Periodisasi Sastra Indonesia Menurut Para Ahli yang Perlu dipahami

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam keusastraan Indonesia, dikenal periodisasi. Istilah ini merujuk pada pembagian sastra Indonesia berdasarkan kurun waktu atau zaman terntentu.

Setiap periode atau zaman memiliki kesamaan atau ciri khas. Kriteria atau penggolongan periodisasi pun bermacam-macam.

Oleh karena itu, terdapat beberapa versi periodisasi sastra Indonesia dari beberapa ahli atau kritikus. Untuk lebih lengkapnya, silakan membaca uraian di bawah ini.

Menurut HB Jassin

HB Jassin merupakan salah satu krititus yang paling dikenal sepanjang kesusastraan Indonesia. Jassin membagi periodisasi sastra Indonesia berdasarkan pembabakan waktu dari awal kemunculan sampai perkembangannya, yakni:

  • Sastra Melayu lama: karya sastra pada periode ini disebarkan secara lisan dari mulut ke mulut
  • Sastra Indonesia modern, meliputi:
    • Angkatan 20: awal mula sastra Indonesia, karakteristiknya menggunakan bahasa yang Melayu tinggi
    • Angkatan 33 : ditandai berdirinya penerbit Balai Pustaka yang menerapkan sensor ketat terhadap karya sastra
    • Pujangga baru: yakni angkatan yang melakukan proter terhadap sensor penerbit Balai Pustaka
    • Angkatan 45: karya satsra dipenuhi semangat kebangsaan di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia:
    • Angkatan 66: karya sastra diwarnai keberagaman aliran dengan semangat avant-garde yang menonjol.

Menurut Buyung Saleh

Selanjutnya yakni dari pendapat ahli sastra Buyung Saleh. Berbeda dengan HB Jassin, periodisasi Buyung Saleh berdasarkan pada jangka panjang atau pendeknya perkembangan sastra yang menunjukkan ciri khas. Ia membaginya sebagai berikut:

  • Kesusastraan lama: karya sastra disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut
  • Kesusastraan peralihan: karya sastra tidak lagi bersifat istana sentris melainkan lebih realistis
  • Kesusastraan baru, meliputi:
    • Angkatan Balai Pustaka: ditandai dengan berdirinya penerbit Balai Pustaka yang mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar
    • Angkatan pujangga baru: karya sastra cenderung nasionalis, tapi juga idealistik dan romantik
    • Angkatan 1945: karya sastra banyak mengusung semangat perjuangan kemerdekaan
    • Angkatan 1966: ditandai terbitnya majalah sastra Horison. Karyanya banyak bertema protes sosial dan politik.

Menurut Ajip Rosidi

Dalam bukunya yang bertajuk Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969), Ajip Rosidi membagi sastra Indonesia ke beberapa periode waktu, yakni sebagai:

  • Masa kelahiran, meliputi:
    • Periode awal tahun 1933: sering disebut juga dengan zaman Balai Pustaka, karya sastra banyak menggunakan bahasa Melayu
    • Periode 1933 – 1942: ditandai dengan dua kelompok sastrawan Pujangga baru yakni kelompok ‘Seni untuk Seni’ dan ‘Seni untuk Pembangunan Masyarakat’
    • Periode 1942 – 1945: karya sastra banyak diwarnai pengalaman hidup serta gejolak sosial-politik-budaya
  • Masa perkembangan, meliputi:
    • Periode 1945 – 1953: ditandai dengan munculnya majalah sastra kisah asuhan HB Jassin. Karya sastra pada periode ini didominasi cerita pendek
    • Periode 1953 – 1960: karya sastra banyak dipengaruhi oleh situasi politik
    • Periode 1960 – sekarang (1969): karya sastra banyak menggunakan konotasi agar terhindar dari pergulatan politik.
fbWhatsappTwitterLinkedIn