Protista mirip jamur merupakan organisme yang bersifat eukariotrik. Protista mirip jamur bukanlah termasuk kelompok jamur sungguhan. Hal ini dikarenakan, struktur, cara reproduksi berbeda denhan jamur sungguhan. Protista mirip jamur ini bersifat heterotrof artinya tidak dapat menghasilkan makanan sendiri.
Maka dari itu, protista jenis ini hidup sebagai parasit yang mengambil makanan dengan cara menguraikan dari organisme lain. Hal ini dikarenakan protista mirip jamur tidak memiliki klorofil atau zat hijau yang dapat membantu proses fotosintesis. Tempat tinggal protista mirip jamur ini biasanya di lingkungan yang lembab hingga basah.
Protista mirip jamur berkembang biak dengan dua jalan yakni vegetatif dan generatif. Dari hasil perkembangbiakkan inilah kemudian dapat menghasilkan spora. Spora adalah uni sel atau multi sel yang dibungkus oleh sebuah pelindung.
Protista mirip jamur dibedakan menjadi 3 jenis yakni Acrosiomicota, Myxomicota dan Oomycota. Berikut ini jenis-jenis protista mirip jamur.
1. Myxomicota (Jamur Lendir)
Myxomicota atau yang biasa dikenal dengan jamur lendir ini tidak memiliki tembok sel pada protoplasmanya. Meskipun memiliki bentuk yang mirip dengan jamur, namun tingkah laku protista ini lebih mirip dengan amoeba. Myxomicota merupakan istilah yang berasal dari kata myxo yang memiliki arti lendir dan mykes yang berarti cendawan.
Warna tubuh pada Myxomicota adalah berwarna kuning karena pigmen yang dimiliki oleh protista ini berwarna kuning atau oranye. Myxomicota mempunyai tahapan soma yakni berupa plasmodium. Nantinya, Plasmodium yang mengering akan membentuk sklerotium.
Tempat hidup protista mirip jamur ini biasanya berada di lingkungan yang lembab hingga basah seperti hutan hujan dan tempat sampah. Jamur lendir atau Myxomicota melakukan proses berkembang biak dengan dua cara seksual dan aseksual. Perkembangbiakkan secara seksual dilakukan dengan terjadinya pencampuran antara sel gamet dengan singami.
Singami sendiri adalah peleburan dua sel yang gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama namun berbeda jenis. Peleburan ini akan dilanjutkan dengan peleburan inti yang akan menghasilkan zigot diploid. Sementara itu, reproduksi aseksual dilakukan dengan spora yang menghasilkan gamet.
Jamur lendir memiliki pola pertumbuhan tersendiri. Tahap pertumbuhannya memiliki kesamaan dengan protista mirip hewan atau protozoa hanya saja jamur lendir akan membentuk spora. Jamur lendir berkembang sesuai jenisnya artinya setiap jenis jamur lendir memiliki perkembangan yang berbeda.
Struktur tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang merayap secara amoeba pada substrat. Plasmodium merupakan sekumpulan plasma yang memiliki banyak inti dan dibatasi oleh plasma. Protoplasma yang terdapat pada plasmodum dibedakan menjadi dua zona.
Zona luar pada bagian plasmodium cenderung lebih kuat dan mengandung sedikit cairan. Pada zona ini dinamakan dengan ekstoplasma, Sedangkan zona bagian dalam memiliki cairan yang lebih banyak dan dinamakan dengan endoplasma. Myxomicota dibedakan menjadi tiga kelas yakni sebagai berikut.
- Kelas Pseudomyxomycetes
Pseudomyxomycetes merupakan terdiri dari satu sel yang tidak memiliki dinding, sedangkan intinya satu haploid. Di alam bebas, organisme jenis ini tidak banyak dikenal karena tubuh-tubuhnya hanya akan terlihat sebentar saja. Selain itu, pada tahap vegetatif talusnya berukuran kecil dan kurang menarik perhatian.
Sel pada Pseudomyxomycetes merupakan satu tetes protoplasma yang menyerupai amoeba sehingga kelas ini kerap dinamakan dengan miksamuba. Tidak hanya itu, bahkan makanan Pseudomyxomycetes sama dengan makanan amoeba yakni bakteri dan zat organik lainnya. Pseudomyxomycetes tidak memiliki sel yang berflagel dan cara bergeraknya menyerupai gerak amoeba.
- Kelas Plasmodiophoromycetes
Plasmodiophoromycetes memiliki talus berupa plasmodium dan terdapat zoospora. Kelas jenis ini memiliki kesamaan dengan kelas Myxomyetes. Kelas Plasmodiophoromycetes hanya memiliki satu orde saja yakni ordo Plasmodiophorales. Begitupun dengan ordo Plasmodiophorales hanya memiliki satu famili yakni famili Plasmodiophoracea.
Famili Plasmodiophoracea memiliki 9 genus yang di mana dibedakan berdasarkan sifat spora istirahat. Hampir sebagian dari 9 genus ini hidup sebagai parasit pada jamur air. Beberapa spesies lainnya tumbuh menjadi parasit pada tumbuhan yang memiliki pembuluh dan hidup di air tawar ataupun di darat seperti kol.
- Kelas Myxomycetes
Sebagian para ahli menyebut bahwa Myxomycetes mirip dengan protozoa sehingga kerap dinamakan dengan Mycetozoa. Sementara itu, sebagian ahli lainnya menyebut bahwa Myxomycetes mirip dengan kehidupan jamur pada umumnya. Jamur lendir kelas ini biasanya akan memakan bakteri, protozoa hingga organisme lainnya.
Myxomycetes dalam lingkungan memiliki fungsi sebagai pembersih lingkungan. Biasanya jamur lendir jenis ini akan hidup bebas di alam dan berpindah-pindah. Perpindahan tempat ini dikarenakan Myxomycetes mencari tempat yang banyak mengandung makanan.
2. Acrosiomycota (Jamur Lendir Seluler)
Acrosiomycota merupakan jamur lendir seluler yang hidup bebas dan hampir serupa dengan amoeba dan memiliki inti yang bersekat. Hal inilah yang kemudian membuat jamur lendir ini dinamakan pula dengan jamur lendir bersekat.
Plasmodium pada jamur lendir seluler tidak multinukleat atau tidak memiliki inti banyak. Jamur jenis ini memiliki tahapan makanan berupa sel-sel hidup yang soliter namun setelah makanan tersebut habis akan membentuk koloni dalam suatu unit.
Biasanya jamur yang satu ini tumbuh di tempat yang penuh kotoran dan tumbuhan yang sudah membusuk. Sama seperti jamur berlendir, jamur lendir seluler juga melakukan proses reproduksi dengan cara generatif dan vegetatif. Dengan cara generatif proses reproduksi dilakukan melalui singami sel ameboid.
Sementara itu, dengan cara vegetatif dilakukan melalui pembentukan tubuh buah. Hal yang membedakan antara jamur lendir dengan jamur seluler adalah jamur ini hanya memiliki satu set kromosom. Dua set kromosom hanya dimiliki oleh zigot. Sementara itu, jamur lendir lebih banyak memiliki dua set kromosom.
Tubuh buah pada Acrosiomycota dinamakan dengan sorokarp di mana tubuh buah tersebut biasanya bercabang dan pada bagian ujungnya akan membentuk kelompok spora. Spora pada Acrosiomicota memiliki bentuk bola atau seperti telur dengan dinding sel yang tipis dan mengandung selulosa.
Pada spesies lainnya, terdapat spora yang tidak memiliki dinding sel yang dinamakan dengan pseudospora. Terdapat sekitar 65 spesies jamur lendir seluler dari filum Acrasiomycota. Acrosiomycota memiliki sifat heterotrof dengan cara memakan sisa sampah hutan ataupun bakteri.
Jamur lendir seluler berfungsi untuk membentuk tubuh dan melakukan proses reproduksi dengan cara sengami. Dalam satu koloni pada Acrosiomycota terdapat 125 ribu sel dan koloni tersebut dapat berpindah untuk sementara waktu.
3. Oomycota
Oomycota merupakan jamur air karena tempat tinggal jamur ini kebanyakan di air, namun tidak semuanya. Struktur tubuh jamur air berbeda dengan jamur lendir karena terdiri dari hifa yang tidak memiliki sekat dinding selnya terbuat dari selulosa. Tempat tinggal jamur air berada di air tawar, kolam, tempat yang lebab dan danau.
Oomycota berasal dari dua kata yakni Oo yang berarti telur dan mycota yang berarti jamur. Sebagian besar jamur ini hidup sebagai dekomposer yang sangat berperan penting dalam menjaga ekosistem perairan. Namun, ada pula yang bertindak sebagai parasit yang menempel pada organisme lain.
Proses reproduksi dilakukan dengan dua cara yakni seksual dan aseksual. Proses aseksual dilakukan dengan cara pembentukan gamet yang kemudian terbentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi oospora dan berubah menjadi oomycota dewasa. Sementara itu, proses aseksual dilakukan dengan membentuk spora yang dinamakan zoospora.
Oomycota secara fisik menyerupai dengan fisik fungi sehingga jamur air ini kerap dimasukkan ke dalam jenis jamur atau fungi bahkan hingga saat ini kajian biologinya masih dimasukkan ke dalam mikologi. Mikologi merupakan kajian biologi yang membahas mengenai fungi atau jamur.
Oomycota memiliki dinding sel yang terdiri dari dinding sel yang mengadung selulosa. Hal ini berbeda dengan struktur fungi lainnya yang tersusun dari kitin sehingga jamur air ini lebih dekat dengan alga dan tumbuhan.
Hal ini sejalan dengan kajian pada biologi molekuler yang di mana ternyata jamur air ini masih berhubungan erat dengan alga coklat dibandingkan dengan jamur. Pada fase vegetatif, sel-sel jamur air memiliki diploid sementara inti fungi memiliki inti haploid.
Beberapa anggota dari Oomycota melakukan produksi secara aseksual yang dinamakan dengan zoospora. Namun, beberapa lainnya melakukan produksi secara seksual yang disebut oospora. Contoh dari Oomycota adalah Phytophthora, Saphrolegnia, dan Pythium.
- Phytophthora: jamur karat putih yang dapat hidup secara saprofit ataupun parasit. Adapun contoh dari jamur yang hidup secara parasit adalah P. nicotin atau tembakau, P. Investans (kentang) dan P. palmifera (kelapa).
- Saprholegnia: jamur yang memiliki alat reproduksi berupa miselium dan hifa. Jamur ini hidup secara saprofit pada hewan air yang telat mati. Konon, jamur ini memiliki spora kembara dimorf.