Daftar isi
Setiap individu tentu memiliki pandangan hidup dan ideologi yang berbeda-beda. Perbedaan pandangan dan keyakinan tersebut akan memperlihatkan gaya hidup dan tingkah laku masing-masing individu.
Salah satu pandangan yang sedang mencuri perhatian banyak masyarakat sekarang ini adalah konsumerisme.
Pengertian Konsumerisme
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “konsumerisme” adalah gaya hidup atau paham yang dimiliki oleh konsumen dalam menganggap bahwa barang-barang mewah menjadi tolok ukur sebuah kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup.
Secara umum, konsumerisme merupakan sebuah ideologi atau keyakinan akan paham atas gaya hidup individu, kelompok, dan organisasi dalam menggunakan barang-barang hasil produksi tanpa memikirkan manfaat barang tersebut melainkan hanya dijadikan sebagai simbol kesenangan semata.
Sedangkan pengertian konsumerisme menurut para ahli, yaitu:
- Collin Campbell (1990) mendefinisikan bahwa konsumerisme adalah sebuah kondisi sosial yang dialami oleh individu maupun kelompok ketika aktivitas konsumsi menjadi tujuan hidup dan pusat kehidupan.
- Sassateli (2007) mengartikan bahwa konsumerisme adalah serangkaian aktivitas yang menentukan orientasi individu untuk mengoleksi barang-barang yang dianggap modern, akan tetapi tidak termasuk dalam kebutuhan.
- Zygmunt Bauman (2007) menyatakan bahwa konsumerisme adalah keadaan individu dalam memutuskan melakukan pembelian dengan hasrat keinginan untuk mengkonsumsi yang semata-mata hanya demi kesenaangan bukan karena kebutuhan.
- Robert G. Dunn (2008) menjelaskan bahwa konsumerisme adalah suatu paham yang diyakini dan menarik perhatian di tengah-tengah masyarakat mengenai memproduksi barang secara massal hingga dapat mengubah pola subjetif dalam hal konsumsi.
- Braudillard (2013) menjelaskan bahwa konsumerisme adalah ide dan inovasi individu dalam menentukan pola kebahagiaan yang membuat tolok ukur dengan aktivitas konsumsi sebagai acuan dasarnya.
Ciri-Ciri Konsumerisme
- Adanya keinginan diri konsumen untuk tampil berbeda dan tidak ingin disamakan dengan orang lain.
- Terdapat sebuah usaha untuk selalu memiliki barang yang tidak banyak ditemukan di pasaran atau dengan kata lain limited edition.
- Munculnya rasa bangga saat mengenakan atau memiliki barang tersebut dan cenderung ingin dipamerkan kepada masyarakat umum.
- Terkandung sifat ingin meniru gaya hidup seseorang yang dianggap sebagai pedoman hidupnya.
- Mempunyai kecenderungan ingin selalu tampil menarik di depan umum dan menjadi pusat perhatian.
Faktor Penyebab Konsumerisme
Faktor Internal
Merupakan faktor yang dapat memicu timbulnya tindakan konsumerisme individu atau konsumen yang berasal dari diri sendiri, diantaranya:
- Inovasi dan motivasi yang dibentuk di dalam diri konsumen.
- Pemahaman yang dipikirkan oleh konsumen.
- Keyakinan yang telah dipercaya.
- Kontrol diri dan hasrat atau pengendalian diri konsumen.
- Pandangan hidup dan tolok ukur dalam menentukan kehidupannya.
Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi perilaku kosnumerisme yang dilakukan individu atau konsumen, diantaranya:
- Sugesti yang didapat dari keluarga, teman, dan orang-orang terdekat.
- Keadaan masyarakat dan lingkungan sekitar.
- Kondisi sosial yang sedang terjadi atau dengan kata lain trend.
- Tindakan stimulus dari marketing untuk menciptakan situasi yang menguntungkan.
- Tekanan dari luar yang mengharuskan untuk mengkonsumsi secara berlebihan.
Proses Pokok Konsumerisme
Komoditisasi
Berbagai tempat perbelanjaan merupakan pusat untuk memperlihatkan atau mensosialisasikan aktivitas konsumsi yang dilakukan bermacam-macam konsumen.
Hal tersebut karena terdapat sebuah product display yang ditunjukan memiliki makna ganda yaitu, bukan hanya sekedar untuk dijual melainkan demi mengenalkan bagaimana gaya hidup konsumen lain dalam menggunakan barang-barang hasil produksi.
Di sisi lain, hal itulah yang memicu timbulnya kesenangan, persaingan, dan perubahan pola pandang yang akan direspon oleh konsumen.
Dekomoditisasi
Di dalam aktivitas mengkonsumsi terdapat makna yang luas dimana tidak hanya sebatas menggunakan dan menghabiskan suatu barang hasil produksi.
Melainkan terdapat makna lain yang dapat membuat konsumen berimajinasi dan timbul fantasi dalam dirinya.
Hal tersebut karena ada penggunaan ulang dan sebuah kebudayaan material seperti menghilangkan kebosanan, refreshing, memperlihatkan kasih sayang, hingga dapat menjadikan simbol serta tolok ukur hidup.
Dampak Konsumerisme
Dampak Positif Konsumerisme
- Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran.
- Meningkatkan motivasi untuk lebih bekerja keras demi menambah jumlah pemasukan atau pendapatan.
- Bertambahnya tingkat permintaan konsumen yang memberi keuntungan bagi produsen dalam memperluas pangsa pasarnya.
Dampak Negatif Konsumerisme
- Mengurangi makna dari dana atau uang itu sendiri.
- Memicu tekanan sosial.
- Timbulnya ketimpangan kelas sosial.
- Menambah angka kemiskinan.
- Menciptakan gaya hidup tidak hemat atau boros.
- Rasa ketidakpuasan yang tidak terkendali sehingga memicu munculnya sifat ambisius.
Tips Meminimalisir Konsumerisme
- Belajar cara bagaimana mengatur keuangan pribadi mulai dari pemasukan hingga pengeluaran.
- Mulai melakukan kebiasaan menyisihkan dana atau uang penghasilan untuk ditabung.
- Menetapkan prioritas dalam memenuhi kebutuhan.
- Meningkatkan rasa percaya diri agar tidak mudah terseret dalam gaya hidup orang lain.
- Mencermati dan mempertimbangkan kegunaan dan manfaat yang didapat setiap barang atau produk yang akan dibeli.
Contoh Konsumerisme
Perayaan Hari-Hari Besar
Setiap tahunnya tentu kita akan menghadapi perayaan hari-hari besar seperti tahun baru, hari keagamaan, atau hari pernikahan dan lain sebagainya.
Namun tanpa disadari setiap akan menghadap hari besar tersebut, mayoritas individu atau konsumen akan membeli barang-barang diluar kebutuhannya atau kebiasaannya demi terlihat menarik di hari itu.
Seperti pakaian, make-up, atau barang-barang perlengkapan pesta. Bahkan setiap hari besar individu atau konsumen akan mengenakan pakaian dan barang yang berbeda setiap tahunnya. Padahal pakaian dan barang tahun lalu yang dibeli terbilang masih dapat digunakan.
Sementara itu, banyak individu atau konsumen yang rela mengoleksi barang-barang mewah demi dapat diperlihatkan kepada sanak saudara saat berkunjung ke rumahnya waktu hari perayaan besar itu tiba.
Di sinilah pemicu perilaku konsumerisme mulai timbul dan sayangnya mayoritas membenarkan hal tersebut karena dianggap sebagai bentuk dari pertahanan diri dan memberikan kesenangan hingga kebahagiaan tersendiri untuk individu atau konsumen.