Penjajahan yang dilakukan oleh Bangsa Asing memang mengakibatkan banyak kerugian bagi Bangsa Indonesia. Namun, di samping itu, dengan adanya penjajahan ada beberapa hikmah yang dapat dipetik di dalamnya.
Salah satunya yakni kemunculan para tokoh heroik dari setia daerah dan bersatunya masyarakat Indonesia. Dengan adanya penjajahan, mau tak mau bangsa Indonesia harus bersatu untuk melawan penjajahan.
Baik itu dari pejabat pemerintahan, militer hingga lapisan masyarakat semuanya bergerak melawan penjajahan. Semua daerah turut melahirkan tokoh-tokoh hebat yang cerdas serta tangguh melawan penjajah.
Semua itu terbentuk karena adanya tekanan penjajahan. Mungkin, jika penjajahan tidak ada, tidak akan kita kenal para tokoh hebat dari penjuru Nusantara. Keberadaan tokoh heroik di berbagai daerah membuat persatuan Indonesia semakin kuat. Setiap daerah turut memberikan tokoh-tokoh hebatnya yang bergerak melawan penjajah.
Sama seperti daerah lainnya, Sumatera tidak ketinggalan menyumbangkan para tokoh terbaiknya. Terkhusus pada wilayah Sumatera Selatan. Wilayah ini turut melahirkan tokoh heroik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Mereka berani menyerahkan hidupnya bahkan hingga titik darah penghabisan hanya demi kemerdekaan bangsa. Siapa saja para tokoh tersebut? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.
1. A.M Thalib
A.M Thalib merupakan pahlawan pejuang kemerdekaan yang berasal dari Kalimantan Selatan. A.M Thalib lahir di Palembang pada tanggal 23 Februari 1922. A. M Thalib adalah mantan tokoh militer Indonesia dan seorang pengusaha.
Tidak hanya itu, ia pun merupakan seorang jurnalis. A. M Thalib pernah menjadi Kepala Penerangan Gubernur Militer Kalimantan Selatan bahkan sekaligus merangkap jabatan di intel. A. M Thalib tidak hanya aktif dalam pemerintahan, ia juga getol melakukan penyerangan kepada Belanda.
Ia berjuang bersama rakyat Sumsel lainnya untuk melawan pasukan Belanda. Saat itu, Belanda tengah melakukan agresi militer pada tahun 1949. Ia bersama jajaran militer di Sumatera Selatan melakukan taktik perang dengan melakukan gerakan bumi hangus.
Hal ini serupa dengan konsep Bandung Lautan Api. Semua fasilitas yang digunakan Belanda baik gedung, jalan raya, jembatan, perkebunan dan fasilitas lainnya dibumihanguskan. Hal itu dilakukan agar Belanda tidak lagi tinggal di Sumatera Selatan. Mereka tidak rela tanahnya dijajah oleh Belanda. Oleh sebab itu, mereka memilih untuk membumihanguskan.
A. M Thalib tidak pernah lelah untuk melawan serangan Belanda. Ia bersama rakyat Sumatera Selatan lainnya, berjuang untuk Bumi Sriwijaya hingga titik darah penghabisan. Mereka tidak pernah mundur dengan gertakan yang dilakukan oleh Belanda.
Bahkan saat ia menjabat sebagai Kepala Intel di militer, ia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan penyerangan pada Belanda. Ia berhasil menguasai radio setempat dan menyiarkan perang besar-besaran antara pejuang RI dan agresor Belanda yang ada di Sumatera Selatan.
Ia tidak takut jika sewaktu-waktu pemerintah Belanda akan menangkapnya kemudian membunuhnya seperti para tokoh pejuang lainnya. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya agar Belanda enyah dari Bumi Sriwijaya. A. M Thalib meninggal dunia pada tanggal 17 Juni 2000.
2. Sultan Mahmud Badaruddin II
Sultan Mahmud Badarudin II merupakan tokoh yang lahir di Palembang. Ia adalah seorang Sultan yang memimpin Kesultanan Palembang Darussalam selama dua periode. Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki nama asli Raden Hasan Pangeran Ratu.
Namun, ia lebih dikenal sebagai Sultan Mahmud Badaruddin II. Selama hidupnya, ia terkenal sebagai sosok pejuang bangsa yang menjaga Bumi Sriwijaya. Ia berjuang dengan keras dan gigih melawan pertempuran yang dilakukan oleh Bangsa Inggris dan Belanda.
Sultan Mahmud Badaruddin II meninggal dunia di Ternate pada tanggal 26 September 1852. Namanya diabadikan di berbagai tempat sepeti jalan dan bandara internasional yang ada di Palembang. Tidak hanya itu, namanya bahkan menjadi nama dari salah satu museum yang ada di kawasan wisata Benteng Kuota Besak (BKB) di Palembang.
3. Adnan Kapau Gani
Adenan Kapau (AK) Gani merupakan pahlawan pejuang kemerdekan dari Sumatra Selatan. Adenan Kapau Gani atau yang lebih dikenal A.K Gani memang lahir Pelambayan, pada tanggal 16 September 1905. Meskipun ia lahir di Sumatera Baeat, namun ia dikenal sebagai sosok pahlawan pejuang kemerdekaan di Kota Pempek.
Andna Kapau Gani ernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia dan seorang dokter. Tidak hanya itu, ia juga merupakan tokoh militer tanah air dan menetap lama di Palembang. Tempat tinggalnya kini beralih fungsi sebagai Museum AK Gani sejak tahun 2004 lalu.
Rumah milik pahlawan nasional Mayor Jend TNI (Purn) dr. AK Gani beralamat di Jalan MP Mangkunegara, Nomor 1 Sukamaju, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, dibangun pada 1956 dan hingga kini berdiri kokoh menjadi museum.
Hampir 16 tahun menjadi kawasan museum, semua arsip peninggalan sang pejuang kemerdekaan Indonesia dari era 1928 hingga akhir hayatnya masih tersimpan rapi. Museum tersebut dikelola oleh Yayasan Hj RA Masturah AK Gani yang merupakan nama istri Adnan Kapau Gani.
Museum tersebut juga dikepalai langsung oleh anaknya yang bernama GI Priyanti Gani. Di dalam museum tersebut, terdapat lebih dari 1.400 koleksi peninggalan AK Gani dan RA Masturah selaku sang Istri.
Adapun koleksi dari museum tersebut adalah berupa bintang jasa, penghargaan, piagam, surat menyurat, mesin ketik, peralatan kedokteran, kamera, ratusan foto-foto perjuangan. Bahkan ada kurang lebih sebanyak 700 buku milik AK Gani. Semua itu diabadikan untuk mengenang pejuang dari Sumatera Selatan, Adnan Kapau Gani.
Pada 1945, Adnan Kapau Gani menjadi komisaris PNI dan Residen Sumsel. Dia juga turut mengkoordinir usaha militer karena menilai Palembang memiliki lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa. Pada Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, A.K Gani resmi menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada saat Kabinet Sjahrir III.
Saat itu, Adnan Kapau Gani bertugas untuk memantau Indonesia terutama perkembangan yang ada di wilayah Sumsel. Salah satu yang ia pantau adalah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI yang sudah masuk ke Sumsel.
Setelah Indonesia merdeka dan selama masa revolusi fisik, dia memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Kemudian tahun 1954, ia diangkat menjadi Rektor Universitas Sriwijaya di Palembang.
Ia tetap aktif dan tinggal di Sumsel hingga wafat. Untuk mengenang jasa-jasanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada A.K. Gani pada 9 November 2007.
Nama-nama mereka tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita. Sebab, kisah dan perjuangannya sudah banyak diceritakan di dalam buku-buku. Meskipun, bentuk perjuangan mereka berbeda-beda, namun tujuan mereka tetap satu yakni menyingkirkan Belanda dari bumi Sriwijaya.
Mereka tidak mau melihat tanah nenek moyangnya diperlakukan semena-mena oleh Bangsa Asing. Maka dari itu, mereka melakukan berbagai upaya perlawanan termasuk peperangan. Mereka tak segan untuk mengorbankan nyawanya hanya demi kemerdekaan.