Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas merupakan cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain atau sebuah kiasan. Majas banyak ditemui dalam karya-karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, atau drama.
- Rumahku surgaku. (majas metafora)
- Hal yang paling sulit dilakukan oleh semua orang yakni sikap berlapang dada terutama saat sedang menghadapi kesulitan. (majas metafora)
- Ani sangat manis saat memakai baju berwarna merah muda. (manis: indera pengecap ditukar dengan indera penglihatan) (majas sinestesia)
- Tatapan mata pria itu sangat tajam, bahkan sejak masuk ke dalam ruangan ini. (tajam: indera peraba ditukar dengan indera penglihatan) (majas sinestesia)
- Bagaikan pungguk merindukan bulan. (majas simile)
- Gadis itu selalu dimanjakan oleh orang tuanya, tidak heran jika dia terlihat bak putri raja. (majas simile)
- Siapa yang tahu isi hati manusia? Kedalamannya lebih dalam dari samudera. (majas alegori)
- Keahlian seseorang ibarat mata pisau, apabila diasah terus menerus akan semakin tajam, namun apabila dibiarkan akan menjadi tumpul dan berkarat. (majas alegori)
- Semangat Bandung Lautan Api menggelora di hati kami. (majas alusio)
- Suara penyanyi wanita itu mirip seperti Raisha. (majas alusio)
- Saya menulis menggunakan pilot. (majas metonimia)
- Kami memilih terbang menggunakan Garuda untuk pergi ke Bangka. (majas metonimia)
- Menteri PU akan meresmikan tol baru. (majas antonomasia)
- Si gembul itu pasti telah menghabiskan seluruh kuah di atas meja ini. (majas antonomasia)
- Semua tim pencarian telah menunggu tim lainnya di mulut gua. (majas antropomorfisme)
- Pagi ini cukup cerah, burung-burung bersenandung dengan merdunya sambil berterbangan dengan riang. (majas antropomorfisme)
- Amarahnya menggelegar saat tahu anak gadisnya bermain dengan seorang pria. (majas hiperbola)
- Saat mengetahui kebenaran itu, hati Ani remuk redam. (majas hiperbola)
- Mohon maklumi gubuk kami (sebenarnya rumahnya permanen). (majas litotes)
- Tidak perlu sungkan, ini hanyalah pesta kecil-kecilan yang telah kami persiapkan beberapa minggu lalu. (majas litotes)
- Ombak itu saling berkejaran. (majas personifikasi)
- Pasir saling berbisik, seolah sedang menceritakan suatu kisah. (majas personifikasi)
- Hari ini saya tidak melihat batang hidungnya. (majas sinekdoke: pars pro toto)
- Tak semua anak laki-lakinya yang dipilih untuk menjadi pemimpin perusahaan. (majas sinekdoke: pars pro toto)
- Indonesia akan memilih idolanya besok malam. (majas sinekdoke: totem pro parte)
- Perusahaan terpaksa merumahkan ribuan karyawannya. (merumahkan adalah kata halus dari di PHK). (majas eufimisme)
- Saya berlibur ke Negeri Ginseng (negeri Gingseng adalah Korea Selatan) (majas perifrase)
- Bangunlah bangsaku, bangunlah negeriku, bangunlah dari tidur yang panjang. Sambut cahaya di depan sana. (majas repetisi)
- Doni memang pria yang tampan, namun hatinya tidak sebersih penampilannya. (majas apofasis)
- Dia tidak ingin mengungkapkan perasaannya kepada pria itu, namun dia hanya ingin berteman saja. (majas apofasis)
- Baju baru berwarna biru. (majas aliterasi)
- Salam hangat untukmu sahabat. (majas aliterasi)
- Naiklah ke atas dengan hati-hati. (majas pleonasme)
- Rosa menepikan mobilnya ke pinggir saat menerima telepon dari bos. (majas pleonasme)
- Mereka boleh memburu. Mereka boleh membakar. Mereka boleh menembak. (Afrika Selatan, Subagio Sastrowardo) (majas paralelisme)
- Apa maksud dan tujuanmu datang ke sini sepagi ini? (majas tautologi)
- Bersih sekali kamarmu. (majas inversi)
- Ramai sekali taman bermain ini. (majas inversi)
- Andai saja Anda mengikuti saranku, tentu hasilnya… (majas ellipsis)
- Mungkinkah orang yang sudah mati hidup kembali? (majas retoris)
- Aku menangis, meledak-ledak seperti mau memecahkan rongga dada. (Ziarah Batu, M.N. Furqon) (majas klimaks)
- Kepala sekolah, guru, dan siswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga keamanan dan kebersihan sekolah. (majas antiklimaks)
- Rapormu bagus, ada warnanya! (ada nilai yang di bawah rata-rata dan berwarna merah biasanya) (majas ironi)
- Wangi benar tubuhmu karena sudah tidak mandi selama 2 hari. (majas ironi)
- Mulutmu harimaumu. (majas sarkasme)
- Biarkan saja dirinya terus bermimpi, sebab hanya itu saja yang bisa dia lakukan. Keahlian saja tidak punya, bagaimana dia dapat mewujudkan mimpinya. (majas sarkasme)
- Hentikan bujuk rayu itu karena hanya membuat dia semakin sakit. (majas sinisme)
- Sebelum memutuskan sesuatu, sebaiknya mempertimbangkan terlebih dahulu dampak baik dan buruknya. (majas antithesis)
- Meski berada di keramaian, tetapi di dalam lubuk hatinya masih merasa sepi. (majas paradoks)
- Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh harus selalu kita syukuri. (majas oksimoron)
- Anak kecil itu sungguh aneh, dia menertawakan rasa sakit di tangannya. (majas oksimoron)
- Ken Dedes saling bertukar pesan menggunakan telepon genggam dengan pelayannya.
- Para tentara Majapahit berhasil membawa seluruh harga dari kerajaan lawan menggunakan kereta api. (majas anakronisme)
- Semua jenis makanan bisa dia makan, kecuali yang mengandung telur. (majas kontradiksi interminus)