Majas atau gaya bahasa biasanya dibuat untuk memberikan efek tertentu pada sebuah karya tulis.
Penggunaan majas dalam karya tulisan berarti untuk memanfaatkan kekayaan bahasa dengan tujuan untuk mendapatkan efek tertentu pada kalimat dalam karya tulis tersebut sehingga menjadi lebih menarik.
Majas biasa digunakan pada karya tulis sastra seperti puisi dan prosa. Berbagai macam majas ada di dunia karya sastra bahasa Indonesia berupa jenis majas seperti contoh majas repetisi dan paralelisme, majas antitesis, dan majas eufemisme.
Jenis majas yang lainnya adalah majas sindiran. Majas sindiran adalah majas yang dipakai untuk menyindir seseorang dari perkataan maupun perbuatannya.
Secara garis besar, majas sindiran berupa sindiran halus dan sindiran kasar, mengecilkan fakta atau membesarkannya. Berikut ini adalah macam – macam majas sindiran dan contohnya.
1. Majas Ironi
Majas ironi adalah gaya bahasa yang paling halus dari majas sindiran. Majas ini biasanya digunakan untuk mengungkapkan sindiran halus menggunakan kata – kata yang bertentangan dengan makna sebenarnya. Contoh:
- Wah, saking bersihnya dirimu sampai – sampai bajumu penuh dengan noda makanan.
- Ia terlalu pintar sampai tidak dapat membedakan pintu keluar dan pintu masuk.
- Teladan sekali kau ini, sampai tidak mengerjakan tugas sekolah satupun.
- Kita datang terlalu awal, semua tiket kereta sudah habis terjual.
- Cepat sekali kau datang, bus tujuan kita sudah berangkat sejak tadi.
- Wangi sekali kau, sudah berapa hari tidak mandi?
- Lezatnya makanan ini sampai membuatku tidak selera makan.
Majas sinisme adalah majas yang mengungkapkan sindiran dengan kasar dan pada umumnya digunakan untuk mengkritik dan mencemooh sesuatu.
Biasanya mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati, lebih kasar dan lebih berterus terang daripada majas ironi.
Bahkan biasanya disertai dengan tindakan tidak terpuji, contohnya:
- Berhentilah mengenakan baju itu, sebenarnya tampak jelek sekali kau pakai.
- Untuk apa memiliki uang banyak jika tidak pernah merasa kenyang dan puas.
- Aku pasti akan menjauhimu sejak dulu jika tahu sifat burukmu itu.
- Aku tidak sudi melihat wajahmu yang tampan itu lagi.
- Tentu saja iya, sudah tahu masih saja bertanya!
Majas sarkasme mengungkapkan sindiran secara langsung dengan kata – kata yang kasar dan keras, karena itu majas ini menjadi kelas tertinggi dari majas sindiran.
Majas ini mengandung kepahitan dan celaan getir, bahkan terkadang hingga dibandingkan dengan hewan. Contohnya:
- Lihatlah dia si mulut harimau itu!
- Dia benar – benar muka tembok, tidak tahu malu.
- Dasar otak kerbau, mengerjakan soal begini saja tidak bisa !
- Apakah kau keledai yang jatuh di lubang yang sama?
- Dasar otak udang, berpikirlah dulu sebelum berbuat!
- Lihat si tua bangka itu, masih saja menggoda gadis – gadis.
4. Majas Satire
Majas satire ini menggabungkan majas ironi dan majas sarkasme. Majas satire biasanya digunakan dalam sebuah parodi, puisi atau cerita pendek dengan tujuan mengkritik, menolak gagasan atau perilaku sosial tertentu.
Penggunaan majas satire bisa dilakukan terang – terangan atau secara tersirat. Contoh:
- Huh! Sudah miskin, sombongnya minta ampun.
- Kau itu lulusan sarjana, tapi perilakumu seperti tidak pernah sekolah.
- Kau hobi mengkritik orang tetapi tidak mau dikritik.
- Sepertinya harga gula sedang mahal ya, kopi ini pahit sekali.
- Percuma saja kau bertubuh besar kalau dengan kecoa saja takut.
- Kau makan rakus sekali, berapa tahun kau tidak makan?
Majas innuendo adalah gaya bahasa yang mengecilkan sesuatu dari fakta sebenarnya. Contohnya:
- Ia adalah orang baik, sayangnya ia suka sekali berhutang kepada siapa saja.
- Benar – benar sempurna dia itu, cantik, kaya dan pintar. Sayangnya ia sangat sombong.
- Kesuksesan yang diraihnya bukanlah hasil kerja kerasnya sendiri.
- Kamu sudah memasaknya dengan baik, hanya saja ada beberapa bagian yang kurang matang.
- Kenapa takut? Ini hanya ular kecil saja, tidak apa – apa kok.
- Ketinggian 100 meter ini tidak ada apa – apanya, kau tidak perlu takut.
- Tidak perlu khawatir disuntik, sakitnya hanya seperti digigit semut saja kok.
Menggunakan majas sindiran dan contohnya kerap dilakukan juga dalam kehidupan sehari – hari dan dalam percakapan, namun kita kerap mengungkapkannya tanpa sadar.
Karena majas sindiran ini seringkali membawa efek yang menyakitkan hati orang lain, sebaiknya kita lebih bijak dalam menggunakan kata – kata dan dalam berbahasa agar tetap dapat menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Begitu juga dengan penggunaan majas pleonasme, majas penegasan dan majas anafora.