2 Pahlawan Nasional dari Batam

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gelar Pahlawan Nasional merupakan gelar kehormatan tertinggi yang diberikan kepada para pejuang. Tidak semua orang bisa mendapatkan gelar tersebut sekalipun mereka telah andil dalam memperjuangkan NKRI pada masa penjajahan.

Untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional memerlukan sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Selain itu, untuk mendapatkan gelar tersebut pemerintah perlu melakukan kerja sama dengan ahli sejarah. Hal ini semata-mata untuk mendapatkan kebenaran bahwa orang tersebut pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Maka tak heran, jika setiap tahunnya setiap daerah mengajukan beberapa nama tokoh untuk dijadikan pahlawan nasional. Hal ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat. Namun, keputusan ditetapkannya menjadi pahlawan nasional atau tidak berada di tangan pemerintah pusat dengan melihat beberapa pertimbangan.

Batam merupakan daerah yang ada di Kepualaun Riau. Sama seperti daerah lainnya, Batam juga memiliki tokoh heroik yang ikut andil dalam memperjuangkan NKRI. Tokoh-tokoh tersebut masih ada kaitannya dengan pahlawan nasional asal Kepulauan Riau.

Hal ini dikarenakan Batam termasuk ke dalam derah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Lalu, siapa saja pahlawan nasional tersebut? Selengkapnya akan dibahas di bawah ini.

Raja Ali Haji (RAH)

Pahlawan nasional ini sangat tidak asing bagi sebagian besar pecinta buku dan sastra. Beliau adalah Raja Ali Haji, penggubah Gurindam 12 yang terkenal saat ini hingga ke berbagai negara. Raja Ali Haji tercatat sebagai pahlawan nasional pada November 2004 silam. Raja Ali Haji lahir pada tahun 1808 di Selangor.

Raja Ali Haji adalah ulama, sejarawan dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu. Ia adalah tokoh penting di dalam budaya dan kesustraan Melayu. RAH adalah putra dari Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabililah (saudara dari Raja Lumu, Sultan pertama dari Selangor).

Beliau merupakan keturunan dari prajurit Bugis yang datang di daerah Riau pada abad ke-16. Raja Ali Haji begitu mencintai karya sastra. Ia mendapat ilmu bahasa pada tahun 1822 saat mengikuti ayahnya pergi ke Betawi. Selain itu juga menimba ilmu bahasa arab dan ilmu agama di Mekkah sekaligus berhaji pada tahun 1828.

Singkat ceritanya, sekitar tahun 1840 Raja Ali Haji mulai aktif menjadi seorang pengarang dan cendikiawan yang terkenal pada saat itu. Ia telah melahirkan banyak karya yang bervariatif di bidangnya seperti bahasa, agama, hukum pemerintahan dan syair-syair naratif.

Pada tahun 1845, Raja Ali Haji ditunjuk menjadi seorang penasehat agama di Kesultanan Riau-Lingga. Pada saat itulah, ia begitu produktif dalam menulis sastra, pendidikan serta kebudayaan. Ada satu karya terkenal dari Raja Ali Haji yakni Gurindam Dua Belas yang diciptakan pada tahun 1846. Pada tahun 1854, karya ini kemudian dipublikasikan oleh E. Selain Gurindam Dua Belas, ada juga Bustan al-Kathibin yang ditulis olehnya pada tahun 1857 di Betawi.

Raja Ali Haji adalah sosok yang mencetuskan perkamusan monolingual Melayu karena karyanya inilah Kitab Pengetahuan Bahasa dinilai sebagai suatu karya yang luar biasa. Hampir semua karya yang dibuat olehnya dibuat karena kecintaan Raja Ali Haji kepada kehidupan, tanah air dan bangsa serta semangat untuk melawan penjajah.

Banyak sudah karya yang diciptakannya, adapun buku-buku yang dikarangnya dalam bidang bahasa meliputi kamus monolingual ensiklopedia yang berjudul kitab pengetahuan bahasa dan tata ejaan untuk menuliskan huruf Arab Melayu. Oleh karena itulah Raja Ali Haji disebut sebagai Bapak Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia. Sebab beliau memiliki peranan yang besar dalam meletakkan dasar-dasar bagi terciptanya Bahasa Indonesia yang saat ini merupakan bahasa Nasional.

Selain itu, Raja Ali Haji juga membuat pedoman yang kemudian menjadi standar bahasa Melayu yang akan menjadi cikal bakal dari Bahasa Indonesia. Adapun karyanya yang menjadi patokan bahasa melayu adalah Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Logat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga.

Buku ini merupakan kamus satu bahasa pertama yang ada di Indonesia saat itu. Buku ini sendiri ditetapkan sebagai pedoman Bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Berkat jasanya, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada 10 November 2004 melalui SK Presiden No.089/TK/Tahun 2004.

Tanggal meninggalnya RAH masih banyak diperdebatkan. Dilansir dari laman biografinya, ada sumber yang menyatakan Raja Ali Haji meninggal pada 1872. Ia wafat pada usia 65 tahun. Tapi ada juga yang menyatakan Raja Ali Haji meninggal di Pulau Penyengat pada 1873 dan dimakamkan di sana. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa pujangga ini dikebumikan di pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.

Raja Haji Fisabilillah

Pahlawan nasional selanjutnya ia adalah Raja Haji Fisabilillah. Raja Haji Fisabilillah merupakan pahlawan nasional yang lahir pada tahun 1727 di Kota Lama, Ulusungai. Raja Haji Fisabililah merupakan Raja Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV.

Ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau. Ia begitu gigih melakukan perlawanan kepada Belanda. Raja Haji Fisabilillah sudah terlibat dalam pertempuran dengan pihak Belanda pada Perang Linggi tahun 1756-1758. Perang tersebut meletus sebagai reaksi usaha Belanda meluaskan kekuasaannya di Riau.

Pada pertempuran tersebut, Raja Haji terluka. Namun pada pertempuran selanjutnya, pasukan gabungan dari Linggi, Selangor, Remban, Kelang dan Siak dapat mengepung Kota Malaka sehingga satu persatu tempat-tempat kekuasaan Belanda di sekitar Malaka berhasil dikuasai dan diduduki.

Pada tahun 1784, ia terlibat bentrokan dengan Belanda dalam peperangan hebat yang terjadi di Teluk Ketapang (Malaka). Pada saat itu, Raja Haji Fisabilillah sendirilah yang memimpin. Sayangnya, akibat pertempuran tersebut, Raja Haji Fisabilillah gugur pada tahun 1784. Ia gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda yang ada di Teluk Ketapang (Melaka).

Raja Haji Fisabilillah atau Sultan dari Kesultanan Riau-Lingga-Johor, menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 57 tahun pada 18 Juni 1784 di Teluk Ketapang, Melaka (sekarang Malaysia). Raja Haji Fisabillah kemudian dikuburkan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Secara administrasi, wilayah tersebut terletak di Kota Tanjungpinang.

Raja Ali Haji meskipun namanya terdapat kata raja, namun kiprah beliau tidak pernah menjadi seorang raja. Ia merupakan seorang penulis yang memiliki kecintaan akan dunia sastra. Jika selama ini kita menduga bahwa pahlawan nasional adalah mereka yang ikut andil dalam pertempuran, itu semua salah besar.

Gelar pahlawan nasional tidak hanya diberikan kepada mereka yang ikut melawan penjajah secara langsung. Melainkan juga diberikan keada mereka yang memberikan dedikasinya kepada negara. Dedikasi tersebut tidak berupa memberikan perlawanan saja bisa juga melalui karya seperti yang dilakukan oleh WR Supratman dan Raja Ali Haji.

Raja Ali Haji melalui karyanya berhasil membua sebuah pedoman yang menjadi standar bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuat dirinya dikenal sebagai Bapak Melayu- Bahasa Indonesia.

Lain halnya dengan Raja Haji Fisabilillah. Ia memberikan sumbangsihnya kepada negara dengan melakukan perlawanan kepada penjajah. Ia dengan gigih menjadi seorang panglima perang melawan Belanda.

Ia tak pernah takut dengan serangan yang diberikan oleh Belanda. Bahkan, ia rela mengorbankan nyawanya hanya demi negara Indonesia. Perjuangannya melawan Belanda berujung hingga nafas terakhirnya. Ia gugur dalam penyerangan pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784.

Meskipun bentuk perjuangan keduanya berbeda, namun tujuan keduanya tetaplah sama yakni untuk mempertahankan Negara Indonesia. Lewat jasa-jasanya, mereka telah membuktikan baktinya kepada negara.

fbWhatsappTwitterLinkedIn