Daftar isi
- 1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
- 2. Teori Lokasi Industri (Theory of Industrial Location)
- 3. Teori Susut dan Biaya Transpor (Theory of Weight Loss and Transport Cost)
- 4. Model Gravitasi dan Interaksi (The Interaction Theory)
- 5. Teori Lokasi Industri Optimal (Theory of Optimal Industrial Location)
Dalam tata ruang (spatial order) suatu wilayah, terutama yang terkait dengan kegiatan ekonomi, diperlukan penyelidikan terkait sejumlah faktor yang akan memengaruhi kegiatan ekonomi tersebut. Menurut Hoover dan Giarratani (2007), pemilihan lokasi untuk sebuah unit aktivitas ditentukan oleh sejumlah faktor, yaitu local input (bahan baku lokal), transferred input (bahan baku yang dapat dipindahkan), local demand (permintaan lokal), dan juga outside demand (permintaan luar).
Secara umum, lokasi dalam sebuah ruang atau wilayah sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Lokasi absolut
yaitu lokasi yang ditentukan berdasarkan letak astronomisnya atau koordinat garis lintang dan garis bujurnya. - Lokasi relatif
yaitu lokasi suatu tempat terkait dengan posisinya terhadap wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
Dalam ilmu geografi, ada sejumlah teori yang terkait dengan penentuan lokasi tersebut, yaitu teori lokasi. Teori lokasi sendiri diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai jenis usaha atau kegiatan lainnya, baik kegiatan ekonomi maupun sosial.
Teori lokasi dikembangkan guna memperkirakan pola lokasi dari kegiatan-kegiatan ekonomi secara konsisten dan logis. Berikut adalah beberapa teori lokasi yang digunakan sebagai dasar dalam penyelidikan lokasi atau tata ruang.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller dengan berdasarkan pada konsep jangkauan (range) dan ambang (threshold).
Jangkauan (range) merupakan jarak tempuh yang diperlukan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan masyarakat. Sementara ambang (threshold) merupakan minimal jumlah anggota masyarakay yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dari suplai barang.
Berdasarkan tingkatannya, tempat sentral dibedakan menjadi 3 jenis, yakni:
- Tempat sentral tingkat 3 atau K=3
merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya. - Tempat sentral tingkat 4 atau K=4
merupakan situasi lalu lintas yang optimum, yakni suatu daerah dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral tersebut. - Tempat sentral tingkat 7 atau K=7
merupakan situasi administratif yang optimum, yakni tempat sentral yang mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah sekitarnya.
Teori Christaller lebih cocok diterapkan untuk daerah dataran rendah karena tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang. Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Topografi atau bentuk permukaan bumi dari sebuah wilayah yang relatif seragam.
- Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduknya relatif homogen serta tidak memungkinkan adanya produksi primer.
2. Teori Lokasi Industri (Theory of Industrial Location)
Teori lokasi industri, yang dikemukakan oleh Alfred Weber ini, ditujukan untuk menentukan lokasi dengan mempertimbangkan risiko biaya yang paling sedikit.
Teori lokasi industridapat digunakan apabila memenuhi sejumlah syarat berikut:
- Wilayah yang akan dijadikan lokasi kegiatan memiliki topografi, iklim, dan penduduk relatif homogen (sama).
- Sumber daya alam yang diperlukan cukup memadai
- Upah tenaga kerja ditetapkan berdasarkan ketentuan tertentu, misalnya UMR atau UMK.
- Hanya ada satu jenis alat transportasi
- Ongkos angkut ditentukan berdasar beban dan jarak angkut
- Adanya persaingan antarkegiatan industri
- Penduduk di wilayah tersebut masih berpikir rasional.
Dalam menentukan lokasi dengan teori ini, Weber menggunakan tiga faktor atau variabel penentu dalam analisisnya, yaitu titik konsumsi, titik material, dan titik tenaga kerja, yang mana ketiganya diukur dengan ekuivalensi biaya transport.
Penggunaan teori Weber biasa digambarkan sebagai berikut:
Keterangan gambar:
M = Pasar
R1 dan R2 = Bahan Baku
P = Lokasi dengan biaya terendah
Gambar (a) yaitu apabila biaya angkut hanya diperhitungkan berdasarkan jarak.
Gambar (b) yaitu apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal daripada hasil industri
Gambar (c) yaitu apabila biaya angkut bahan baku lebih murah daripada hasil industri
3. Teori Susut dan Biaya Transpor (Theory of Weight Loss and Transport Cost)
Teori lokasi yang selanjutnya adalah teori susut dan ongkos transpor. Teori ini disusun berdasarkan hubungan ongkos transport yang harus dikeluarkan dengan faktor susut yang terjadi dalam proses pengangkutan.Menurut teori ini, sebuah lokasi dinyatakan menguntungkan jika memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah.
Teori susut dan ongkos transpor ini didasarkan pada dua asumsi dasar, yaitu:
- Semakin besar rasio susut akibat pengolahan, maka akan semakin besar pula kemungkinan penempatan industri di daerah tersebut, dengan catatan faktor yang lainnya sama.
- Semakin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi, maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk menempatkan industri di daerahtersebut.
4. Model Gravitasi dan Interaksi (The Interaction Theory)
Selanjutnya, Issac Newton dan Ullman mencetusnya teori lokasi yang dikenal dengan teori model gravitas dan interaksi. Teori ini dikemukakan atas dasar asumsi bahwa setiap massa memiliki gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di setiap titik yang terdapat pada wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity). Yang kemudian akan diikuti dengan munculnya kesempatan berintervensi (intervening opportunity) dan kemudahan transfer dalam sebuah ruang (spatial transfer ability).
Sementara itu, interaksi sendiri berkaitan dengan kekuatan hubungan ekonomi (economic connection) diantara dua tempat berdasarkan pada jumlah penduduk dan jaraknya. Berdasarkan teori ini, semakin besar jumlah penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar pula interaksi ekonominya. Sebaliknya, semakin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi juga akan semakin kecil.
Secara matematis, teori model gravitasi dan interaksi digambarkan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
I = Gaya gravitasi antara dua tempat
d = jarak antara dua tempat
P = jumlah penduduk di masing-masing tempat
5. Teori Lokasi Industri Optimal (Theory of Optimal Industrial Location)
Teori lokasi industri optimal yang dikemukakan oleh Losch ini didasarkan pada permintaan (demand) dimana diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu industri adalah apabila bisa menguasai wilayah pemasaran yang luas yang akan berimbas pada diprolehnya penghasilan yang besar. Selain itu, Losch juga berasumsi bahwa lokasi yang dijadikan tempat industri juga memiliki topografinya datar atau homogen.
Berdasarkan teori ini, maka industri akan mencari lokasi dimana ia bisa menguasai pasar dengan wilayah seluas-luasnya. Teori ini juga tidak menghendaki wilayah pemasarannya mengalami tumpang tindih dengan wilayah pemasaran dari pabrik lain yang menghasilkan produk sama karena akan mengurangi pendapatannya. Oleh karena itu, pendirian industri harus dilakukan secara merata dan saling bersambung sehingga berbentuk heksagonal.