Bahasa Indonesia

13 Contoh Majas Simile Dalam Puisi Bahasa Indonesia

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seorang penulis atau pengarang seringkali mengungkapkan isi pikirannya dalam karya sastra melalui gaya bahasa yang khas. Ungkapan tersebut tidak selalu diungkapkan melalui kata – kata sederhana yang mengandung makna sebenarnya.

Cara pengungkapan bisa dilakukan melalui perumpamaan, yang kemudian merujuk pada penggunaan gaya bahasa. Ada banyak jenis majas seperti majas asosiasi, majas hiperbola serta majas personifikasi.

Majas perbandingan merupakan salah satu jenis gaya bahasa utama, dan diantara majas perbandingan tersebut ada majas simile. Simile berasal dari bahasa Latin ‘Simile’ yang artinya ‘Seperti’.

Menurut KBBI, simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang berbeda secara hakiki tetapi dianggap mengandung sisi yang serupa.

Majas simile dinyatakan secara eksplisit dengan kata seperti, bagai, laksana, seperti, serupa, semisal, dan lainnya. Perbandingan eksplisit pada majas simile bisa diartikan sebagai pemberian makna akan sesuatu hal yang dibandingkan secara langsung dengan kata – kata yang menjadi perumpamaannya.

Karena definisi tersebut, majas simile tidak hanya termasuk kepada majas perbandingan namun juga termasuk pada macam majas perumpamaan karena majas simile menggunakan kata penghubung yang menyatakan suatu perumpamaan.

Beberapa contoh majas simile  dalam puisi bisa disimak dalam pembahasan berikut ini.

Contoh 1

Menyerah,  Anonim

Cerita keteladanan membuat aku merasa mual

Semua kurasa sudah cukup, aku ingin memuntahkannya

Mual dengan apa yang ada padaku

Memuntahkan semua yang menjadi milikku

Bagaimana bisa

Atau hanya aku yang tidak bisa

Terdiam bagai patung, mencerna tanpa memperoleh makna

Dalam satu atau dua, mati menjadi lebih terpuji

Belajar lebih banyak untuk mengerti tanpa berkuasa atas diri sendiri

Contoh 2

Dunia Kini, Anonim

Minggu di pagi itu pun mulai merebak

Bagaikan daun – daun kering yang berguguran

Saat semuanya sudah mulai terlena

Semua itu pun akan berubah

Dan ada pula sekelompok manusia

Yang berencana untuk merubah

Yang salah seolah – olah menjadi hal yang biasa

Dan yang aneh seolah – olah menjadi terlihat wajar

Maka hati – hatilah wahai sayang

Itulah keadaan dunia sekarang

Contoh 3

Waktu, W.S. Rendra (Empat kumpulan sajak, Pustaka Jaya, Jakarta, 2003)

Waktu seperti burung tanpa hinggapan

Melewati hari – hari rubuh tanpa ratapan

Sayap – sayap mu’jizat terkebar dengan cekatan

Waktu seperti butir – butir air

Dengan nyanyi dan tangis angin silir

Berpejam mata dan pelesir tanpa akhir

Contoh 4

Yang Fana Adalah Waktu, Ibid

Yang fana adalah waktu

Kita abadi: memungut detik demi detik,

Merangkainya seperti bunga

Sampai pada suatu hari

Kita lupa untuk apa.

Contoh 5

Dari Rembang ke Rembang, Abdul Hadi WM, (Tergantung Pada Angin, Budaya Jaya, Jakarta 1977)

Malam ini

Sebuah perapian menyala di kejauhan

Seperti bayang – bayangmu bergerak di pintu depan

Contoh 6

Neraca Perjalanan, Sitok Srengenge (Kelenjang Bekisar Jantan, Garba Budaya, Jakarta, 2000)

Suratmu masih saja indah kubaca

Bagai ricik kali dan taman bunga

Di padang tandus cintaku

contoh 7

Memasukimu, ibid

Sebab kau seakan kelam yang selalu mau aku memasukimu

Sembunyikan cemas sekaligus kebebasanku

Contoh 8

Loper Koran, Joko Pinurbo (Pacar Senja, Grasindo, Jakarta, 2005)

Aku tak tahu siapa yang mengantar pulang jasadnya

Tapi setiap membaca koran aku seperti sedang

Mengantar jenazah loper koran malang itu

Contoh 9

Senyummu, Anonim

Aku membutuhkan senyummu dalam keseharianku

Senyummu bagaikan cerahnya pagi hari

Yang membutuhkan mentari

Contoh 10

Aku dan Kamu, Anonim

Aku dan kamu akan selalu bersama

Seperti bulan dan bintang

Yang selalu menghiasi indahnya malam hari

Contoh 11

Keindahan Alam, Anonim

Angin berdesir daun – daun menari

Air gemericik burung kicaukan langit tinggi

Tubuh hijaunya rebahkan diri

Manjakan mata sejukkan hati

Sungguh indah alam ini

Berpayung kemegahan langit biru hiasi bumi

Awan bagai kapas putih melati

Taburkan keelokan yang menginspirasi untuk diriku berpuisi

Contoh 12

Lebih Dari Hancur

Seperti pisau tajam yang menusuk hati

Tak pernah bisa dilepas lagi

Menusuk sampai nurani

Tempat aku bingkai indah namamu

Aku hanyalah serpihan puing yang rapuh

Ingin aku ceritakan kehancuran ini

Tapi, kau seolah tak peduli

Tak mampu kusatukan lagi kepingan hati

Contoh 13

Antara Langit dan Rindu

Langit sangat merindukan senja, seperti aku merindukanmu

Langit sedang menunggu fajar, seperti aku menunggumu

Langit sangat terlihat indah saat ada pelangi, akupun begitu terlihat indah saat ada kamu

Saat ini langit sedang bersedih, seperti aku yang kau tinggalkan

Adakalanya langit terlihat indah, karena ada bintang yang menghiburnya

Namun semua itu akan berlalu, seperti kisah kita

Contoh majas simile dalam puisi diatas tidak dikutip sepenuhnya melainkan hanya berupa penggalan – penggalan kalimat dalam puisi tersebut sebagai salah satu jenis gaya bahasa dalam puisi.

Majas simile jarang ditemukan dalam percakapan sehari – hari karena biasanya mengandung makna yang sangat dalam.

Jika digunakan dalam bahasa sehari – hari, tentu akan terdengar sedikit aneh. Maka Anda biasanya dapat menemukan contoh majas simile dalam puisi, pantun, maupun kalimat dalam suatu karya sastra tertentu seperti drama, teater atau lainnya.