Seorang penulis atau pengarang seringkali mengungkapkan isi pikirannya dalam karya sastra melalui gaya bahasa yang khas. Ungkapan tersebut tidak selalu diungkapkan melalui kata – kata sederhana yang mengandung makna sebenarnya.
Cara pengungkapan bisa dilakukan melalui perumpamaan, yang kemudian merujuk pada penggunaan gaya bahasa. Ada banyak jenis majas seperti majas asosiasi, majas hiperbola serta majas personifikasi.
Majas perbandingan merupakan salah satu jenis gaya bahasa utama, dan diantara majas perbandingan tersebut ada majas simile. Simile berasal dari bahasa Latin ‘Simile’ yang artinya ‘Seperti’.
Menurut KBBI, simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang berbeda secara hakiki tetapi dianggap mengandung sisi yang serupa.
Majas simile dinyatakan secara eksplisit dengan kata seperti, bagai, laksana, seperti, serupa, semisal, dan lainnya. Perbandingan eksplisit pada majas simile bisa diartikan sebagai pemberian makna akan sesuatu hal yang dibandingkan secara langsung dengan kata – kata yang menjadi perumpamaannya.
Karena definisi tersebut, majas simile tidak hanya termasuk kepada majas perbandingan namun juga termasuk pada macam majas perumpamaan karena majas simile menggunakan kata penghubung yang menyatakan suatu perumpamaan.
Beberapa contoh majas simile dalam puisi bisa disimak dalam pembahasan berikut ini.
Contoh 1
Menyerah, Anonim
Cerita keteladanan membuat aku merasa mual
Semua kurasa sudah cukup, aku ingin memuntahkannya
Mual dengan apa yang ada padaku
Memuntahkan semua yang menjadi milikku
Bagaimana bisa
Atau hanya aku yang tidak bisa
Terdiam bagai patung, mencerna tanpa memperoleh makna
Dalam satu atau dua, mati menjadi lebih terpuji
Belajar lebih banyak untuk mengerti tanpa berkuasa atas diri sendiri
Contoh 2
Dunia Kini, Anonim
Minggu di pagi itu pun mulai merebak
Bagaikan daun – daun kering yang berguguran
Saat semuanya sudah mulai terlena
Semua itu pun akan berubah
Dan ada pula sekelompok manusia
Yang berencana untuk merubah
Yang salah seolah – olah menjadi hal yang biasa
Dan yang aneh seolah – olah menjadi terlihat wajar
Maka hati – hatilah wahai sayang
Itulah keadaan dunia sekarang
Contoh 3
Waktu, W.S. Rendra (Empat kumpulan sajak, Pustaka Jaya, Jakarta, 2003)
Waktu seperti burung tanpa hinggapan
Melewati hari – hari rubuh tanpa ratapan
Sayap – sayap mu’jizat terkebar dengan cekatan
Waktu seperti butir – butir air
Dengan nyanyi dan tangis angin silir
Berpejam mata dan pelesir tanpa akhir
Contoh 4
Yang Fana Adalah Waktu, Ibid
Yang fana adalah waktu
Kita abadi: memungut detik demi detik,
Merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari
Kita lupa untuk apa.
Contoh 5
Dari Rembang ke Rembang, Abdul Hadi WM, (Tergantung Pada Angin, Budaya Jaya, Jakarta 1977)
Malam ini
Sebuah perapian menyala di kejauhan
Seperti bayang – bayangmu bergerak di pintu depan
Contoh 6
Neraca Perjalanan, Sitok Srengenge (Kelenjang Bekisar Jantan, Garba Budaya, Jakarta, 2000)
Suratmu masih saja indah kubaca
Bagai ricik kali dan taman bunga
Di padang tandus cintaku
contoh 7
Memasukimu, ibid
Sebab kau seakan kelam yang selalu mau aku memasukimu
Sembunyikan cemas sekaligus kebebasanku
Contoh 8
Loper Koran, Joko Pinurbo (Pacar Senja, Grasindo, Jakarta, 2005)
Aku tak tahu siapa yang mengantar pulang jasadnya
Tapi setiap membaca koran aku seperti sedang
Mengantar jenazah loper koran malang itu
Contoh 9
Senyummu, Anonim
Aku membutuhkan senyummu dalam keseharianku
Senyummu bagaikan cerahnya pagi hari
Yang membutuhkan mentari
Contoh 10
Aku dan Kamu, Anonim
Aku dan kamu akan selalu bersama
Seperti bulan dan bintang
Yang selalu menghiasi indahnya malam hari
Contoh 11
Keindahan Alam, Anonim
Angin berdesir daun – daun menari
Air gemericik burung kicaukan langit tinggi
Tubuh hijaunya rebahkan diri
Manjakan mata sejukkan hati
Sungguh indah alam ini
Berpayung kemegahan langit biru hiasi bumi
Awan bagai kapas putih melati
Taburkan keelokan yang menginspirasi untuk diriku berpuisi
Contoh 12
Lebih Dari Hancur
Seperti pisau tajam yang menusuk hati
Tak pernah bisa dilepas lagi
Menusuk sampai nurani
Tempat aku bingkai indah namamu
Aku hanyalah serpihan puing yang rapuh
Ingin aku ceritakan kehancuran ini
Tapi, kau seolah tak peduli
Tak mampu kusatukan lagi kepingan hati
Contoh 13
Antara Langit dan Rindu
Langit sangat merindukan senja, seperti aku merindukanmu
Langit sedang menunggu fajar, seperti aku menunggumu
Langit sangat terlihat indah saat ada pelangi, akupun begitu terlihat indah saat ada kamu
Saat ini langit sedang bersedih, seperti aku yang kau tinggalkan
Adakalanya langit terlihat indah, karena ada bintang yang menghiburnya
Namun semua itu akan berlalu, seperti kisah kita
Contoh majas simile dalam puisi diatas tidak dikutip sepenuhnya melainkan hanya berupa penggalan – penggalan kalimat dalam puisi tersebut sebagai salah satu jenis gaya bahasa dalam puisi.
Majas simile jarang ditemukan dalam percakapan sehari – hari karena biasanya mengandung makna yang sangat dalam.
Jika digunakan dalam bahasa sehari – hari, tentu akan terdengar sedikit aneh. Maka Anda biasanya dapat menemukan contoh majas simile dalam puisi, pantun, maupun kalimat dalam suatu karya sastra tertentu seperti drama, teater atau lainnya.