11 Ciri Masyarakat Tradisional dan Contohnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ilmu sosiologi mengkaji banyak hal dan sisi masyarakat, salah satunya adalah jenis masyarakat yang dikenal terbagi menjadi beberapa, salah duanya adalah masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Masyarakat tradisional merupakan kelompok masyarakat yang hidup sehari-hari dengan melakukan kebiasaan yang sudah dilakukan turun-temurun.

Seperti istilahnya, “tradisional”, masyarakat jenis ini memiliki adat-istiadat yang dijaga walau sudah berada di zaman modern sekalipun karena kebiasaan atau adat-istiadat ini mengandung nilai luhur dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Maka ketika masyarakat modern lebih berpikiran terbuka karena mampu menerima ideologi baru namun dengan sifat yang tertutup, masyarakat tradisional adalah kebalikannya.

Sebagai akibatnya, masyarakat tradisional cenderung sulit menerima hal-hal baru, termasuk ilmu pengetahuan, ilmu teknologi, dan perkembangan budaya lainnya. Berikut ini merupakan ciri masyarakat tradisional dan contohnya yang dapat menambah wawasan kita.

1. Memegang Nilai-nilai Luhur dari Nenek Moyang

Sebagai pemegang teguh nilai-nilai luhur yang tidak mudah luntur sekalipun ada nilai-nilai dan ideologi baru di zaman modern. Masyarakat tradisional tidak sekadar menghormati dan meyakini nilai-nilai luhur yang mereka warisi dari leluhur atau nenek moyang mereka, tapi juga senantiasa melakukan semua itu sehari-hari sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan.

Walau memegang nilai-nilai luhur dari nenek moyang, bukan berarti masyarakat modern kemudian tidak menerapkan nilai-nilai kemasyarakatan yang berlaku. Sekalipun memegang nilai luhur, dalam hidup bermasyarakat mereka tetap mengutamakan nilai kemasyarakatan agar tercipta kehidupan sosial yang baik dan saling rukun.

2. Bersifat Homogen

Sifat homogen menandakan bahwa individu-individu yang ada di dalam masyarakat tradisional satu sama lain nampak serupa atau tidak jauh berbeda, dari segi pola pikir, perilaku, dan sikapnya. Dalam berbagai aspek kehidupan, masyarakat tradisional yang bersifat homogen akan selalu nampak disebabkan oleh ketertutupan mereka terhadap pengetahuan baru dan dunia luar.

3. Mengutamakan Kesederhanaan

Bila dilihat dari gaya hidup, masyarakat tradisional memiliki ciri yang memprioritaskan kesederhanaan. Berbanding terbalik dengan masyarakat modern yang cenderung bergaya hidup mewah, masyarakat tradisional yang belum atau enggan mengenal dunia luar dan modern hidup apa adanya.

Sekalipun hidup di zaman modern, hal ini tidak membuat masyarakat tradisional terlalu memusingkan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan zaman dan hanya fokus pada kebiasaan-kebiasaan yang sudah sejak zaman dulu mereka terapkan.

4. Masih Melaksanakan Adat

Adat-istiadat adalah hal penting yang tidak hanya akan terus dipegang oleh masyarakat tradisional, tapi juga dilestarikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diwariskan turun-temurun dari nenek moyang, adat-istiadat dengan berbagai nilai dan sistemnya tidak mudah menggoyahkan masyarakat tradisional untuk berpindah haluan pada budaya dan adat baru di zaman modern.

5. Menjunjung Tinggi Nilai Gotong Royong

Masyarakat Indonesia terkenal akan nilai gotong royong yang sudah diterapkan sejak zaman dulu. Sifat dan nilai satu ini mungkin kini hanya dapat dijumpai di perkampungan atau pedesaan saja karena di tengah masyarakat modern yang cenderung tertutup dan individualis, kegotongroyongan sudah cukup memudar.

Masyarakat tradisional sebagai masyarakat bersifat homogen dan masih menjaga nilai luhur dan adat istiadat membuat mereka juga masih menjunjung tinggi gotong royong dengan rasa kebersamaan yang tinggi. Gotong royong artinya adalah melakukan berbagai kegiatan bersama-sama, yakni hubungan dan kebersamaan dalam aktivitas tertentu untuk saling membantu di wilayah tempat tinggal masyarakat tersebut.

6. Bersifat dan Bersikap Partikularisme

Kehidupan masyarakat tradisional juga becirikan sifat maupun sikap partikularisme, yakni sebuah sifat subjektif yang mengutamakan kebersamaan dan hubungan dekat antara satu dengan lainnya. Jalinan hubungan seperti ini terbangun dan telah mendarah daging.

Dikarenakan adanya sesuatu yang berlaku hanya di dalam masyarakat atau lingkungan masyarakat tersebut tinggal tanpa memedulukan adanya hal, kepentingan, dan unsur lain di luar yang mereka percaya dan pegang teguh.

7. Memiliki Jumlah Anggota Masyarakat Lebih Sedikit

Zaman akan selalu berkembang dan manusia kebanyakan pasti dapat mengikuti arus perkembangan zaman. Artinya, hanya sedikit kalangan masyarakat tradisional yang enggan menerima hal-hal baru sebagai hasil dari perkembangan zaman.

Jumlah anggota masyarakat tradisional lebih sedikit daripada jumlah anggota masyarakat modern karena pola pikir tertutup sehingga tidak mudah membuka diri bahkan terhadap anggota masyarakat baru.

8. Memiliki Hubungan dengan Dasar Rasa Kasih Sayang

Dibandingkan dengan masyarakat modern yang bersifat heterogen dan cenderung individualis, masyarakat tradisional masih menjunjung tak hanya gotong royong tapi juga hubungan antar anggota masyarakat atas dasar rasa kasih sayang. Karena faktor satu ini tercipta rasa kebersamaan yang membuat masyarakat dapat saling tolong-menolong dan bahu-membahu kapan saja.

Dasar rasa kasih sayang ini disebut juga dengan istilah sifat afektivitas sebab mereka selalu ingin dan mengutamakan interaksi sosial. Jika masyarakat modern rata-rata lebih mementingkan pekerjaan dan diri mereka sendiri saat berhubungan sosial, masyarakat tradisional adalah kebalikannya.

9. Bersifat Statis

masyarakat statis suka melakukan sesuatu secara berulang kali dan telah nyaman dengan kebiasaan hidup tersebut. Mereka dapat melakukan sesuatu yang sama dalam kehidupan sehari-hari. Ini karenakan keengganan untuk menerima perkembangan dan pembaruan suatu hal.

Sayangnya, bila terus-menerus begini masyarakat tradisional tidak mengalami kemajuan yang baik di zaman modern dengan segala sesuatunya yang berubah dan berkembang cepat.

10. Berpikiran Tertutup

Keberadaan masyarakat modern sebenarnya merupakan hasil perkembangan dari masyarakat tradisional yang telah terbuka dan menerima perkembangan serta perubahan zaman. Masyarakat tradisional tetap bersifat tradisional karena pola pikir yang terpaku pada budaya dan adat lama sehingga tidak ingin membuka diri untuk perkembangan serta pembaruan.

Ini menjadi alasan mengapa salah satu ciri dari masyarakat tradisional adalah berpikiran tertutup. Kenyamanan menjalani hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging serta ideologi lama turun-temurun yang mereka jalani sejak dulu (zaman nenek moyang) membuat penerimaan hal baru tidak mudah.

11. Memiliki IPTEK Lebih Rendah

Masyarakat tradisional tidak selalu berarti mereka tidak mengenal atau tidak mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi sama sekali. Hanya saja dari tingkat penguasaan IPTEK, kemampuan masyarakat tradisional cenderung lebih rendah daripada masyarakat modern.

Seringkali hal ini dikarenakan tidak mudah bagi mereka untuk cukup telaten mempelajari hal-hal baru, termasuk alat-alat modern sehingga mereka masih lebih nyaman menggunakan alat-alat tradisional di kehidupan sehari-hari.

Contoh-contoh Sikap atau Kehidupan Masyarakat Tradisional

Sikap maupun bentuk kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional pada dasarnya masih cukup sering kita lihat dan jumpai di Indonesia, beberapa contoh diantaranya adalah :

  • Penggunaan kerbau sebagai pembajak sawah alih-alih berganti haluan ke mesin bajak yang lebih modern dan mudah.
  • Pengaplikasian kerja bakti di kampung-kampung atau desa-desa sebagai bentuk kebersamaan dan prioritas menjunjung tinggi gotong royong.
  • Pekerjaan kurang bervariasi dan cenderung berfokus pada pekerjaan warisan (pekerjaan turun-temurun dari zaman nenek moyang), misalnya petani; hal ini juga biasanya dikarenakan sawah milik keluarga.
  • Penerapan sifat otoriter di sekolah dan penyesuaian diri hanya dapat dilakukan oleh pihak murid.
  • Kepercayaan terhadap hal-hal takhayul dan mitos yang masih sangat kuat, seperti anggota keluarga sakit justru dibawa ke ‘orang pintar’ alih-alih ke dokter, dan permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal di mana solusinya justru ada pada ‘orang pintar’ atau dukun daripada para ahli di bidangnya.
  • Penerapan rasa syukur dan cukup setiap hari yang berkaitan dengan gaya hidup sederhana masyarakat tradisional; hal ini bisa disebabkan oleh mobilitas sosial yang cenderung rendah.
  • Penerapan sanksi sosial terhadap siapapun yang melanggar norma sosial kemanusiaan, terutama dalam bentuk pengucilan dari pergaulan.
  • Penggunaan bahan-bahan alami lebih diutamakan karena menolak untuk pemakaian bahan sintesis atau artifisial yang berpotensi dapat menggantikan bahan alami.

Dari penjelasan ciri masyarakat tradisional dan contohnya, dapat disimpulkan bahwa jenis masyarakat kita ini masih dikuasai oleh kebiasaan, pola pikir, dan adat istiadat lama yang bisa berdampak positif namun juga bisa berdampak negatif untuk ke depannya di zaman maju seperti sekarang.

fbWhatsappTwitterLinkedIn