9 Peninggalan Kerajaan Pajajaran

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Sunda Galuh adalah sebuah kerajaan bergaya Hindu yang terletak di Parahyangan Sunda. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota.

Kerajaan ini dibangun oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923 sebagaimana tertuang dalam prasasti Sanghyang Tapak tahun 1030 M, terletak di tepi Sungai Citatih, Cibadak Sukabumi.

Sejarah Kerajaan Pajajaran

Sebelum berdirinya kerajaan, beberapa kerajaan ada di wilayah Jawa Barat. Seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kawali. Kerajaan ini juga merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Pajajaran.

Secara historis, kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabuphati sebagaimana tertulis dalam prasasti Sang Hyang Tapak di desa Bantar Muncang dan Pancilakan Sukabumi.

Dari runtuhnya kerajaan Majapahit, anggota kerajaan dan rakyatnya melarikan diri ke kerajaan Galuh, yang terletak di Kuningan, Jawa Barat, pada masa pemerintahan Raja Dewa Niskala.

Pada saat itu, Raja Dewa Niskala menyambut para pengungsi dari kerajaan Majapahit dengan tangan terbuka. Raja Dewa Niskala pun jatuh cinta dan menikah dengan salah satu pengungsi dari rombongan Raden Barinbin.

Namun, pernikahan Raja Dewa Niskala dengan pengungsi dari kerajaan Majapahit ditolak oleh Raja Susuktunggal, saudaranya yang juga raja kerajaan Galuh.

Karena Raja Dewa Niskala  melanggar aturan turun temurun, yaitu dilarang menikah antara orang Sunda dan orang Galuh, dilarang menikah dengan orang asal Majapahit. Terjadi perselisihan antara Raja Dewa Niskala dan Raja Susuktunggal.

Penasehat kerajaan mendamaikan keduanya, akibatnya kedua raja harus turun takhta, dan diganti Jayadewata atau Prabu Siliwangi, putra Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Akhirnya Jayadevata menyatukan dua kerajaan di Pajajaran. Sejak tahun 1475 Kerajaan Sunda  resmi terbentuk.

  • Puncak Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Demi kerajaan dan rakyatnya, Prabu Siliwangi lebih mementingkan pemuka agama. Selain itu, Prabu Siliwangi juga telah mendesain ulang sistem pengumpulan upeti.

Prabu Siliwangi juga meningkatkan kekuatan senapan. Ia juga membangun dan memperkuat pertahanan ibu kota dengan membuat parit agar tidak mudah diserang oleh kerajaan lain.

  • Hancurnya Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran hancur setelah diserang oleh beberapa kesultanan, yaitu Kerajaan Banten dengan bantuan Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Demak. Awal kehancuran kerajaan Pajajaran terjadi ketika pengaruh ajaran Islam mulai menyebar di negeri Pasundan dan membuat Prabu Siliwangi resah.

Upaya untuk membatasi pedagang Muslim masuk dan berhenti di pelabuhan Kerajaan Sunda juga dilakukan. Namun, upaya ini tidak berhasil, Pada tahun 1527, Kesultanan Banten dan Cirebon meningkatkan tekanan terhadap kerajaan Pajajaran dengan merebut pelabuhan Sunda Kelapa, melemahkan Pajajaran dan Portugis.

Kemudian, pada tahun 1570, raja Banten, Maulana Yusuf berhasil menaklukkan kerajaan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan bergaya Hindu terakhir yang ada di pulau Jawa.

  • Raja Kerajaan Pajajaran

Ketika berdiri, Kerajaan Pajajaran hanya diperintah oleh enam raja sebelum akhirnya dihancurkan. Keenam raja itu adalah:

  1. Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (1482 – 1521 M)
  2. Surawisesa (1521 – 1535 M)
  3. Reine Dewata (1535 – 1543 M)
  4. Reine Sakti (1531 – 1551 M)
  5. Reine Nilakendra (1551 – 1567 M)
  6. Raga Mulya (1567 – 1579 M)

Peninggalan Kerajaan Pajajaran

Selain sejarah kerajaannya yang menarik, kerajaan ini juga meninggalkan jejak situs sejarah yang masih terpelihara hingga saat ini. Disini akan menceritakan kepada teman-temannya tentang 9 peninggalan sejarah dan legenda Kerajaan Pajajaran (SundaGaluh).

1. Prasasti Batu Tulis

Prasasti Batu Tulis

Prasasti ini terletak di Desa Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Prasasti ini terletak di sebuah kompleks dengan luas 17×15 meter. Prasasti dipelajari pertama kali pada tahun 1806 oleh karya tangan Universitas Leiden, sebuah universitas yang terletak di Belanda.

Prasasti ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Pajajaran, sebuah kerajaan bergaya Hindu pada abad 1116. Prasasti ini ditulis di atas batu loncatan, sejenis batu karang yang terletak di sepanjang Sungai Cisadane.

Perlu diketahui bahwa prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawan dan menggunakan bahasa Sansekerta. Ukiran itu dibuat oleh Raja Surawisesa, penguasa kerajaan. Diduga tujuan prasasti ini untuk meneguhkan jasa Prabu Siliwangi yang tidak lain adalah ayah dari Prabu Surawisesa. Pakar juga menduga jika prasasti ini dibuat setelah wafatnya raja Siliwangi.

Selain pendapat di atas ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa tujuan pembuatan dari prasasti ini adalah sebagai wujud penyesalan prabu Surawisesa yang tidak sanggup dalam mempertahankan utuhnya wilayah Pakuan Pajajaran.

Tidak mampunya prabu Surawisesa dikarenakan pada zaman itu pasukan yang dipimpinnya dalam berperang kalah saat bertempur melawan kesultanan Cirebon yang menyebabkan lepasnya sebagian wilayah dari kekusaaan kerajaan Pajajaran.

2. Prasasti Huludayeuh

Prasasti Huludayeuh

Prasasti ini berada di kampung Huludayeuh, desa Cikalahang, kecamatan Dukupuntang, Cirebon. Pada dasarnya prasasti ini telah dikenal di seluruh dunia sejak lama, namun para sejarawan dan arkeolog tidak mendengar tentang prasasti ini sampai 11 September 1991.

Isi baris Aksara ini terdiri dari  11 baris yang ditulis dalam bahasa Sunda Kuno. Prasasti ini pertama kali ditemukan dalam keadaan belum selesai sehingga beberapa karakternya hilang.

Meskipun ada yang hilang, garis besar prasasti ini berbicara tentang Sri Maharaja Ratu Haji dari Pakwan Sya, ratu para dewa, yang erat kaitannya dengan upaya untuk membuat negaranya besar, makmur. Prasasti itu sendiri dipahat di atas batu alam dengan ukuran tinggi 75 cm, lebar 36 cm, dan tebal 20 cm.

3. Prasasti Ulubelu

 Prasasti Ulubelu

Prasasti Ulubelu adalah salah satu prasasti yang diyakini sejarawan milik Kerajaan Sunda pada abad ke-15 Masehi. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1936 di Ulubelu, Desa Rebangbunggung, Kota Agung, Lampung. Prasasti Ulubelu ditemukan kemudian disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.15

  • .Aksara Prasasti

Terdapat pendapat sejarawan yang menganggap aksara yang ditulis pada prasasti ini merupakan aksara Sunda Kuno. Oleh karena itu prasasti ini dianggap sebagai peninggalan yang berasal dari kerajaan Sunda.

Pendapat sejarawan tersebut diperkuat dengan adanya fakta bahwa wilayah kerajaan Sunda juga melingkupi wilayah Lampung.

  • Bahan Prasasti

Prasasti ini ditulis dengan bahan batu alam yang berukuran kecil. Karakter yang tertulis pada prasasti ini sangat kecil dan dalam kondisi buruk. Selain itu, terdapat patahan di tengah prasasti, namun aksara Sunda kuno pada prasasti tersebut masih dapat dikenali.

4. Prasasti Kebon Kopi II

Prasasti Kebon Kopi II

Prasasti ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Sunda Galuh yang ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I. Pada tahun 1940-an, prasasti tersebut kemudian hilang karena dicuri.

Sebelum ukiran itu hilang, ia dipelajari oleh seorang ahli bernama F.D.K Bosch. Peneliti menjelaskan bahwa di dalam prasasti tersebut terdapat bagian Alkitab Melayu kuno tentang seorang raja Sunda yang mendapatkan kembali tahtanya, diperkirakan terjadi pada tahun 932 M

5. Situs Karangmulyan

Situs Karangmulyan

Situs ini merupakan  situs arkeologi yang sangat bersejarah yang terletak di Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, lebih tepatnya di desa Karangmulyan. Situs tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Galuh dengan gaya Hindu-Budha.

  • Legenda Situs Karangmulyan

Situs Karangmulyan menceritakan kisah Ciung Wanara yang memiliki ikatan dengan kerajaan Galuh. Legenda ini banyak berbicara tentang kekuatan dan sihir, yang tentu saja bukan milik orang biasa.

Kisah Ciung Wanara merupakan kisah yang sangat menarik untuk diketahui lebih mendalam. Pada zaman dahulu, ada seorang raja Galuh bernama Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permanadi Kusumah yang memiliki dua istri, Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum.

Saat kematiannya semakin dekat, raja pergi ke pengasingan dengan kekuasaan dipegang oleh Gubernur Bondan Sarati karena raja tidak memiliki keturunan dari istri pertamanya, Dewi Naganingrum. Ketika diberi kekuasaan oleh Raja Bondan, raja pun tidak peduli dengan rakyatnya.

Dengan kuasa Tuhan, Dewi Naganingrum kemudian menerima seorang putra bernama Ciung Wanara. Ciung Wanara ini nantinya akan menjadi penerus kerajaan Galuh dengan sistem kerajaan yang adil dan bijaksana.

  • Proses Penyelidikan

Berdasarkan hasil penyelidikan oleh Kelompok Arkeologi Balar, yang ditugaskan pada tahun 1997 oleh Dr. Toni Jubiantoro, telah dinyatakan bahwa situs Karangmulyan adalah monumen Galuh pertama.

Di daerah tempat ditemukannya situs tersebut disimpulkan bahwa kehidupan telah berlangsung sejak abad ke-9, hal ini diketahui karena pada saat penggalian ditemukan keramik dari Dinasti Ming.

  • Identifikasi Situs

Situs ini merupakan lokasi yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Cimuntur dan Sungai Citanduy. Sebagai warisan sejarah  yang sangat berharga,  kawasan ini ditetapkan sebagai situs warisan budaya oleh pemerintah Indonesia.

6. Prasasti Cikapundung

Prasasti Cikapundung

Prasasti ini merupakan  peninggalan Kerajaan Sunda. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1884 di lokasi perkebunan kina Cikapundung Ujungberung. Saat ini, ukiran pada patung Cikapundung disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris 479c/D18. Prasasti ini diukir pada patung megalitik (batu besar).

Pada prasasti ini terdapat beberapa gambar seperti wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Dalam prasasti tersebut juga terdapat dua baris dalam bahasa Sunda Kuna dengan tulisan “unggal jagat jalmah hendap”.

Memiliki arti semua manusia di dunia ini dapat melalui peristiwa apapun. Berdasarkan pendapat seorang arkeolog di Bandung, Lutfi Yondri, menurutnya prasasti tersebut adalah Prasasti Cikapundung.

7. Prasasti Perjanjian Sunda Portugis

 Prasasti Perjanjian Sunda Portugis

Prasasti ini merupakan prasasti yang berbentuk prasasti (Padrão). Prasasti ini ditemukan di Batavia, Hindia Belanda pada tahun 1918. Prasasti ini menggambarkan adanya kesepakatan antara kerajaan Sunda dan kerajaan Portugal.

Perjanjian ini ditandatangani oleh seorang utusan perdagangan Portugis dari Malaka dan pemimpinnya, Enrique Leme. Padrão sendiri dibangun di atas tanah yang diperuntukkan sebagai lokasi pembangunan gudang dan benteng bagi Portugis.

Pencarian prasasti tersebut dilakukan dengan menggali pada saat pembangunan lumbung di sudut Jalan Prizentraat yang kini menjadi Jalan Cengkeh dan juga Puls Gronestraat, disulap menjadi Kali Besar Timur I, kawasan Jakarta Barat. Replikanya sendiri dipajang di Museum Sejarah Jakarta.

8. Prasasti Pasir Datar

Prasasti Pasir Datar

Prasasti Pasir Datar merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran. Prasasti Pasir Datar pertama kali ditemukan di kawasan perkebunan kopi Pasir Datar, desa Cisande, kecamatan, Cicantayan, Kab. Tepatnya pada tahun 1872.

Menurut N.J. Krom, seorang sejarawan dari Belanda, prasasti ini disimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti ini terbuat dari batu alam. Prasasti Pasir Datar belum ditranskripsikan, sehingga belum ditemukan isi dan makna dari prasasti tersebut.

9. Kompleks Makom Keramat

Kompleks Makom Keramat

Kompleks Makom Keramat juga mencakup peninggalan kerajaan Pajajaran. Di makam ini terdapat makam Ratu Galuh Mangkualam, istri kedua Sri Baduga Maharaja, juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi,  salah satu raja  kerajaan Pajajaran. Makam ini terletak di Kebun Raya Bogor, Desa Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.

Makam Ratu Galuh Mangkualam sudah ada sebelum Kebun Raya Bogor didirikan. Jika dicermati lebih detail, makam tersebut berusia sekitar 600 tahun. Jika diperhatikan dengan seksama, di atas makam Ratu Galuh terdapat replika emas dan mahkota semen yang  membuktikan bahwa ratu memiliki kedudukan pada masanya.

Tidak hanya makam Ratu Galuh, dua makam lain yang dapat ditemukan di kompleks makam ini adalah Mbah Jepra, salah satu penguasa Pajajaran dan pendiri desa Peledang, dan Mbah Baul, gubernur Prabu Siliwangi.

Demikian Penjelasan tentang 9 Peninggalan Sejarah dan Legenda Kerajaan Pajajaran (Sunda Galuh). Penting sekali kita mengetahui sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia agar kita bisa lebih mencintai negeri ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jika ada kesalahan informasi, silahkan tulis di kolom komentar.

fbWhatsappTwitterLinkedIn