5 Astronom Indonesia Beserta Biografi Singkatnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Astronom adalah sebutan bagi seseorang yang ahli dalam bidang astronomi atau sering disebut juga dengan nama ilmu perbintangan. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang benda-benda di langit maupun di luar angkasa seperti bintang, planet, asteroid, komet dan lainnya. Beberapa astronom dunia yang terkenal adalah Galileo Galilei, Isaac Newton, Stephen Hawking dan lain sebagainya. 

Ternyata Indonesia juga mempunyai astronom yang tak hebat dari mereka. Berikut adalah Astronom dari Indonesia yang perlu kita ketahui. 

1. Bambang Hidayat

Bambang Hidayat

Bambang Hidayat merupakan seorang pria kelahiran kudus pada tanggal 18 September 1934 di Kudus. Anak sulung dari 8 bersaudara ini menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Semarang dan SMA Bag. B Semarang. Setelah lulus, Bambang melanjutkan studinya ke perguruan tinggi dengan mengambil FMIPA di Universitas Indonesia hingga S3 di Case Institute of Technology in Cleveland. 

Bambang Hidayat mempelajari ilmu perbintangan dengan seorang Astronom asal Belanda yakni Van Albada. Pengamatannya dilakukan di Observatorium Bosscha yang ada di Lembang, Jawa Barat. Hingga akhirnya ia dipercaya untuk menjadi asisten pengamatan bintang ganda visual dengan menggunakan teropong Zeiss Besar. Proyek  pertamanya adalah mengamati planet Mars pada tahun 1954. 

Pada tahun 1960 Bambang memilih “Struktur Galaktika” sebagai ilmu bidangnya. Pada tahun yang sama ia turut serta dalam pemasangan teropong jenis Schmidt yang kelak dinamai sebagai teropong Schmidt Bimasakti. Setelah menyelesaikan studi S3 nya ia naik jabatan dari asisten menjadi pimpinan Observatorium Bosscha. Bambang Hidayat juga ditunjuk menjadi guru besar ITB untung bidang Astronom. 

2. Johny Setiawan 

Johny Setiawan

Johny Setiawan merupakan seorang Astronom sekaligus Astrofisika yang lahir pada tanggal 16 Agustus 1974. Sebelum ia pindah ke Jerman pada tahun 1992, ia menghabiskan masa muda nya di wilayah Johar Baru. Ia menempuh pendidikannya di Marsudirini, Matraman, Jakarta Timur.

Pindahnya Johny ke Jerman adalah untuk melanjutkan pendidikannya yaitu di  Universitas Freiburg, Hindenburg  dengan jurusan Fisika. Ketertarikannya terhadap benda-benda langit bermula ketika ia kanak-kanak. Ia terinspirasi dari film favoritnya yaitu Star Trek dan juga buku-buku tentang cuaca dan alam semesta. 

Johny mulai berkarir sebagai Astronom pada tahun 2003 yaitu sebagai peneliti di Departemen Pembentukan Bintang dan Planet, Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman. Selama berkarir ia berhasil menemukan 15 eksoplanet atau planet luar tata surya kita. Penemuan pertama bersama dengan rekan satu timnya terjadi pada tahun 2005 yang kemudian diberi nama HD 11977 b. Sedangkan planet terakhir ia temukan adalah HIP 13044b. 

3. Moedji Raharto

Moedji Raharto

Moedji Raharto merupakan seorang Astronom kelahiran Blitar pada tanggal 8 November 1954. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha periode 1999-2004. Saat ini dirinya merupakan Associate Professor di program studi Astronomi FMIPA ITB Bandung dan juga ITERA Lampung. 

Ketertarikannya dalam ilmu perbintangan dimulai sejak ia masih duduk di bangku menengah atas di SMA N 3 Surabaya. Di sela-sela masa studinya ia sering menulis tentang gerhana, kalender Islam dan juga kalender Masehi. Minat nya tersebut kemudian ia asah di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Astronomi. Studinya kemudian berlanjut ke Universitas Tokyo Jepang pada tahun 1997. 

Moedji juga pernah menjadi Anggota International Islamic Calendar Programme di Malaysia. Kecintaannya terhadap dunia Astronom ia tanamkan kepada masyarakat luas. Ia kerap mengajak masyarakat untuk melihat gerhana dengan menggunakan kacamata khusus. Ia juga meminta agar setiap sekolah memiliki teropong agar siswa lebih mengenal dunia perbintangan. 

Kiprahnya di dunia Astronom tergolong cemerlang hingga namanya diabadikan ke dalam salah satu asteroid yaitu 12177 Raharto. Asteroid tersebut ditemukan pada tahun 1977 oleh C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld yang merupakan astronom Belanda. 

4. Winardi Sutantyo

Winardi Sutantyo

Winardi Sutantyo merupakan seorang pria kelahiran Solo 19 Mei 1944 adalah seorang ahli astrofisika. Ia merupakan dosen di Departemen Astronomi ITB Bandung yang dikenal tak pernah lelah dalam mengajar. Selain menjadi pengajar dulunya ia merupakan mahasiswa di ITB yang lulus pada tahun 1971. Ia kemudian mengambil program S3 di Amsterdam pada tahun 1975 yaitu di Universitas Amsterdam. 

Winardi mulai mengkaji bidang ilmu bintang ganda dekat sejak tahun 1970 an.  Kecerdasan dan kegigihannya menjadikan ia sebagai penemu teori Low Mass X-ray Binaries atau dalam ilmu astronomi dikenal dengan istilah LMXB. Ilmu dan pengetahuannya ia tuangkan ke dalam buku yang berjudul “Astrofisika Mengenal Bintang” bersama dengan astronom lain yakni Bambang Hidayat. Buku tersebut menjadi satu-satunya buku astronom yang ditulis menggunakan bahasa Indonesia. 

Terin Winardi Sutantyo yang lainnya adalah teori yang mengemukakan tentang asal sinar x yang ada di gugus bola. Sebelum wafatnya pada tanggal 6 Maret 2006, beliau pernah menjabat sebagai ketua APRIM. 

5. Premana Premadi 

Premana Premadi 

Premana Premadi adalah seorang astronom perempuan pertama dari Indonesia. Ia lahir pada tahun 1964 di Surabaya. Sama seperti astronom yang telah disebutkan di atas, pemilik nama lengkap Premana Wardayanti Premadi juga diabadikan untuk nama asteroid yaitu 12937 Premadi. Asteroid tersebut terletak bersebelahan dengan Asteroid terbesar di tata surya yaitu Asteroid Vesta. 

Wanita yang akrab disapa Nana ini mulai tertarik dengan benda-benda langit sejak SMA. iA Terinspirasi dari guru fisika dan kimia nya serta setelah melihat gambar pesawat Voyager milik NASA. Ia kemudian menekuni ketertarikannya tersebut ke ITB dan dilanjut ke Universitas Texas, Austin, Amerika Serikat untuk mengambil gelar Doktor.

Premadi juga pernah menjabat sebagai kepala Kepala Observatorium Bosscha. Selain itu guru besar ITB ini juga mengajak anak-anak untuk mengenal dunia astronomi dengan membangun organisasi Universe Awareness for Children (Unawe) pada tahun 2007. Tak hanya itu, Premadi juga turut ambil peran dalam pembangunan observatorium di Kupan, Nusa Tenggara Timur. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn