Daftar isi
Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang lahir dengan nama Raden Mas Suryadinigrat. Ia terlahir dari keluarga bangsawan. Namun, hal tersebut tidak membuat dirinya menjadi pribadi yang menutup diri dan enggan membaur dengan orang lain.
Menjadi sosok yang terlahir sebagai seorang bangsawan membuat dirinya mendapatkan beberapa perlakuan spesial pada masa penjajahan Belanda. Salah satunya dapat merasakan pendidikan yang sama ditempuh oleh orang-orang Eropa pada masa itu. Pembedaan perlakuan yang dilakukan oleh Belanda, pada akhirnya membuat sosok Ki Hajar Dewantara menjadi sosok yang kritis.
Ia aktif menyuarakan kritikannya terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Belanda. Terlebih lagi jika kebijakan tersebut merugikan rakyat Indonesia. Sikapnya yang berani ini mulai memantik emosi dari pihak Belanda. Ia menjadi incaran karena dinilai membayakan Belanda terhadap gerakan yang dilakukannya dalam membangkitkan semangat persatuan.
Tidak hanya dikenal sebagai sosok yang mencintai pendidikan, sejak muda ia aktif terlibat dalam organisasi. Salah satunya organisasi partai politik yang didirikannya bersama kedua sahabatnya yakni Indische Partij.
Berikut peran yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Indische Partij.
1. Pendiri Indische Partij
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu dari pendiri Indische Partij. Indsche Partij adalah organisasi politik yang didirikan oleh tiga orang yang biasa disebut dengan nama tiga serangkai yakni Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusomo. Indsche Partij adalah partai Hindia pertama yang didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung.
Indische Partij digagas oleh teman Ki Hajar Dewantara yakni Douwes Dekker. Douwes Dekker menjadi sosok dibalik berdirinya Indische Partij. Douwes Dekker kemudian mengajak kedua rekannya yakni Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo untuk bersama-sama mendirikan Indische Partij.
Nama Indische Parti memang berasal dari bahasa Belanda karena pada saat itu kata Indonesia belum digunakan. Indische Partij didirikan karena adanya perbedaan perlakuan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap warga pribumi. Meskipun sebagai orang Belanda,
Dekker tidak setuju akan sikap yang dilakukan oleh Belanda. Sebelum mendirikan Indsiche Partij ia pernah mendirikan Indische Bond pada tahun 1898. Hanya saja, Indische Bond dinilai belum mampu menyatukan dan memperjuangkan kemerdekaan dari Hindia Belanda.
Oleh sebab itu, ia kemudian mendirikan Indische Partij bersama kedua rekannya. Indsiche Partij merupakan partai politik yang tidak memandang suku. Siapapun dapat masuk menjadi bagian dari Indsiche Partij.
2. Menyebarkan Propaganda Nasionalisme
Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai sosok yang berani menentang kebijakan Belanda. Ia bahkan menjadi seseorang yang diawasi pergerakannya oleh Belanda karena dianggap membahayakan. Ki Hajar Dewantara dahulunya merupakan seorang jurnalis.
Sebagai seorang jurnalis tentunya sudah terbiasa menyuarakan berbagai kritikan yang tidak sesuai. Begitupun ketika ia menjadi salah satu pendiri Indische Partij. Ia masih aktif menyuarakan kritikannya terhadap pemerintah kolonial.
Melalui tulisannya ia menyalurkan kritikan pedasnya terhadap pemerintah Belanda. Salah satu kritikannya adalah mengenai kebijakan pemungutan sumbangan yang dilakukan oleh pihak Belanda terhadap rakyat. Kebijakan tersebut dinilai tidak adil terlebih bagi beberapa pihak yang tak memiliki banyak harta.
Tulisannya yang terkenal ialah yang berjudul Seandainya Aku Seorang Belanda. Tulisannya tersebut dimuat dalam surat kabar De Expres. Tulisannya tersebut menyindir pihak Belanda yang meminta uang sumbangan untuk merayakan pesta kemerdekaannya.
Bagi Ki Hajar Dewantara, gagasan untuk menyelenggarakan kemerdekaan di atas bangsa lain merupakan sebuah penghinaan. Terlebih lagi, sampai meminta sumbangan kepada rakyat bangsa lain untuk merayakan kemerdekaan tersebut.
Di mana bangsa tersebut masih belum mencapai kemerdekaan dan masih terbelenggu penjajahan. Tulisan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara sampailah ke telinga pemerintah Belanda. Mereka lalu melakukan introgasi terhadap Ki Hajar Dewantara. Kemudian, Ki Hajar Dewantara dimasukkan ke dalam sebuah penjara.
Namun, kedua rekannya melakukan protes atas penangkapan yang dilakukan terhadap Ki Hajar Dewantara. Akibatnya, ketiganya yakni Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo diasingkan ke Negeri Belanda.
Ketiganya memang sudah lama dinilai membahayakan bagi pemerintahan Belanda. Pada saat itu, siapapun yang menggangu ketentraman pemerintah Belanda akan dikenakan hukuman penjara atau diasingkan.
3. Memperjuangkan Legalitas Indische Partij
Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang tidak pernah takut dengan ancaman Belanda. Meskipun ia sering keluar masuk penjara, ia tetap melakukan pemberontakan dan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Belanda. Terlebih ketika itu sudah ada sebuah wadah yang memfasilitasi keinginannya yakni Indische Partij.
Satu tahun sudah Indische Partij berdiri dan telah memiliki lebih dari 70.000 anggota. Begitupun telah banyak hal yang dilakukan oleh Indische Partij melalui pendiri dan anggotanya. Oleh sebab itu, sudah saatnya Indische Partij mendapatkan legalitas secara hukum.
Untuk mendapatkan legalitas tersebut harus melalui persetujuan Belanda karena pada saat itu mereka yang berkuasa. Pada tanggal 11 Maret 1913, Indische Partij melakukan pendaftaran agar memiliki status secara badan hukum.
Sebagai salah satu pendiri Indische Partij, Ki hajar Dewantara ikut memperjuangkan legalitas tersebut. Berbagai upaya pun dilakukan, sayangnya hal tersebut tak membuat pendaftarannya diterima. Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran Indesche untuk berbadan hukum.
Alasannya karena Indische Partij dinilai secara terang-terangan menolak pemerintah kolonial beserta seluruh kebijakan yang dibuatnya. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh Indische Partij dinilai membahayakan bagi pemerintah Kolonial.
Mereka enggan bekerja sama dan melakukan berbagai macam propaganda untuk menjatuhkan pemerintah kolonial Belanda. Pada akhirnya, organisasi yang dibangun oleh tiga tokoh serangkai ini harus dibubarkan pada tanggal 4 Maret 1913.
Organisasi yang sudah memiliki banyak masanya ini, dilarang melakukan berbagai aktivitas. Oleh sebab itu, mimpi untuk mencapai kemerdekaan melalui Indische Partij harus dikubur. Namun, bukan berarti langkah Ki Hajar Dewantara berhenti begitu saja.
Meskipun sudah dibubarkan, ia masih terlibat menyuarakan kritikannya. Ia tetap menulis kritikannya yang diedarkan melalui sebuah masa. Dengan cara tersebutlah ia dapat terus memperjuangkan kemerdekaan. Tidak hanya melalui tulisan, ia juga melakukannya dengan mendirikan lembaga pendidikan. Ia percaya pendidikan dapat melahirkan sosok terpelajar yang berani menyuarakan ketidakadilan.
4. Membantu Memberantas Diskriminasi
Salah satu dari tujuan didirikannya Indische Partij adalah untuk memberantas diskriminasi yang dilakukan oleh Belanda. Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat dikategorikan menjadi beberapa. Pembagian masyarakat ini juga membuat timbulnya pembedaan perlakuan yang dilakukan oleh pihak pemerintah kolonial Belanda.
Tujuan adanya pembagian masyarakat ini adalah untuk memecah rakyat Indonesia sehingga cita-cita kemerdekaan tidak akan tercapai. Salah satu bukti nyata dari pembagian kelompok masyarakat adalah pemisahan kelompok masyarakat indo yang meliputi orang keturunan campuran Eropa Pribumi.
Kemudian ada pula kelompok masyarakat timur asing yang di mana terdiri dari masyarakat keturunan Asia lainnya. Tidak hanya itu, pihak Belanda juga memisahkan kelompok masyarakat pribumi. Hal yang paling terlihat dari pembedaan perlakuan terjadi pada bidang pendidikan.
Pendidikan hanya boleh dirasakan oleh orang-orang Eropa dan masyarakat pribumi dari kalangan bangsawan. Oleh sebab itulah, Ki Hajar Dewantara menentang kebijakan tersebut. Melalui Indische Partij, ia menggelorakan semangat nasionalisme agar tidak ada lagi kelompok dalam masyarakat.
Sudah seharusnya masyarakat Indonesia pada saat itu bersatu melawan penjajah. Makanya, Ki Hajar Dewantara begitu getol melakukan propaganda nasionalisme agar terjalin rasa persatuan dan persaudaraan antar sesama. Sehingga usaha yang dilakukan Belanda untuk memecah belah tidak terjadi.
Melalui Indische Partij, ia berhasil menyatukan berbagai kalangan masyarakat yang bergabung dalam satu wadah. Terbukti, masyarakat pada saat itu masih memiliki rasa persatuan hanya saja perlu sosok yang berusaha menyatukannya. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara bersama kedua rekannya mengambil alih tanggung jawab tersebut.