Kesultanan Jailolo: Wilayah, Keruntuhan, Silsilah, dan Peninggalannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Di wilayah Indonesia atau nusantara pada zaman dahulu terdapat banyak kerajaan. Kerajaan-kerajaan ini mempunyai berbagai macam corak. Ada yang berupa kerajaan Islam, Hindu, serta kepercayaan lain misalnya Kejawen atau Sunda Wiwitan. Untuk kerajaan yang bercorak Islam disebut juga dengan istilah Kesultanan. 

Beberapa kesultanan cukup terkenal sebagaimana Kesultanan Demak, Cirebon, atau Banten di Pulau Jawa. Selain di Pulau jawa, kerajaan dengan bentuk kesultanan juga dapat ditemukan di wilayah lain. Salah satunya terdapat di Kepulauan Maluku ada Kesultanan Jailolo yang pusat pemerintahannya terletak di Pulau Halmahera. 

Di bawah ini merupakan penjelasan lengkap tentang Kesultanan Jailolo.

Wilayah Kekuasaan Kesultanan Jailolo

Kesultanan Jailolo berdiri pada abad ke-13, diawali dengan adanya Persekutuan Moti yang digagas oleh Sultan Sida Arif Malamo. Persekutuan Moti menjadi dasar Kesultanan Jailolo dalam menjalankan pemerintahannya. Para Sultan di Kepulauan Maluku menetapkan persekutuan moti pada tahun 1322. 

Persekutuan Moti membagi wilayah di Halmahera, Maluku, Raja Ampat, sampai Kepulauan Sula kepada beberapa kesultanan. Yaitu Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo. Dengan pembagian kekuasaannya berupa Kesultanan Ternate sebagai penguasa tertinggi, Kesultanan Tidore yang menguasai daratan dan pegunungan, Kesultanan Bacan untuk berkuasa di wilayah tanjung, dan Kesultanan Jailolo berkuasa di wilayah teluk.

Kesultanan Jailolo adalah satu-satunya kerajaan/kesultanan di Maluku Utara yang pusat pemerintahannya di Pulau Halmahera. Merupakan salah satu penghasil cengkeh dari Kepulauan Maluku.

Keagamaan Kesultanan Jailolo

Sebagai kerajaan yang dipimpin oleh seorang sultan, Kesultanan Jailolo adalah penganut agama Islam. Agama Islam dikenal di daerah ini sejak adanya kerjasama dagang dengan para saudagar yang berasal dari Pulau Jawa. Masyarakat Jailolo mulai memeluk agama Islam setelah Sultan Zainal Abidin mulai berdakwah di Maluku sekembalinya beliau dari Kedatuan Giri.

Perkembangan agama Islam di Jailolo semakin berkembang saat Selat Malaka menjadi jalur perdagangan para saudagar Arab ke Indonesia timur. Kesultanan Jailolo merupakan pusat perkembangan Islam pertama di wilayah Maluku Utara. Pemikiran primitif mulai ditinggalkan,dan ajaran Islam diterapkan juga dalam kehidupan politik dan sosial. Al-Qur’an dan nasihat para leluhur dijadikan sebagai dasar hukum utama.

Kesultanan Jailolo bersama dengan tiga kesultanan lainnya menyebarkan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat Islam di Maluku Utara, dengan pembagian peran masing-masing sebagai berikut:

  • Kesultanan Tidore diserahi urusan tarekat
  • Kesultanan Ternate diberi tanggung jawab urusan syariat
  • Kesultanan Bacan mengemban urusan hakikat.
  • Kesultanan Jailolo bertanggung jawab dalam urusan makrifat

Perdagangan Kesultanan Jailolo

Kesultanan Jailolo menjadi tempat persinggahan para pedagang asing. Pedagang yang berasal dari Arab, Eropa, Gujarat, China, Melayu, Jawa, serta makasar sering mampir ke wilayah kesultanan ini.

Pusat perdagangan di Kesultanan Jailolo berada di bagian wilayah pasir barat Pulau Halmahera. Sebagai salah satu wilayah perdagangan dan penghasil cengkeh di Pulau Halmahera, dan penghasil rempah-rempah membuat Kesultanan Jailolo ramai dikunjungi saudagar asing.

Keruntuhan Kesultanan Jailolo

Di zaman kerajaan dahulu di Nusantara tidak luput dari perebutan kekuasaan dan wilayah. Termasuk di wilayah Maluku Utara. Meskipun pada awalnya wilayah kekuasaan sudah dibagi-bagi dalam Persekutuan Moti. Hal ini menjadi penyebab keruntuhan Kesultanan Jailolo. 

Fase dari keruntuhan Kesultanan Jailolo adalah sebagai berikut:

  1. Tahun 1359, Kesultanan Ternate yang saat itu diperintah oleh Sultan Gapi Malamo menyerang Kesultanan Jailolo. 
  2. Tahun 1380, Kesultanan ternate kembali menyerang Kesultanan Jailolo dilakukan oleh Sultan Komala Pulu, dan oleh Taruwese pada tahun 1524-1527.
  3. Tahun 1534, Kesultanan Jailolo dibantu oleh Portugis dapat mengambil alih kembali wilayahnya di bawah pimpinan Sultan Katarabumi. Kemudian menyerang Kerajaan Maro dibantu Sultan Deyale, sultan Kerajaan Ternate yang diberhentikan Portugis, untuk perluasan wilayah Jailolo.
  4. Tahun 1551, Portugis justru membantu Kesultanan Ternate menyerang Kesultanan Jailolo, yang membuat sebagian wilayah kekuasaan Kesultanan Jailolo dapat direbut oleh Kesultanan Ternate. Wilayah yang berhasil direbut kemudian ditinggali oleh Suku Ternate, sehingga penduduk aslinya, terutama Suku Wayoli terpaksa pindah ke wilayah lain di Kesultanan Jailolo.
  5.  Tahun 1620, Kesultanan Ternate melancarkan serangan kembali ke Kesultanan Jailolo. Kali ini dibantu oleh Belanda. Mengakibatkan berakhirnya Kesultanan Jailolo. Lalu Kesultanan Ternate menyatukan wilayah bekas Kesultanan Jailolo sebagai wilayah kekuasaannya. 

Sultan Kaicil Alam adalah sultan terakhir dari Kesultanan Jailolo. Selanjutnya wilayah jailolo sepenuhnya menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate setelah wafatnya Sultan Kaicil Alam .

Silsilah Kesultanan Jailolo 

Moluku Kie Raha merupakan sebutan bagi empat penguasa di Kepulauan Maluku, yang salah satunya adalah Kesultanan Jailolo, Tiga Kolano atau penguasa lainnya yaitu sesuai dengan Persekutuan Moti. Di dalamnya ada Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, dan Kesultanan Bacan. 

Keempat penguasa tersebut merupakan keturunan dari Jafar Sidiq. Belau datang ke ternate pada tahun 1250. Kemudian menikahi putri penguasa Ternate yang bernama Nur Sifa. Pernikahan tersebut dikaruniai 8 orang anak, yaitu 4 orang putra dan 4 orang putri. 

Putra-putra Jafar Sidiq dan putri Nur Sifa selanjutnya menjadi penguasa di Maluku dan bertanggung jawab pada wilayah masing-masing. Pembagian wilayahnya sebagai berikut:

  1. Anak pertama bernama Buka menguasai wilayah Makian.
  2. Anak kedua bernama Daraji menguasai wilayah Jailolo.
  3. Anak ketiga bernama Sahajat menguasai wilayah Tidore.
  4. Anak keempat bernama Mansyur Malamo menguasai wilayah Ternate.

Peninggalan Kesultanan Jailolo

Sebagai tanda bahwa Kesultanan Jailolo benar-benar ada di masa lalu, terdapat beberapa peninggalannya. Peninggalan dari Kesultanan Jailolo di antaranya:

  1. Benteng Gamlamo
Benteng Gamlamo
Benteng Gamlamo

Benteng Gamlamo atau nama lainnya Benteng Kastela mulai dibangun tahun 1521 oleh Portugis. Benteng ini merupakan benteng pertama yang dibangun Portugis sejak kedatangannya di Maluku tahun 1515..

Pada tahun 1570, benteng ini dijadikan tempat untuk menjebak Sultan Khairun Jamil, yang kemudian dibunuh Portugis. Letak benteng ini di Desa Kastela, Kota Ternate.

  1. Masjid Gammalamo
Masjid Gammalamo, Jailolo
Masjid Gammalamo, Jailolo

Masjid Gammalamo dibangun tahun 1902 dengan luas 150 m2. Luas tanahnya adalah 300 m2, yang merupakan tanah wakaf. Pembangunannya diprakarsai oleh suku tertua di Jailolo, yakni Suku Moro dan atas kontribusi suku-suku lain, yaitu  Wayoli dan Porniti.

Masjid yang dibangun berkat swadaya masyarakat Jailolo ini terletak di pesisir teluk Jailolo yang sekarang merupakan wilayah dari Kabupaten Halmahera barat.

  1. Nisan-nisan Kuno

Nisan-nisan kuno peninggalan Kesultanan Jailolo ditemukan di beberapa tempat. yaitu di Desa Galala, Desa Gam Ici, serta Desa Gamlamo. Bentuk dari nisan-nisan kuno tersebut pipih dan balok. Terdapat ornamen ukiran kaligrafi dan gambar bunga bersulur.

Desa-desa tempat nisan-nisan kuno itu saat masuk ke wilayah Kecamatan Jailolo.

Kesultanan Jailolo yang sudah lama runtuh didirikan kembali secara adat pada era reformasi. Moloku Kie Raha  yang merupakan komunitas adat pun mulai dibentuk kembali.

fbWhatsappTwitterLinkedIn