Daftar isi
Bioteknologi merupakan bidang ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip biologi, kimia, dan teknologi untuk memanipulasi dan memanfaatkan organisme hidup, sel, atau komponen biologis guna menghasilkan produk atau layanan yang bermanfaat bagi manusia.
Bidang ini mencakup berbagai teknik, mulai dari metode konvensional seperti pemuliaan tanaman hingga teknologi modern seperti rekayasa genetika. Bioteknologi memiliki aplikasi luas di berbagai sektor, termasuk pertanian, kesehatan, pangan, dan lingkungan.
Pengertian Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional merupakan pendekatan dalam menggunakan organisme hidup, sel, atau komponen biologis untuk memodifikasi atau menghasilkan produk tanpa melibatkan teknologi rekayasa genetika modern.
Metode ini mencakup teknik-tradisional seperti penggunaan radiasi untuk memicu mutasi, dan penggunaan bahan kimia mutagenik untuk menciptakan variasi genetik yang diinginkan. Bioteknologi konvensional sering diterapkan di bidang pertanian, peternakan, dan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan hasil, ketahanan terhadap penyakit, atau adaptasi terhadap lingkungan.
Pendekatan ini telah menjadi bagian penting dari evolusi ilmu pemuliaan dan bioteknologi selama berabad-abad.
Ciri-ciri dari Bioteknologi Konvensional
Berikut merupakan ciri-ciri dari bioteknologi konvensional.
1. Menggunakan Organisme Hidup
Bioteknologi konvensional menggunakan organisme hidup, seperti tanaman, hewan, atau mikroorganisme, sebagai bahan dasar dalam proses modifikasi atau produksi. Berbeda dengan bioteknologi modern yang menggunakan teknologi rekayasa genetika, bioteknologi konvensional tidak melibatkan manipulasi genetik secara langsung atau transfer gen spesifik antar spesies.
Bioteknologi konvensional menekankan pada fermentasi atau rekayasa secerhana untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap penyakit atau hasil yang lebih tinggi.
Dengan menggunakan organisme hidup dan teknik selektif, bioteknologi konvensional telah berkontribusi pada pengembangan varietas tanaman, hewan ternak, dan mikroorganisme yang bermanfaat dalam berbagai aspek, terutama di bidang pertanian dan peternakan.
2. Tidak Melibatkan Rekayasa Genetika Modern
Salah satu ciri utama dari bioteknologi konvensional adalah tidak melibatkan rekayasa genetika modern secara langsung. Bioteknologi konvensional lebih berfokus pada metode tradisional dan teknik alami dalam memanfaatkan dan memodifikasi organisme hidup untuk mencapai tujuan tertentu.
Variasi genetik dalam bioteknologi konvensional terjadi melalui proses alami atau dengan menggunakan metode seperti radiasi atau bahan kimia mutagenik untuk mempercepat mutasi genetik. Meskipun bioteknologi konvensional memanfaatkan sifat-sifat genetik organisme hidup, pendekatannya lebih terkait dengan teknik dan prinsip-prinsip yang telah ada sebelum era rekayasa genetika modern.
3. Menggunakan Metode Fermentasi
Bioteknologi konvensional seringkali melibatkan metode fermentasi sebagai salah satu tekniknya. Metode fermentasi memanfaatkan mikroorganisme, seperti bakteri atau ragi, untuk melakukan proses fermentasi pada bahan baku tertentu.
Melalui fermentasi, bioteknologi konvensional akan menghasilkan senyawa atau produk tertentu yang diinginkan, seperti alkohol, asam laktat, atau enzim. Meskipun melibatkan teknologi, metode fermentasi yang digunakan dalam bioteknologi konvensional sering kali didasarkan pada proses tradisional yang telah berkembang sejak lama.
Metode fermentasi tersebut sering digunakan dalam industri pangan dan minuman, seperti pembuatan roti, bir, atau saus. Dengan menggunakan metode fermentasi, bioteknologi konvensional dapat mencapai berbagai tujuan, termasuk produksi produk konsumen yang ditingkatkan dan pengembangan senyawa-senyawa bermanfaat melalui aktivitas mikroorganisme.
4. Proses Biokimia dan Genetik Terjadi Secara Alami
Bioteknologi konvensional melibatkan proses biokimia alami yang terjadi dalam organisme hidup. Hal itu mencakup berbagai reaksi dan perubahan kimia dalam sel yang terlibat dalam metabolisme, sintesis molekul, dan fungsi biologis lainnya.
Dalam proses manipulasi tanaman atau hewan, bioteknologi konvensional menggunakan pemilihan alami dan seleksi untuk mengembangkan keturunan dengan sifat-sifat yang diinginkan. Organisme yang memiliki sifat-sifat unggul dipilih dan dibiakkan secara alami.
Salah satu contohnya seperti penyerbukan tanaman atau perkawinan hewan, untuk menghasilkan variasi genetik yang diinginkan.
Manfaat Bioteknologi Konvensional
Manfaat dari bioteknologi konvesional dapat dirasakan dam berbagai aspek, antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan Hasil Pertanian
Menggunakan metode konvensional, tanaman dapat dikembangkan dengan sifat-sifat ketahanan yang lebih baik terhadap serangan hama dan penyakit. Hal itu dapat mengurangi kerugian hasil pertanian akibat infeksi patogen.
Selain itu, metode tradisional digunakan untuk meningkatkan kualitas produk pertanian, seperti kandungan gizi, rasa, atau daya tahan penyimpanan yang lebih baik. Dengan mengembangkan varietas tanaman yang lebih produktif dan efisien, bioteknologi konvensional berkontribusi pada peningkatan produktivitas pertanian.
Peningkatan tersebut sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Maka dari itu, bioteknologi konvensional berpotensi berkontribusi pada ketahanan pangan, mengurangi ketergantungan pada impor dan mengamankan pasokan pangan lokal.
2. Tanaman Memiliki Ketahanan yang Baik Terhadap Penyakit
Bioteknologi konvensional dapat membantu tanaman memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit. Dengan menggunakan metode pemuliaan tradisional, seperti hibridisasi atau seleksi alami, gen-gen yang bertanggung jawab atas ketahanan dapat diperkuat.
Atau dikombinasikan untuk menghasilkan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap serangan patogen. Hal itu juga dapat mengurangi risiko kerugian hasil pertanian akibat penyakit dan membantu menjaga keberlanjutan produksi pangan.
3. Membuka Lapangan Pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat
Bioteknologi konvensional dalam bidang pertanian dapat membuka lapangan pekerjaan dengan menciptakan kebutuhan untuk ahli bioteknologi, peneliti pertanian, dan petani yang terlibat dalam penerapan teknologi tersebut.
Selain itu, peningkatan hasil pertanian melalui tanaman yang lebih tahan penyakit atau lebih produktif dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama bagi para petani yang mengadopsi teknologi tersebut. Dengan demikian, bioteknologi konvensional dapat memberikan dampak positif pada ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produktivitas sektor pertanian.
4. Ikut Mempromosikan Produk dalam Negeri
Bioteknologi konvensional dapat mempromosikan produk dalam negeri melalui beberapa cara. Pertama, dengan mengembangkan varietas tanaman yang tahan penyakit atau memiliki karakteristik unggul, hasil pertanian lokal dapat meningkat dalam kualitas dan kuantitas. Selain itu juga memberikan peluang bagi produsen lokal untuk memasok pasar dalam negeri dengan produk yang lebih baik.
Kedua, peningkatan produktivitas melalui bioteknologi konvensional dapat menyediakan pasokan yang stabil dan memadai, mengurangi ketergantungan pada impor. Ini mendukung ketahanan pangan negara dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih stabil bagi produsen lokal.
Dengan cara tersebut, bioteknologi konvensional berkontribusi pada promosi produk dalam negeri, mendukung ekonomi lokal, dan memperkuat daya saing produk pertanian lokal di pasar domestik dan internasional.
5. Mengembangkan Jenis Tanaman Baru yang Lebih Unggul
Bioteknologi konvensional sangan berperan dalam mengembangkan jenis tanaman baru yang lebih unggul dengan cara memanfaatkan metode pemuliaan tradisional. Dalam proses tersebut, gen-gen yang membawa sifat-sifat poositif seperti ketahanan terhadap penyakit, peningkatan produktivitas, atau adaptasi terhadap lingkungan tertentu dapat dipilih atau dimodifikasi.
Metode tersebut membantu menciptakan varietas tanaman baru yang memiliki karakteristik yang diinginkan, seperti kualitas yang lebih baik, resistensi terhadap hama dan penyakit, atau peningkatan hasil panen. Hasilnya, tanaman baru yang lebih unggul dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi kerugian hasil, dan mendukung ketahanan pangan.
Manfaat-manfaat tersebut mencerminkan kontribusi positif bioteknologi konvensional dalam meningkatkan produktivitas pertanian, ketahanan pangan, dan kualitas hasil pertanian secara keseluruhan.
Contoh Bioteknologi Konvensional
Contoh bioteknologi konvensional dibagi kedalam lima kategori yaitu bidang pangan, pertanian peternakan, kesehatan dan industri.
1. Bidang Pangan
Dalam bidang makanan, contoh produk pangan yang menggunakan bioteknologi konvensional termasuk yoghurt, keju, tempe, roti, kecap, cuka, dan produk pangan fermentasi lainnya. Proses-proses produksi tersebut melibatkan mikroorganisme seperti bakteri atau ragi dalam pengolahan bahan mentah menjadi produk akhir.
Bakteri yang digunakan yaitu jamur Rhizopus serta bakteri asetobakter. Dengan demikian, semua produk itu juga mencerminkan penerapan prinsip-prinsip bioteknologi konvensional dalam produksi pangan untuk meningkatkan sifat organoleptik, keamanan, dan nilai gizi produk tersebut.
2. Bidang Pertanian
Dalam bidang pertanian, produk bioteknologi konvensional lebih mencakup metode atau teknik daripada produk fisik. Contoh produk bioteknologi konvensional di bidang pertanian melibatkan pembuatan pestisida mikroba, kultur jaringan serta menggunaan mikroba seperti Pseudomonas dan Bacillus,Jamur mikoriza, Azotobacter, dan Rhizobia yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman atau membantu dalam peningkatan penyerapan nutrisi.
3. Bidang Peternakan
Bioteknologi konvensional juga diterapkan di bidang peternakan. Bioteknologi tersebut dilakukan untuk meningkatkan sifat-sifat genetis pada hewan ternak seperti sapi Jersey atau ikan hias. Dengan menggunakan prinsip-prinsip bioteknologi konvensional, para peternak akan dapat meningkatkan kualitas, produktivitas, dan ketahanan hewan ternak tanpa terlibat dalam rekayasa genetika modern.
4. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan, bioteknologi dapat bermanfaat untuk manusia. Berikut produk bioteknologi yang telah di buat oleh manusia yaitu Antibiotik penisilin dan vaksin. Contoh klasik dari produk bioteknologi konvensional di bidang kesehatan.
Penisilin pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 dari jamur jenis Penicillium. Kemudian, melalui proses isolasi dan pemurnian, penisilin berhasil dikembangkan menjadi antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri.
Kemudian, sebagian besar vaksin dikembangkan melalui proses pemuliaan dan produksi yang melibatkan mikroorganisme atau virus yang dilemahkan atau dimatikan. Contoh, vaksin polio yang dikembangkan oleh Jonas Salk melibatkan penggunaan virus polio yang dimatikan.
5. Bidang industri
Penerapan bioteknologi konvensional di bidang industri melibatkan penggunaan mikroorganisme bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa atau Bacillus subtilis, dan fungi seperti Aspergillus niger atau Phanerochaete chrysosporium untuk membersihkan lingkungan dan mengelola limbah industri.
Prosesnya dapat melibatkan pelepasan mikroorganisme tersebut secara kontrol ke dalam limbah pabrik untuk mempercepat proses bioremediasi. Mikroorganisme tersebut dapat menguraikan atau mengubah zat pencemar, seperti logam berat atau senyawa organik berbahaya, menjadi bentuk yang kurang beracun.