Museum Tertua di Indonesia dan Sejarah Singkatnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Musuem adalah tempat untuk merawat, menjaga dan melestarikan warisan budaya dengan tujuan untuk pembelajaran umum. Kamu bisa menjadikan museum sebagai tujuan berlibur kamu lho.

Selain menyenangkan kamu juga mendapat banyak sekali informasi terutama tentang sejarah.

Berikut ini adalah museum tertua yang ada di Indonesia beserta sejarahnya.

1. Museum Wayang

Gelar museum tertua di Indonesia dipegang oleh museum Wayang. Museum berusia 380 tahun ini didirikan pada tahun 1640 yaitu pada masa pemerintahan VOC.

Berada di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 museum ini dahulunya adalah sebuah Gereja bernama  De Oude Hollandsche Kerk atau Gereja Lama Belanda.

Bangunan ini sempat mengalami renovasi pada tahun 1732 dan berganti nama menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk yang artinya Gereja Baru Belanda. Namun bangunan ini runtuh akibat gempa pada tahun 1808.

Pada tanggal 14 Agustus 1936 Gereja tersebut dibeli oleh lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yaitu sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan seni, biologi dan fisika.

Barulah bangunan ini diubah menjadi museum Wayang. Namun peresmian museum Wayang ini baru dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 1975.

Di dalam museum Wayang ini terdapat berbagai macam jenis dan bentuk wayang. Setidaknya ada 4000 wayang yang dipamerkan di sana. Selain wayang di museum ini juga memamerkan alat musik khas Jawa yaitu gamelan dan boneka dari berbagai negara seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, China, India, Perancis, Suriname.

Museum tertua di Indonesia ini pernah mengalami pergantian nama. Pada tahun 1939 Gubernur Jendral Hindia Belanda Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer member nama museum ini “Museum Batavia Lama”.

Namun pada tahun 1975 kembali menjadi Museum Wayang oleh Gubernur Jakarta pada saat itu bersamaan dengan peresmiannya.

Museum ini masih beroperasi hingga saat ini. Jika kamu ingin mengunjungi museum wayang maka kamu bisa datang di hari Selasa-Jum’at pukul 09.00 hingga 15.00 dan Sabtu-Minggu pukul 09.00 hingga 20.00.

2. Museum Bahari

Museum ini terletak di Sunda Kelapa, penjaringan, Jakarta. Bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1652.

Pada mulanya bangunan ini adalah tempat penyimpanan hasil Bumi pada masa Hindia Belanda dan berubah fungsi menjadi penyimpanan logistik pada masa penjajahan Jepang.

Bangunan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian Gudang Barat dan bagian Gudang Timur. Pada bagian Gudang Barat terdapat 4 unit dan tiga diantaranya digunakan untuk Museum Bahari.

Pada tahun 1976 bangunan ini direnovasi dan diresmikan sebagai Museum Bahari pada 7 Juli 1977. Sebelum dijadikan musem bangunan ini ditempati oleh PLN dan PTT setelah Indonesia merdeka.

Museum Bahari menyimpan segala informasi seputar sejarah dunia maritim yang dimulai dari zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman sekarang. Total koleksi yang dimiliki museum Bahari yaitu 126 unit. 19 diantaranya adalah kapal asli dan 107 miniatur biota laut.

Sayangnya mesum Bahari mengalami kebakaran pada tahun 2018 yang menyebabkan kerusakan pada Gedung A dan Gedung B blok 1 dan 2. Kebakaran ini disebabkan oleh instalasi listrik yang sudah tua sehingga mengalami korsleting.

Koleksi museum Bahari yang unik dan ikonik adalah meriam VOC, rangka kapal Phinisi, kapal Jukung Barito, dan rempah-rempah khas nusantara.

3. Museum Fatahillah

Museum Fatahillah adalah museum yang menyimpan sejarah kota Jakarta. Oleh sebab itu museum ini disebut juga sebagai Sejarah Museum Jakarta.

Bangunan yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No 2 Jakarta Barat sudah ada sejak tahun 1707. Pada masa pemerintahan VOC gedung ini digunakan sebagai balai kota, pengadilan, kantor catatan sipil , dewan kotapraja dan juga tempat ibadah di hari minggu.

Pembangunan gedung ini sudah dilakukan sejak tahun 1620 namun karena kontur tanah Jakarta yang labil sehingga bangunan ini beberapa kali mengalami pemugaran karena anjlok.

Sebelum diresmikan sebagai Museum Fatahillah pada tahun 1968, gedung ini mengalami beberapa kali alih fungsi. Pada tahun 1925-1942 gedung ini berfungsi sebagai kantor  pemerintahan Jawa Barat. Pada tahun 1942-1945 berfungsi sebagai penyimpanan logistic Dai Nippon.

Pada tahun 1952-1968 berfungsi sebagai markas Komando Militer Kota atau Kodim 053 Jakarta Barat. Setelah itu barulah gedung ini diberikan kepada Pemda Jakarta dan diresmikan sebagai pada tanggal 30 Maret 1974. Gubernur yang meresmikan yaitu Gubernur Ali Sadikin.

Museum Fatahillah mempunyai ruang bawah tanah yang dahulu kala dijadikan tempat tahanan pada masa penjajahan. Kondisi penjara bawah tanah ini sangat memprihatinkan, tidak mempunyai ventilasi udara.

Sehingga banyak tahanan yang meninggal sebelum diadili. Tokoh terkenal Indonesia yang pernah ditahan di sini adalah Pangeran Diponegoro dan Untung Siropati.

Benda bersejarah yang terkoleksi di Museum Fatahillah ini ada 23.500 buah baik yang asli maupun yang tiruan.

Koleksi-koleksi bersejarah diantaranya adalah sel tahanan Suropati dan Pangeran Diponegoro, Prasasti Ciaruteun yang merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara, Meriam Si Jagur, Patung Dewa Hermes, Lukisan Gubernur Jendral VOC hinggal alat-alat yang digunakan pada masa prasejarah.

4. Museum Benteng Vredeburg

Museum ini berdiri di kota pelajar Yogyakarta tepatnya di Jalan Malioboro. Pembangun gedung ini  atas dasar permintaan Belanda yaitu Nicholas Harting kepada Sri Sultan Hamengku Bowono I pada tahun 1760 .

Gedung ini pada awalnya merupakan sebuah benteng yang digunakan untuk menjada keamanan Keraton Jogja dan wilayah sekitarnya. Namun niat sebenarnya Belanda adalah untuk mengawasi dan mengontrol Keraton.

Pada saat pertama kali didirikan benteng ni sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah, atapnya terbuat dari ilalang dan tiding tiang penyangga benteng terbuat dari pohon kelapa dan pohon aren.

Pada tahun 1767 benteng ini diperkuat lagi bangunannya. Pemugaran ini dikomandoi oleh Ir. Frans Haak yang berakhir pada tahun 1867. Benteng ini kemudian diberi nama “Benteng Rustenburg” yang memiliki arti ”Benteng Peristirahatan.

Dalam sejarahnya benteng ini beberapa kalim mengalami perubahan status kepemilikan dan juga fungsinya. Diantaranya adalah berubah menjadi markas pertahanan. Status kepemilikan benteng pernah jatuh ke tangan Inggris dan Jepang.

Sayangnya pada tahun 1867 terjadi gempa dahsyat yang menghancurkan benteng Rustenburg. Setalah mengalami guncangan dahsyat, benteng segera dibenahi dan dibangun ulang.

Setelah pemugaran selasai benteng Rustenburg berubah nama menjadi benteng “Vredeburg” yang artinya “perdamaian”.

Setelah mengalami perubahan status kepemilikan akhirnya benteng Vredeburg jatuh ke tangan pemerintahan Yogyakarta pada tahun 1977 dan dialih fungsikan menjadi museum pada tahun 1992.

Museum ini berisikan tentang infromasi-informasi perjuangan nasional bangsa Indonesia.

5. Museum Nasional Republik Indonesia

Museum Nasional Republik Indonesia lebih dikenal masyarakat dengan nama museum Nasional. Berada di Jalan Medan Merdeka Barat No 12 Jakarta Pusat  Museum ini memiliki nama lain yaitu museum Gajah.

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen adalah lembaga independen pada masa penjajahan Belanda yang mengawali berdirinya museum Nasional ini.

Lembaga ini lahir pada tanggal 24 April 1778 dengan tujuan untuk mengembangkan penelitian terutama dalam bidang seni, biologi, fisika, sejarah dsb.

Radermacher salah seorang pendiri lembaga tersebut menumbangkan rumahnya yang berada di Kalibesar sebagai museum tersebut. Selain rumah Radermacher juga menyumbangkan koleksi dan buku-bukunya. Inilah yang mengawali berdirinya museum Nasional.

Koleksi di rumah Kalibesar semakin banyak hingga penuh dan tak muat lagi oleh sebab itu pada tahun 1811-1816 Gubernur Inggris Sir Thomas S. Raffles memrintahkan untuk membangun gedung museum dan pertemuan baru. Gedung ini berdiri di Jalan Majapahot No 3.

Gedung di Jalan Majapahit juga semakin penuh hingga akhirnya mendirikan bangunan lagi pada tahun 1862 di Jalan  Medan Merdeka Barat No 12. Museum pun diresmikan pada tahun 1868 dan dibuka untuk umum.

Didalam museum ini terdapat hasil riset ilmiah yang ada di Hindia Belanda.

Museum ini dikenal sebagai “Museum Gajah” hal ini dikarenakan terdapat patung gajah di depan gedung. Patung gajah ini adalah hadiah dari Raja Thailand yang bernama Chulalongkorrm (Rama V). 

Pemberian ini sebagai bentuk rasa terima kasih beliau yang ingin melihat gambar Budha yang menjadi slah satu koleksi di sana.

Pada 26 Januari 1950 Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berganti nama menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia dan menyerahkan museum tersebut kepada Indonesia.

Pemerintah mengubah status museum menjadi museum pusat pada 17 September 1962 dan naik status menjadi museum nasional 28 Mei 1979.

6. Museum Taman Prasasti

Gedung museum ini sudah berdiri sejak tahun 1795. Dahulu kala sebelum dibangun gedung museum tanah ini adalah tanah kuburan Jahe Kober. Letak meseum Taman Prasati yaitu di kawasan Kebon Jahe Gambir Jakarta. Tepatnya di Jalan Tanah Abang No 1.

Tanah tempat berdiri museum ini adalah tanah wakaf dari Gubernur Jendral Batavia WV Hlevantius yaitu Gubernur Jendral ke 29. Tanah pemakaman ini diperuntukkan para bangsawan dan juga pejabat tinggi yang berkuasa pada saat itu.

Hal ini yang menyebabkan museum ini memiliki banyak prasasti bergaya klasisme, neo-gotik, Hindu-Jawa.

Tidak seperti museum pada umumnya yang terletak di dalam ruangan, koleksi museum ini berada di luar ruangan seperti taman. Oleh sbeba itu museum ini diberi nama museum Taman Prasasti .

Prasati yang bisa kamu lihat di museu ini anatar lain prasasti, batu nisan, marmer, makam perunggu dsb.

Bagian depan bangunan museum ini bergaya doria. Bagian ini digunakan untuk menyemayamkan jenazah sebelum upacara pemakaman. Bangunan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sayap kanan dan sayap kiri.

Pada bagian sayap kanan digunakan untuk pemakan jenazah wanita dan sayap kiri digunakan untuk pemakan jenazah pria.

Hingga saat ini koleksi yang dimiliki museum Taman Prasasti berjumlah 940 makam. 701 satu dianataranya masih dalam kondisi baik sedangkan sisanya sudah rusak.

Orang terkenal yang dimakamkan di sana antara lain Stovia H.F Roll seorang pendiri sekolah kedoteran,  Olivia Marianne yaitu istri dari Thomas Stamford Raffles, Seo Hok Gie yaitu seorang aktivis ’66.

7.  Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia berada di kawasan Kota Tua persisnya di Jalan Pintu Besar No 3 Kota Jakarta Barat. Sebelum menjadi Bank Indonesia dahulu kala bangunan ini adalah bank sentral milik Hindia Belanda dengan nama Netherlands Indies Gulden atau De Javasche Bank pada tahun 1828.

Sejarah banguna ini sangatlah panjang, pada awal abad 18 sebelum dijadikan sebuah bank banguna ini adalah rumah sakit bernama Binen Hospital. Namun pada tahun  1780 rumah sakit ini dipindahkan di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Barulah bangunan ini dibeli De Javasche Bank pada tahun 1831.

Pada tahun 1953, setelah Indonesia merdeka bank ini pun diserahkan kpada pemerintah Indonesia dan diubah namanya menjadi Bank Indonesia.

Setelah dibeli oleh de Javasche Bank bangunan ini direnovasi oleh arsitek terkenal dari Belanda yaitu Eduard Cuypers. Cuypers merenovasi bangunan ini menjadi bergaya neo-reinasans dengan sentuhan elemen asli Indonesia sebagai detailnya. Renovasipun selelsai pada tahun 1926.

Pada masa perang dunia ke II setelah jepang berhasil menduduki Indonesia, Belanda pun terusir. Namun hal ini tidak berdampak besar pada bangunan ini. Bahkan banguna ini masih berfungsi sebagai bank hingga tahun 1945.

Pada tahun 1944 Indonesia berhasil mencetak uang pertamanya di sini.

Sayangnya seiring berjalannya waktu bangunan ini pun terlantar. Hingga akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengubah Bank Indonesia menjadi Museum Bank Indonesia dan diresmikan pada tanggal 21 juli 2009.

Museum Bank Indonesia berhasil menyimpan 750 koleksi yang sebagian besarnya berupa uang. Salah satu koleksinya yang paling tua adalah uang ORI (Oeang Republik Indonesia) dan uang numismatik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn