Daftar isi
Krisis 1998 adalah suatu kondisi dimana stabilitas ekonomi Negara Indonesia melemah di level terendah. Hal ini ditandai dengan menurunnya nilai tukar mata uang rupiah hingga mencapai 16 ribu per dolar AS.
Ada sebuah otoritas bernama bank sentral/ Bank Indonesia yang berperan menjaga kestabilan ekonomi dan mencegah munculnya kasus serupa. Tugasnya adalah mengatur berapa jumlah uang yang beredar sekaligus mengatur perputarannya. Dalam dunia ekonomi, hal ini disebut sebagai salah satu kebijakan moneter.
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang berlandaskan analisis ekonomi untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dan menetapkan suku bunga. Kebijakan tersebut berpengaruh terhadap ekonomi secara makro.
Kebijakan moneter bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian negara pada suatu waktu. Kebijakan moneter diambil berdasarkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian negara (terbuka atau tertutup), kenaikan inflasi, dll.
Kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia terbagi menjadi dua jenis yakni kebijakan ekspansi dan kebijakan kontraksi.
1. Kebijakan Ekspansi
Ekspansi adalah kebijakan dimana negara akan meningkatkan jumlah uang yang beredar di pasaran dengan tujuan meningkatkan kegiatan ekonomi yang sedang lesu. Harapannya, akan tercipta banyak investasi, konsumsi dan penyerapan tenaga kerja yang dapat menurunkan pengangguran.
Contoh dari kebijakan ini adalah pembelian sekuritas negara oleh Bank Indonesia, penurunan suku bunga dan kemudahan persyaratan cadangan untuk bank umum. Namun, kebijakan ini dapat menyebabkan inflasi naik.
2. Kebijakan Kontraksi
Kontraksi adalah kebijakan yang diambil negara saat kondisi ekonomi sedang stabil atau inflasi sedang tinggi dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Akibatnya inflasi berkurang namun pengangguran akan naik.
Contoh dari kebijakan ini adalah penjualan obligasi pemerintah, peningkatan suku bunga dan peningkatan persyaratan cadangan untuk bank umum.
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Beberapa tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut:
1. Mengendalikan Perekonomian Makro
Bank Indonesia mengatur jumlah uang yang beredar agar tercipta kestabilan ekonomi.
2. Menurunkan Inflasi
Apabila Bank Indonesia mengurangi uang yang beredar di masyarakat dan menjaga ketersediaannya maka inflasi dapat dikendalikan.
3. Menstabilkan Harga Barang
Apabila harga stabil maka masyarakat memiliki kepercayaan terhadap pasar sehingga kegiatan jual beli pun menjadi stabil. Kestabilan harga dapat dicapai dengan berbagai upaya seperti pengendalian peredaran uang, permintaan dan produksi barang.
4. Menstabilkan Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rate)
Apabila bank Indonesia meningkatkan jumlah uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang cetak maka mata uang rupiah menjadi lebih murah dibandingkan dengan mata uang negara lain. Oleh karena itu pencetakan uang harus dikendalikan.
5. Menstabilkan Neraca Perdagangan Internasional
Kebijakan moneter tidak hanya berlaku dan berpengaruh terhadap ekonomi dalam negeri saja melainkan juga berpengaruh terhadap ekonomi luar negeri. Negara dapat meningkatkan ekspor dan mengurangi impor untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri agar mampu tampil di pasar global.
6. Menurunkan Angka Pengangguran
Apabila peredaran uang stabil maka produktivitas masyarakat akan meningkat. Dengan meningkatnya produksi maka sumber daya manusia yang dibutuhkan juga meningkat. Kondisi tersebut memperluas ketersediaan lapangan pekerjaan.
Berikut ini adalah beberapa instrumen kebijakan moneter:
1. Suku Bunga atau Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto adalah suku bunga yang dikenakan oleh Bank Indonesia kepada bank umum dalam pinjaman jangka pendek. Perubahan pada suku bunga akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi. Apabila terjadi inflasi maka suku bunga akan naik. Apabila suku bunga naik masyarakat akan cenderung menabung dan mengurangi investasi.
2. Giro Wajib Minimum atau Cash Ratio
Bank Indonesia memiliki aturan mengenai penetapan batas minimum uang yang harus dicadangkan untuk bank umum. Cadangan tersebut tidak bisa digunakan untuk pinjaman. Apabila terjadi inflasi maka cash ratio akan naik.
Apabila terjadi inflasi maka Bank Indonesia akan menjual surat-surat berharga bersertifikat Bank Indonesia atau surat berharga yang dijual di pasar modal sehingga masyarakat akan memegang surat tersebut dan akan mengurangi jumlah uang yang mereka pegang.
4. Kredit
Apabila terjadi inflasi maka kebijakan yang diambil adalah uang ketat (tight money policy). Sebaliknya apabila terjadi deflasi maka kredit akan dimudahkan atau disebut dengan kredit longgar (easy money policy).
Beberapa contoh kebijakan moneter adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan Inflasi
Apabila ingin mengurangi jumlah uang beredar maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga biaya pinjaman terhadap bank umum. Kemudian bank umum akan meningkatkan suku bunganya kepada nasabah. Dengan demikian biaya pinjaman meningkat dan masyarakat akan cenderung menahan untuk melakukan pinjaman.
2. Pelaksanaan Kredit Langsung
Pelaksanaan kredit ini dilakukan oleh Bank Indonesia. Pembiayaan dilakukan untuk kegiatan ekonomi yang pendanaannya bersifat mendesak dan segera. Kondisi tersebut membuat jumlah uang yang beredar meningkat
3. Penerbitan Surat Utang Negara
Negara menghimpun dana dari masyarakat agar jumlah uang yang beredar mengalami penurunan.
4. Penyediaan Fasilitas Overdraft
Bank Indonesia membantu bank umum dalam mengatasi kesulitan likuiditas jangka pendek. Bantuan berupa pinjaman jangka pendek dengan suku bunga yang tinggi.