Daftar isi
Sebagian dari kalian mungkin sudah pernah mendengar tentang kakawin terutama ketika sedang membahas peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kakawin merupakan sebuah karya sastra berupa wacana puisi yang berasal dari daerah Jawa yang dikeluarkan oleh para sastrawan kuno. Karena berasal dari Jawa,aksara dan bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa Jawa utamanya aksara Jawa kuno.
Ada beragam kakawin yang berhasil ditemukan dan yang akan menjadi topik kali ini adalah kakawin Negarakertagama.
Kakawin Kertagama atau ditulis Nāgarakṛtâgama adalah sebuah karya dari Mpu Prapanca yang disebut sebagai kakawin yang paling terkenal dan termasyur. Kakawin ini dianggap sebagai sumber sejarah Nusantara yang paling akurat dan paling bisa dipercaya. Oleh sebab itu banyak para ahli yang melakukan penelitian pada kakawin atau kitab Negarakertagama ini. Selain itu kitab ini menjadi terkenal karena memuat dasar negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.
Kakawin ini diyakini ditulis oleh Mpu Prapanca ketika Majapahit berada dibawah kepemimpinan Sri Rajasanagara. Kitab yang ditulis dengan menggunakan bahasa Kawi atau Jawa Kuno ini bertarikh kan bulan Aswina tahun Saka 1287 atau sekitar bulan September – Oktober tahun 1365 Masehi.
Penamaan Negarakertagama sendiri sebenarnya bukan berasal dari pengarangnya langsung melainkan dari dr. J. L. A Brandes Iti Negarakertagama Samapta pada kolofon yang diterbitkannya. Nama tersebut diambil dari penerjemahnya yang menyelinap dalam huruf Bali pada Kancana.
Sedangkan nama asli yang diberikan oleh Mpu Prapanca untuk kitab ini adalah Kakawin Desyawarnana atau ejaan aslinya yakni Deçawarṇana yang merujuk kepada uraian tentang desa-desa di Majapahit. Sementara itu, Negarakertagama artinya negara yang mempunyai tradisi atau agama yang suci.
Kakawin Negarakertagama ditemukan oleh ahli sastra Jawa-Belanda yakni J.L.A. Brandes pada tahun 1894. Negarakertagama ditemukan ketika penyerbuan tentara KNIL berlangsung. Pada saat itu tempat yang diserang adalah Istana Cakranegara yang merupakan kediaman Raja Karangasem yang menguasai Lombok. Di dalam istana ini terdapat berbagai macam naskah yang dituliskan di atas daun lontar.
Sehari sebelum, Istana Cakranegara jatuh ke tangan VOC yakni tepatnya pada tanggal 19 November 1894, seseorang melaporkan telah menemukan naskah kuno. Naskah ini kemudian diselamatkan oleh J. L. A. Brandes.
Pada tahun 192 setelah penemuan sebagian naskah tersebut berhasil disalin ke dalam aksara Bali dan bahasa Belanda oleh Brandes. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1904–1915 oleh JHC. Kern dan pada tahun 1919 naskah Negarakertagama berhasil diterbitkan seluruhnya oleh Dr. NJ. Krom. Uniknya teks Negarakertagama lebih dulu terbit dalam bahasa Inggris yakni dengan judul Java in the 14th century sekitar tahun 1960–1963.
Negarakertagama baru diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Prof. Slamet Muljana lengkap dengan tafsirannya pada tahun 1979.
Naskah ini pada awalnya di simpan di Universitas Leiden di Belanda dengan kode L Or 5.023. Ratu Belanda yakni ratu Juliana mengembalikan kakawin Negarakertagama dalam kunjungannya pada tahun 1973.
Saat ini kakawin Negarakertagama bisa kita lihat di perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode NB 9. Sejak tahun 2008 UNESCO telah menetapkan kitab ini sebagai bagian dari daftar ingatan dunia atau Memory of The World Programme.
Bagian kitab Negarakertagama yang ditetapkan UNESCO adalah kutipan “Lombok Mirah Sasak Adi” yang bermakna “kejujuran merupakan permata kenyataan yang baik dan utama”.
Pengarang dari kitab paling dipercaya ini adalah seorang pujangga yakni sastrawan kuno yang bernama Mpu Prapañca. Nama ini adalah nama pena atau nama samarannya sedangkan nama aslinya adalah Dang Acarya Nadendra.
Ia hidup pada era kerajaan Majapahit masih berdiri tepatnya pada abad ke-14. Diperkirakan ia adalah seorang pujangga paling tersohor pada masanya. Ia adalah keturunan dari Dharmadyaksa Kasogatan yanki jabatan di istana Majapahit yang mengurus urusan agama Budha. Mpu Prapanca pun mendapatkan jabatan tersebut.
Diyakini Mpu Prapanca menemni perjalanan Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359. Namun ia harus memisahkan diri karena terjadi kesalahpahaman. Mpu Prapanca pun tidak lagi menjabat sebagai Dharmadyaksa Kasogatan di Majapahit dan lebih memilih tinggal di di desa Kamalasana di lereng gunung sebagai pertapa. Desa Kamalasana diperkirakan saat ini berada di Bali.
Di tempat tinggalnya tersebut lah Mpu Prapanca mulai menulis kehidupan kerajaan Majapahit mulai dari desa-desa nya hingga urusan politiknya. Tulisan-tulisan tersebut ia torehkan di atas daun lontar ke dalam beberapa bagian yang kemudian ia beri nama Deçawarṇana atau saat ini lebih terkenal dengan nama kakawin Negarakertagama.
Mpu Prapanca cukup lengkap mengisahkan tentang kerajaan Majapahit yakni mulai dari asal usul, keturunan para raja, hubungan keluarga raja, kondisi politik, keagamaan, sosial, dan jalannya pemerintahan, dan keagungan Raja Hayam Wuruk yang mampu membawa Majapahit menuju era keemasannya.
Kitab ini ditulis dalam aksara Kawi dengan bentuk syair Jawa Kuno atau disebut sebagai kakawin. Setiap syair terdiri dari 4 baris yang setiap barisnya tersusun atas 4-8 matra atau suku kata.
Lebih detailnya kitab Negarakertagama tersusun dari 98 pupuh yang terbagi ke dalam dua bagian dimana masing-masing bagian memiliki 49 pupuh. Berikut adalah isi dari setiap bagian pupu kitab Negarakertagama.
Bagian I yakni terdiri dari pupuh 1 sampai dengan pupuh 49. Di mana pupuh 1 sampai 7 menceritakan tentang keluarga raja Majapahit. Pupuh 8 sampai dengan 16 mengisahkan tentang wilayah kekuasaan Majapahit. Pupuh 17 sampai 39 berisi mengenai perjalanan di Lumajang. Pupuh 40 sampai 49 berisikan silsilah raja Majapahit mulai dari Kertarajasa Jayawardhana hingga Hayam Wuruk.
Mpu Prapanca ini dalam kakawin kitab Negarakertagama bagian II yakni dari pupu 50 sampai 59 menjelaskan tentang perburuan raja Hayam Wuruk dan perjalanannya di Hutan Nandawa. Dilanjut pada pupuh ke 60 – 82 menceritakan tentang oleh-oleh raja Hayam Wuruk dari wilayah-wilayah yang dikunjunginya, pesta Srada yang merupakan bentuk penghormatan raja kepada leluhurnya dan juga menceritakan kematian patih Gajah Mada.
Pada pupuh 83 – 91 diberitakan mengenai rutinitas tahunan upacara keagaman di kerajaan Majapahit seperti musyawarah dan kirab. Pupuh terakhir yakni dari pupuh 92 – 98 menceritakan pujangga yang setia mengabdi kepada rajanya.
Pada poin sebelumnya telah disebutkan bahwa kakawin Negarakertagama terdiri dari 98 pupuh yang telah berhasil disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah beberpa teks asli yang bercetak miring beserta terjemahan nya yang bercetak tegak.