Homo Bodoensis : Sejarah Penemuan, Ciri, dan Pola Kehidupannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Menurut para peneliti, Homo Bodoensis dianggap sebagai leluhur langsung manusia modern dan berasal dari periode yang sama dengan munculnya Homo Sapiens. Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa pemahaman terhadap periode ‘Pleistosen Tengah’ masih belum sepenuhnya jelas dan bahkan diragukan oleh para ahli Paleoantropologi yang menyebutnya sebagai ‘kekacauan di pertengahan.’

Penemuan fosil ini berperan penting dalam memperjelas aspek yang masih ‘abu-abu’ dalam evolusi manusia. Penamaan Homo Bodoensis dipilih setelah penelitian ulang atas fosil-fosil dari Afrika dan Eurasia yang berasal dari Pleistosen Tengah.

Fosil-fosil ini sebelumnya sering diklasifikasikan sebagai Homo heidelbergensis atau Homo rhodesiensis, namun penelitian menunjukkan definisi yang beragam dan terkadang saling bertentangan. Dari segi bukti DNA, sebagian fosil yang sebelumnya diidentifikasi sebagai ‘Homo heidelbergensis’ di Eropa ternyata merupakan Neanderthal awal.

Nama Homo Bodoensis diambil dari tengkorak yang ditemukan di daerah Bodo D’ar, Ethiopia, dan spesies ini diakui sebagai leluhur langsung manusia. Istilah Homo Bodoensis kini akan digunakan untuk merujuk kepada sebagian besar populasi manusia Pleistosen Tengah yang ditemukan di Afrika.

Serta beberapa yang ditemukan di Eropa bagian Tenggara. Penemuan ini menjadi langkah signifikan dalam upaya memahami lebih lanjut keragaman dan evolusi manusia pada periode tersebut.

Sejarah Homo Bodoensis

Dr. Roksandic menyatakan bahwa membicarakan evolusi manusia pada periode ini menjadi sulit karena kekurangan terminologi yang dapat mengakui variasi geografis manusia. Menamai spesies baru merupakan tindakan yang signifikan karena Komisi Internasional Nomenklatur Zoologi memiliki aturan ketat terkait perubahan nama.

Para peneliti yakin bahwa penggunaan nama Bodoensis akan berlanjut dalam jangka waktu yang lama, menciptakan suatu konsistensi dan keberlanjutan dalam penamaan untuk menghormati dan mengidentifikasi spesies manusia prasejarah ini.

Christopher Bae, seorang profesor antropologi di Universitas Hawaii di Manoa yang terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa pemberian nama baru ini bertujuan untuk membantu memecahkan permasalahan seputar periode penting dalam evolusi manusia.

Temuan arkeologi yang revolusioner mendukung keyakinan para peneliti bahwa Neanderthal dan manusia primitif mungkin telah menggunakan perahu untuk berlayar antar pulau di Yunani sekitar 200.000 tahun yang lalu.

Melalui temuan tersebut, mereka mendapati bukti bahwa Neanderthal dan manusia primitif telah tinggal di pulau Yunani Naxos pada periode tersebut, mengungkap keberadaan manusia pada rentang waktu yang lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Keberadaan Homo bodoensis ini dilaporkan di jurnal Evolutionary Anthropology pada Kamis (28/10/2021). Penulis pertama laporan ini adalah paleoantropolog dari Universitas Winnipeg, Mirjana Roksandic.

Nama baru ini didasarkan pada penilaian ulang terhadap fosil yang ditemukan di Afrika dan Eurasia selama periode Pleistosen Tengah atau era Chibanian, yaitu sekitar 774.000 hingga 129.000 tahun yang lalu. Periode ini sangat penting karena mencakup kemunculan spesies kita sendiri (Homo sapiens) di Afrika dan kerabat terdekat kita, Neanderthal (Homo neanderthalensis), di Eropa.

Namun, evolusi manusia dalam rentang periode ini kurang dipahami, suatu masalah yang oleh ahli paleoantropologi disebut “kekacauan di tengah.” Pengumuman Homo bodoensis diharapkan dapat memberikan kejelasan pada aspek yang membingungkan, tetapi penting, dalam evolusi manusia.

Ciri Homo Bodoensis

Morfologi tengkorak dan tulang menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan dan kehidupan di masa sekitar 770.000 hingga 126.000 tahun yang lalu. Ciri-ciri unik ini mencakup bentuk wajah, ukuran gigi, dan struktur rangka, memberikan informasi berharga tentang variasi manusia prasejarah dalam konteks geografis yang luas.

Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk memahami peran dan kontribusi spesies ini dalam pohon evolusi manusia.

Bentuk Wajah

Bentuk wajah masih menjadi subjek penelitian intensif. Meskipun data tentang morfologi wajah spesifik mungkin terbatas, penelitian arkeologi dan analisis morfologis menunjukkan adanya variasi ciri-ciri unik pada Homo Bodoensis.

Perkembangan teknologi pemindaian CT dan rekonstruksi digital membantu dalam menciptakan gambaran lebih akurat tentang bentuk wajah, termasuk struktur rahang dan gigi. Analisis lebih lanjut atas homo bodoensis diharapkan akan memberikan pemahaman mendalam tentang karakteristik wajah dan adaptasi spesies manusia di masa tersebut dalam konteks evolusi manusia prasejarah.

Struktur Gigi

Memperlihatkan karakteristik unik yang memberikan wawasan tentang adaptasi dan evolusi manusia. Meskipun data spesifik mungkin terbatas, analisis gigi menunjukkan variasi ukuran, bentuk, dan tata letak gigi yang khas. Pemahaman tentang struktur gigi ini membantu peneliti dalam menilai pola makan, lingkungan, dan perubahan biologis yang mungkin dialami oleh Homo Bodoensis.

Pola Kehidupannya

Pola kehidupan Homo Bodoensis, masih menjadi area penelitian intensif. Meskipun data spesifik mungkin terbatas, penelitian mengindikasikan bahwa Homo Bodoensis telah mengembangkan adaptasi untuk bertahan dalam lingkungan yang beragam.

Pola kehidupan mereka mungkin mencakup pola migrasi, strategi berburu, dan interaksi sosial. Dengan menganalisis struktur gigi, morfologi, dan artefak yang ditemukan di sekitar fosil, para peneliti berusaha memahami lebih dalam tentang cara hidup, kebiasaan, dan tantangan yang dihadapi oleh Homo Bodoensis selama periode tersebut.

Dalam klasifikasi baru, Homo bodoensis akan digunakan untuk menggambarkan sebagian besar manusia Pleistosen Tengah dari Afrika dan beberapa dari Eropa tenggara, dan akan diklasifikasikan ulang sebagai Neanderthal.

fbWhatsappTwitterLinkedIn