterapkan dalam kombinasi dengan data, analitik, dan otomatisasi, dapat membantu bisnis mencapai tujuan mereka, baik itu meningkatkan layanan pelanggan atau mengoptimalkan rantai pasokan.
Dimulai pada saat Perang Dunia Kedua, perkembangannya terkait erat dengan komputasi dan telah menyebabkan komputer melakukan tugas yang semakin kompleks, yang sebelumnya hanya dapat didelegasikan kepada manusia.
Namun, otomatisasi ini masih jauh dari kecerdasan manusia dalam arti sempit, yang membuat namanya terbuka untuk dikritik oleh beberapa ahli. Tahap akhir penelitian mereka (AI “kuat”, yaitu kemampuan untuk mengontekstualisasikan masalah khusus yang sangat berbeda dengan cara yang sepenuhnya otonom) sama sekali tidak sebanding dengan pencapaian saat ini (AI “lemah” atau “sedang”, sangat efisien dalam pelatihan mereka. bidang).
AI “kuat”, yang baru saja terwujud dalam fiksi ilmiah, akan membutuhkan kemajuan dalam penelitian dasar (bukan hanya peningkatan kinerja) untuk dapat memodelkan dunia secara keseluruhan.
Namun, sejak 2010, disiplin ini telah mengalami ledakan baru, terutama karena peningkatan yang cukup besar dalam daya komputasi komputer dan akses ke data dalam jumlah besar.
Janji, pembaruan, dan kekhawatiran, kadang-kadang dikhayalkan, memperumit pemahaman objektif tentang fenomena tersebut. Pengingat sejarah singkat dapat membantu menempatkan disiplin dan menginformasikan perdebatan saat ini.
Kecerdasan buatan menggunakan pembelajaran mesin untuk meniru kecerdasan manusia. Komputer menggunakan algoritma dan data historis untuk membuat sesuatu yang disebut model kecenderungan.
AI dapat melakukan lebih dari ini, tetapi itu adalah kegunaan dan fungsionalitas umum untuk pemasaran. Dan walaupun sepertinya mesin siap untuk bangkit dan mengambil alih, manusia masih diperlukan sebagai Sumber Daya untuk melakukan banyak pekerjaan.
AI digunakan di berbagai domain untuk memberikan wawasan tentang perilaku pengguna dan memberikan rekomendasi berdasarkan data. Misalnya, algoritme penelusuran prediktif Google menggunakan data pengguna sebelumnya untuk memprediksi apa yang akan diketik pengguna selanjutnya di bilah penelusuran.
Netflix menggunakan data pengguna sebelumnya untuk merekomendasikan film apa yang mungkin ingin dilihat pengguna selanjutnya, membuat pengguna terhubung ke platform dan meningkatkan waktu tonton. Facebook menggunakan data masa lalu pengguna untuk secara otomatis memberikan saran untuk menandai teman Anda, berdasarkan fitur wajah mereka di gambar mereka. AI digunakan di mana-mana oleh organisasi besar untuk membuat kehidupan pengguna akhir menjadi lebih sederhana.
Kelebihan Artificial Intelligence
Kekurangan Artificial Intelligence
Munculnya AI membuat tidak mungkin untuk mengabaikan perdebatan serius tentang peran masa depan pengajaran dan pembelajaran di pendidikan tinggi dan jenis pilihan apa yang akan diambil universitas sehubungan dengan masalah ini. Laju cepat inovasi teknologi dan perpindahan pekerjaan yang terkait, diakui secara luas oleh para ahli di lapangan (sumber), menyiratkan bahwa mengajar di pendidikan tinggi memerlukan pertimbangan ulang peran dan pedagogi guru.
Penggunaan solusi teknologi saat ini seperti ‘sistem manajemen pembelajaran’ atau solusi TI untuk mendeteksi plagiarisme telah menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang menetapkan agenda belajar-mengajar: perusahaan atau institusi pendidikan tinggi? Munculnya techlords dan kuasa-monopoli beberapa raksasa teknologi juga menimbulkan pertanyaan mengenai pentingnya privasi dan kemungkinan masa depan dystopian.
Isu-isu ini layak mendapat perhatian khusus karena universitas harus memasukkan serangkaian risiko ini ketika memikirkan masa depan yang berkelanjutan.