Selama ini, kita mengira bahwa alam semesta hanya berkaitan dengan matahari, bulan dan bintang. Padahal, ada banyak peristiwa yang terjadi di alam semesta ini terutama pada benda-benda luar angkasa. Semakin canggih teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat. Kita dapat mengetahui berbagai fenomena yang terjadi di muka bumi ini termasuk yang terjadi di luar angkasa.
Alam semesta selain berisi, bulan, bintang, matahari, dan galaksi, namun berisi pula benda-benda atau peristiwa kosmik. Benda-benda atau peristiwa kosmik ini meliputi supernova, nova, hipernova dan kilonova.
Benda-benda kosmik ini berkaitan dengan bintang atau lebih tepatnya terjadi karena adanya ledakan dari bintang itu sendiri. Saat sebuah bintang mengalami ledakan, maka dia akan menghasilkan energi baru yang dinamakan dengan peristiwa kosmik.
Keempat peristiwa kosmik yang terjadi tentunya memiliki banyak perbedaan. Ada yang timbul karena gabungan dari dua bintang yang meledak, ada yang muncul karena kematian bintang yang masif dan ada yang muncul setelah kematian bintang selama bertahun. Salah satu peristiwa kosmik yang jarang diketahui adalah kilonova.
Kilonova atau yang biasa disebut dengan makronova merupakan sebuah kejadian astronomi di mana terjadinya tabrakan antara bintang neutron dengan lubang hitam sehingga terjadi ledakan sinar gamma. Kilonova jauh lebih cerah 1000 kali dari nova namun tidak bisa menandingi kecerahan supernova.
Saat terjadinya ledakan di antara dua bintang tersebut disertai pula dengan adanya gravitasi. Ketika dua bintang neutron ini bertabrakan mereka akan saling melepaskan energi. Diperkirakan energi yang dilepaskan karena tabrakan dua bintang ini 1000 kali jauh lebih besar dari nova.
Selain melepaskan energi, konon akibat ledakan tersebut menghasilkan beberapa unsur berat seperti emas dan platinum. Tak tanggung-tanggung, jumlah yang dihasilkan pun begitu besar dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Ketika terjadinya penggabungan dua bintang neutron, maka akan terjadi guncangan pada ruang dan waktu dan menghasilkan ledakan elektromagnetik yang paling kuat serta cahaya cahaya optik dari sinar gamma pendek.
Ledakan yang terjadi antara dua bintang neutron dapat terjadi hanya dalam waktu beberapa sepersekian detik. Setelah kejadian tersebut, maka awan gas serta angin material akan mengalir ke luar. Materi yang terdapat dapat dalam bintang neutron akan dilepaskan dan terjadilah proses yang berlangsung cepat ketika materi terurai ke luar angkasa.
Saat proses ini, banyak logam mulia yang bertebaran di alam semesta seperti emas, platinum dan uranium. Menurut astronomi, peristiwa kilonova diperkirakan dapat terjadi setiap 100 tahun. Terlebih lagi, jarak cahaya kilonova dari bumi sangat jauh yakni sekitar 1000 tahun dari bumi sehingga peluang terjadinya fenomena ini dalam waktu dekat begitu kecil.
Bahkan diperkirakan manusia yang hidup di zaman ini tidak akan merasakan fenomena ini. Meskipun para ahli mengatakan bahwa fenomena kilonova terjadi setiap 100 tahun sekali, terdapat ahli yang menyatakan bahwa fenomena kilonova mungkin saja terjadi 80 juta tahun sebelum adanya pembentukan tata surya.
Terdapat pula, para ahli yang menyatakan bahwa bisa saja fenomena ini sudah terjadi sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Diperkirakan satu kilonova dalam satu gerakan, dapat menghasilkan atau membentuk logam mulia setara dengan beberapa planet atau ratusan planet.
Hal inilah yang kemudian membuat banyak astronomi berpikrian bahwa tabrakan antara dua bintang neutron merupakan tempat terbentuknya sebagian besar logam. Pada tahun 2017, peristiwa kilonova baru diumumkan ke publik sehingga tak heran jika belum banyak yang mengetahuinya. Pada bulan agustus 2017, peristiwa kilonova baru terdeteksi oleh obsevatorium gelombang gravitasi LIGO dan Virgo.
Peristiwa Kilonova merupakan fenomena yang telah diamati oleh ahli beberapa tahun yang lalu. Bukan satu tahun dua tahun untuk mengamati kejadian ini, namun butuh beberapa tahun agar para ahli dapat menafsirkan sebuah peristiwa yang terjadi sehingga menjadi ilmu pengetahuan baru. Fenomena ini sebenarnya sudah dilakukan pengamatan semenjak tahun 2008 silam.
Semua ini bermula dari adanya penemuan ledakan sinar gamma pendek di GRB 080503 yang dilihat oleh para ahli. Para ahli melihat fenomena ini berupa sinar optik dan inframerah yang berlangsung begitu cepat.
Kemudian, pada tahun 2013, terjadi kembali ledakan sinar gamma dengan waktu yang begitu singkat yakni dinamakan GRB 130603B. Ledakan tersebut berupa cahaya inframerah yang terlihat samar dan berhasil dilihat dengan menggunakan teleskop luar angkasa Hubble.
Tiga tahun setelahnya yakni sekitar tahun 2016, berhasil ditemukan gelombang gravitasi atau gravitation wave (GW). Para ilmuwan terus melakukan penelitian mengenai gelombang ini hingga berhasil mendapatkan nobel Fisika pada tahun 2017. Nobel ini didapatkan atas keberhasil penemuan 4 gelombang gravitasi yang dilakukan oleh LIGO dan VIRGO.
Pada tanggal 14 Agustus 2017, ditemukan gelombang gravitasi terakhir dengan diberi nama GW170814. Pada tanggal 17 Agustus 2017 tepat setelah ditemukannya gelombang gravitasi terakhir, mereka berhasil mendeteksi keberadaan sinyal baru dengan panjang 100 detik.
Sinyal ini kemudian dinamakan dengan GW170817. GW170817 dihasilkan oleh pasangan objek yang memiliki masa hampir sama dengan matahari dengan jarak 40MPc atau 130 juta tahun cahaya. Sinyal yang baru ditemukan ini berbeda dengan 4 gelombang yang sudah ditemukan sebelumnya.
Jika dilihat dari ciri-ciri sinyal yang sudah dapat dideteksi, menunjukkan bahwa peristiwa yang baru saja diamati diperkirakan merupakan gabungan dari dua bintang neutron berdasarkan perkiraan massanya.
Mulai dilakukan penelitian lebih lanjut oleh banya peneliti setelah diumumkan adanya penemuan GW170817. Posisi GW170817 diketahui berada sekitar 30 derajat persegi atau setengah dari luas rasi crux. GW170817 berhasil ditemukan oleh satelit bernama Fermi. Dari sinilah, banyak pengamat mulai fokus melakukan pengamatan dengan teleskopnya dengan menggunakan elektromagnetik dari radio ataupun sinar x.
Laporan yang diberikan oleh LIGO dan VIRGO mengenai posisi GW170817 sebenarnya kurang tepat. Hal ini dikarenakan teleskop yang digunakan berada di belahan bumi utara sementara GW170817 berada di belahan selatan sehingga sulit untuk menemukan posisi yang tepat.
Sampai pada akhirnya, teleskop dari Chile dan Afrika Selatan dapat diarahkan untuk menangkap posisi GW170817 ketika matahari terbenam. Setelah 11 jam lamanya melakukan pengamatan, akhirnya membuahkan hasil. Ditemukan sebuah objek transisi baru di sekitar daerah tersebut.
Objek yang berhasil ditemukan ini berada di sekitar galaksi NGC 4993 yang kemudian dinamakan dengan SSS17a atau DLT17ck. Pengamatan tidak dilakukan dari satu galaksi melainkan difokuskan kepada posisi AT 2017gfo. Sekitar 30 menit setelah berhasil terdeteksi, spektrum AT 2017gfo berhasil ditemukan.
Pada spektrum ini ditemukan spektrum biru tanpa adanya garis spektral yang biasa ada pada supernova. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, AT 2017gfo menjadi redup pada panjang gelombang biru dengan waktu yang sangat cepat sementara puncak pendistribusian energi mengalami pergeseran ke arah inframerah. Para ahli menyimpulkan bahwa peristiwa yang telah terjadi bukanlah supernova melainkan kilonova.
Menurut para ahli astronomi, logam-logam yang ada di bumi ini ada yang berasal dari ledakan Kilonova. Kilonova terjadi karena adanya ledakan pada sepasang bintang neutron. Bintang neutron bentuknya hampir sama dengan lubang hitam namun tidak sepadat lubang hitam.
Kekuatan ledakan dari kilonova dapat menghasilkan logam-logam berat karena adanya penangkapan neutron. Penangkapan neutron merupakan sejenis reaksi nuklir yang terjadi ketika nukleus menyedot neutron yang berada di sekitarnya kemudian mengeluarkan sinar gamma.
Akibat peristiwa ini, terjadinya kejadian yang ekstrim seperti pembentukan logam berat yang kemudian diledakkan ke luar angkasa. Ledakan logam berat ini menyebar ke seluruh penjuru berupa emas, platinum dan uranium. Pembentukan bumi berhasil membentuk unsur-unsur logam yang diledakkan ke luar angkasa oleh kejadian Kilonova.
Unsur-unsur logam ini kemudian berada di bumi dan membentuk sekitar 0,3 persen unsur terberat yang berada di bumi. Oleh sebab itu, peneliti percaya bahwa emas, platinum dihasilkan dari kilonova. Selain itu, dari pengamatan yang dilakukan disimpulkan bahwa Kilonova berbeda dengan supernova, nova ataupun hipernova.
Kemunculan nova disebabkan karena kebangkitan kembali sebuah bintang yang telah lama bertahun-tahun mati. Bintang tersebut kembali terang setelah redup beberapa tahun lamanya. Sementara itu, supernova merupakan proses kematian sebuah bintang masif.
Tingkat keterangan supernova melebihi seluruh bintang yang ada di galaksi dan memiliki energi yang lebih dari energi sinar matahari. Keberadaan supernova menjadi elemen terberat di jagat raya. Untuk ukuran galaksi bimasakti, kemunculan supernova akan terjadi sekitar 50 tahun sekali. Angka ini menunjukkan bahwa kehadiran fenomena kilonova jauh lebih lama dibandingkan supernova.