11 Kota Besar di Sepanjang Jalur Sutera

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Jalur Sutera merupakan salah satu jalur perdagangan kuno yang penting bahkan menciptakan sejarah bagi dunia. Jalur ini menghubungkan antar wilayah-wilayah di bumi timur dengan wilayah lainnya di bumi barat.

Meskipun pada faktanya nama Jalur Sutera atau the Silk Road baru digunakan pada abad 18 namun jalan ini secara resmi digunakan sejak 206 SM. Pada masa itu sutera hanya bisa diproduksi oleh Tiongkok saja sehingga mereka menjadi pemasok ke negeri-negeri lainnya melalui jalur ini. 

Jalur sepanjang hampir 6500 km ini membentang dimulai dari ibu kota Tiongkok kuno yakni Chang’an (sekarang Xi’an) dan berakhir di ujung barat Bizantium yakni Konstantinopel dan kota di Timur Tengah lainnya. Berikut ini kota-kota besar yang ada di sepanjang Jalur Sutera. 

1. Chang’an, China 

Chang’an merupakan kota kuno di China yang dahulu menjadi ibukota kekaisaran Tiongkok. Kota ini menjadi titik pertama dari Jalur Sutera sehingga lokasinya berada di paling timur. Pada masa itu penduduknya mencapai 1 juta jiwa sehingga dapat dikatakan sebagai kota terbesar di dunia saat itu. 

Kota ini banyak didatangi oleh orang-orang dari penjuru dunia melalui Jalur Sutera. Sebab kota ini juga menjadi pusat ekonomi dan budaya Tiongkok Kuno. Lokasi kota ini berada sdekat kota Xi’an modern serta memiliki kuasa wilayah yang jauh lebih besar. Kota ini mencapai puncak keemasannya pada masa Dinasti Tang dan memiliki dua pasar utama.

Pasar tersebut adalah Pasar Timur bagi keluarga Kekaisaran dan kaum bangsawan dan Pasar Barat untuk rakyat biasa. Meski Pasar Barat diperuntukkan bagi rakyat biasa namun pasar ini berkembang dengan baik bahkan menjadi pusat perdagangan barang-barang seperti obat-obatan, rempah-rempah, pakaian dari bangsa asing.

2. Dunhuang, China 

Kota Dunhuang adalah kota kecil di Tiongkok tepatnya di Provinsi Gansu. Kota yang berada di dekat Gua Mogao ini menjadi pos pemberhentian Jalur Sutera yang paling penting karena lokasinya yang strategis.

Lokasinya berada di Koridor Hexi China yang merupakan titik pertemuan tiga kota sekaligus yakni Gansu, Qinghai, dan Xinjiang. Sementara itu bagian barat kota ini menghubungkan China dengan Asia Tengah. 

Dunhuang juga sempat menjadi pusat militer, budaya, komersial, transportasi, dan politik setelah Kaisar Wu dari Dinasti Han berhasil mengalahkan pasukan Xiongnu. Hal ini berlangsung hingga selama ribuan tahun. Kota ini juga menjadi tempat awal mula ajaran Buddha masuk ke daratan Tiongkok pada masa Dinasti Jin tahun 266 M–420 M. 

3. Kashgar, China

Kashgar berada di paling barat dari Tiongkok di wilayah Uighur di Xinjiang. Lokasinya tidak jauh dari perbatasan antara Kirgistan, Kazakhstan, dan Pakistan dan kondisi geografisnya berada di kaki Pegunungan Pamirs dan dikelilingi oleh sungai-sungai yang subur. Berada di antara gurun dan pegunungan Kargash disebut sebagai oasis yang terpencil. 

Lokasi yang strategis dan subur menjadikan Kargash sebagai kota yang penting di Jalur Sutera. Kota ini menjadi tempat peristirahatan bagi rombongan karavan yang akan atau dari Timur Tengah. Pada masanya, Kashgar memiliki pasar ternak terbesar di dunia. Kota ini juga sempat diperebutkan oleh tiga kerajaan besar yakni Inggris, Rusia dan China. 

4. Samarkand, Uzbekistan

Samarkand adalah kota kuno yang berada Uzbekistan di dekat sungai Zeravshan, pada masanya kota ini menjadi jantung Asia Tengah. Kota yang sudah ada sejak 700 SM ini merupakan tempat pertemuan antar budaya dan pertukaran ilmu pengetahuan selama lebih dari 2500 tahun. Lokasinya berada di ujung paling barat dari pegunungan Alai. 

Kota yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke 14 hingga 15 ini juga memiliki sejarah penting bagi perkembangan Islam. Kota Samarkand ini mulai menjalin hubungan dagang dengan Tiongkok pada masa Dinasti Han.

Komoditas rempah-rempah, kerajinan logam mulia, dan kain Samarkand masuk ke seluruh penjuru China. Di kota ini dapat ditemukan salah satu mahakarya Islam yakni Masjid Bibi Khanym yang dibangun pada dinasti Timurid abad ke 15. 

5. Aleppo, Suriah

Aleppo adalah kota kuno yang berdiri pada abad ke 3 SM dan merupakan kota terbesar di Syria. Lokasinya yakni berada di dataran tinggi sekitar 100 km ke barat dari Mediterania dan di bagian timur kota terdapat sungai Efrat. Kota tertua di dunia yang masih bertahan ini sempat memiliki bazar sepanjang 13 km dan beroperasi selama ratusan tahun. 

Tak salah jika Aleppo menjadi pusat ekonomi dan sosial selama ratusan tahun. Pada abad ke 16 hingga 17 kota ini menjelma sebagai kota terbesar di Kekaisaran Ottoman. Selain pusat ekonomi dan sosial, Aleppo juga dikenal sebagai kota kelahiran bagi para ilmuwan dan penyair jenius seperti Abu Firas al-Hamadani dan Abu Tayyeb al-Mutanabbi. Sayangnya Aleppo mengalami kemunduran sejak abad ke 18. 

6. Kota Balkh, Afghanistan

Kota Balkh adalah salah satu kota di Afghanistan antara Pegunungan Hindu Kush dan Sungai Aku Darya atau Oxus. Kota yang berada di jalur utama Jalur Sutera ini dikenal dengan nama lain yakni sebagai Umm-al-belad yang artinya “Ibu Kota”. Saat itu Afghanistan menjadi pusat ilmu politik. sosial, ekonomi, dan agama bagi Asia. 

Sayangnya kota Balkh hanya bertahan selama kurang lebih 2500 tahun saja karena telah dihancurkan oleh Alexander the Great. Raja Balkh pun terbunuh dalam peristiwa ini. Kota Balkh merupakan kampung halaman bagi penyair paling termasyur abad ke 13 yakni Rumi. 

7. Merv, Turkmenistan

Merv adalah sebuah nama untuk kota yang berada di Turkmenistan yang mencapai puncak kosmopolitan pada abad ke 12 M. Dahulu kala kota ini terpilih menjadi ibukota bagi Kesultanan Seljuk yang berkuasa pada tahun 1037-1194 M.

Sebelumnya kota yang berada di dekat kota Marry modern ini pernah menjadi ibukota bagi Khorāsān dan menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah. 

Kota ini menjadi pusat bagi perdagangan emas, tenun, tekstil dan tembikar. Sayangnya pada abad ke 13 kota ini diserang oleh bangsa Mongol dan belum sempat mengulang kejayaannya sudah jatuh ke tangan Rusia pada tahun 1884. 

8. Ctesiphon, Irak

Kota Ctesiphon dikenal dengan sebutan lainnya yakni Tisfon dan Ktesifon, adalah kota kuno yang 35 km selatan dari Baghdad dan timur sungai Tigris. Kota besar ini pernah menjadi ibukota bagi beberapa dinasti di antaranya adalah dinasti Ashkâniâ, dinasti Parthia, dan dinasti Sassanid.

Kota yang disebut sebagai ujung dari Jalur Sutera ini banyak disinggahi para pedagang yang akan melanjutkan perjalanannya. Kota ini juga sempat menjadi pusat politik dan ekonomi terutama sejak ditaklukan oleh Umar bin Khattab.

Pada masanya orang-orang menganggap Tisfon sebagai surga yang ada di Bumi. Sayangnya kota ini jatuh ke tangan Romawi dan sempat menghilang sampai akhirnya baru ditemukan pada abad ke 18 M. 

9. Palmyra, Suriah

Palmyra adalah sebuah kota di Jalur Sutera di oasis tepi gurun Suriah, di timur laut Damaskus, dan diantara Laut Mediterania dan Sungai Efrat. Kota ini menjadi terkenal karena menghubungkan Teluk Persia dan Asia serta Mediterania dan Eropa. Palmyra bahkan mendapat julukan sebagai “Mutiara Gurun”. 

Para pedagang yang membawa tembikar, sutera dan rempah-rempah dari China akan singgah ke Palmyra dan mereka akan mendapatkan kaca, pewarna hingga mutiara. kota Palmyra mencapai puncak keemasannya pada abad ke 2 M dan menjadi kota termakmur di Kekaisaran Romawi Timur. Jejak keberadaan kota Palmyra dapat dijumpai di tengah gurun Tadmorean, Suriah. 

10. Damaskus, Suriah

Damaskus hingga saat in masih bertahan dan masih dihuni sehingga menjadi salah satu kota tertua di dunia. Ibukota Suriah ini berada di kaki Gunung Qasiun dan sudah berusia 4.500 tahun.

Kota yang subur ini mulai mengenal sutera dari China pada abad 2 M yang pada saat itu akan dibawa ke timur laut Mediterania atau Lebanon dan Suriah modern. 

Kota ini menjadi kota penting di Jalur Sutera karena menjadi tempat peristirahatan bagi para pedagang sebelum melanjutkan perjalanannya ke barat. 

11. Konstantinopel

Konstantinopel saat ini telah berganti nama menjadi Istanbul yakni ibukota Turki. Kota yang pada akhirnya jatuh ke tangan Ottoman ini merupakan ujung paling barat dari Jalur Sutera. Konstantinopel dan Tiongkok menjalin hubungan dagang sejak abad ke 4 Masehi. 

Meski jatuh ke tangan Ottoman namun kejayaan Konstantinopel masih terus berlanjut. Di kota ini beragam komoditas diperjual belikan seperti anggur, minyak, garam, ikan, sayuran, kayu, lilin, keramik, linen hingga kain tenun. Konstantinopel juga terkenal akan kecanggihan dan seni arsitekturnya. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn