Psikologi Pediatrik dan Psikologi Klinis Anak: Definisi dan Penilaian

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Definisi Psikologi Pediatrik dan Klinis

Perbedaan antara psikologi pediatrik dan psikologi klinis anak terlihat agak kabur.

Namun, dalam psikologi klinis anak, kegiatan umum selama bertahun-tahun ialah bekerja pada anak-anak dan remaja setelah gejala psikopatologis dikembangkan.

Karya ini telah sering dilakukan baik dalam pengaturan praktik pribadi ataupun dalam tim psikolog tradisional, psikiater, dan pekerja sosial, bersama dengan beberapa kolaborasi dokter anak.

Sebaliknya, psikologi pediatrik (atau psikologi kesehatan anak) telah digambarkan sebagai psikologi klinis anak yang dilakukan dalam pengaturan medis, termasuk rumah sakit, klinik perkembangan, atau praktek kelompok medis.

Psikolog pediatrik sering melakukan intervensi sebelum psikopatologi berkembang (atau setidaknya pada tahap awal dari gangguan), dan arahan mereka sering kali datang dari dokter anak.

Meskipun tampaknya ada tumpang tindih yang cukup besar, survei dari pediatrik dan psikolog klinis anak mengungkapkan beberapa perbedaan antara keduanya, yaitu:

Pertama

  • Dokter pediatrik lebih ditandai dengan orientasi kognitif – perilaku, dengan kecenderungan terkait pada penggunaan jangka pendek, dan strategi intervensi yang segera.
  • Sebaliknya, psikologi klinis anak lebih beragam dalam orientasi mereka (psikodinamik dan keluarga / sistem orientasi yang lebih umum di antara spesialis klinis anak).

Kedua

  • Psikolog pediatrik menempatkan penekanan lebih besar pada masalah medis dan biologis dalam pendekatan mereka untuk pelatihan, penelitian, dan pelayanan. Kepentingan mereka ialah psikologi kesehatan, perilaku kedokteran (behavioral medicine), serta konsultasi dengan para dokter anak, itulah yang membedakan fitur.
  • Sedangkan spesialis klinis anak cenderung untuk menempatkan penekanan lebih besar pada pelatihan dalam asessment, proses perkembangan, dan terapi keluarga.

Penilaian Terhadap Anak

Penilaian (assessment) pada anak-anak dan remaja tentu berbeda dengan penilaian pada orang dewasa.

Terdapat 10 cara dalam assessment yang dapat digunakan oleh psikolog klinis anak maupun psikolog pediatrik. Berikut akan dijelaskan satu-persatu.

1. Interviewing

Dalam mewawancarai anak-anak dan remaja, sebaiknya mereka diizinkan untuk menceritakan cerita mereka sendiri.

Psikolog menanyakan tentang persepsi anak terhadap dirinya sendiri, persepsi terhadap orang lain, dan juga persepsi terhadap keberadaan dan sifat dari masalah.

Terdapat kesulitan dalam mewawancarai anak, hal ini disebabkan mereka tidak selalu mengkomunikasikan perasaan dan pikiran mereka dengan cara yang tepat. Anak-anak bisa sangat terpengaruh dan ketakutan.

Oleh karena itu, mereka boleh menceritakan kepada pemeriksa apa yang ingin mereka dengarkan atau apa yang telah diceritakan orang lain kepada mereka. Anak-anak mungkin merasa terintimidasi dan gugup ketika cerita mereka sudah bercampur aduk.

Panjangnya wawancara dengan anak bisa tergantung pada beberapa faktor seperti usia dan tingkat intelektual anak.

Ada beberapa tips menurut Kanfer, Eyberg dan Krahn (1992) dalam mewawancarai anak:

  • Kemampuan komunikasi yang umum
  • Gunakan pernyataan deskriptif
  • Gunakan pernyataan reflektif untuk membantu meningkatkan perubahan verbal
  • Gunakan pujian
  • Hindari pernyataan yang mengkritik
  • Gunakan pertanyaan yang memiliki pembuka dan penutup (pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab dengan semudah ya dan tidak)
  • Gunakan kalimat dan kata yang sesuai dengan mereka.

2. Behavioral Observation

Melakukan observasi perilaku pada saat melakukan wawancara akan lebih membantu. Kapanpun jika memungkinkan, observasi secara langsung pada anak di sekolah dan di rumah sebaiknya dilakukan.

Seperti halnya semua observasi perilaku, psikolog klinis dan pedriatrik perlu untuk memperhatikan reliabilitas observasi, reaksi pada observasi, dan validitas data observasi.

3. Intelligence Test

Tes inteligensi selalu digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi intelektual, kekurangan akademik, atau perkembangan dari rencana pendidikan anak.

Tes yang paling sering digunakan adalah WISC-IV, Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC), Wechsler Preschool and Primary Scale of Inteligence-Revised (WPPSI-R), Stanford Binet Inteligence Scale, dll.

Alat tes ini cocok untuk mengukur ketidakmampuan belajar, mental retardation, neurologi dysfunction, dan pervasive developmental disorder pada anak.

4. Achievement Test

Ini digunakan untuk mengukur pembelajaran di masa lalu, khususnya yang berhubungan dengan program pelatihan atau sekolah.

Mereka dapat menunjukkan variasi subjek akademik berbeda, dari membaca sampai aritmatika.

Tiga alat yang paling sering digunakan adalah Peabody Individual Achievement Test-R, the Woodcock Johnson Psychoeducational Battery, dan Wide Range Achievement Test-3 (WRAT-3).

5. Projective Test

Penggunaan tes proyektif pada anak masih kontroversial karena kurangnya reliabilitas dan validitas data yang didapatkan.

Salah satu argumen penggunaan tes proyektif pada anak dan remaja adalah ambiguitas stimulus pada tes tersebut. Thematic Apperception Test (TAT), dan Roschach merupakan tes yang paling sering digunakan, serta Children Apperception Test (CAT) dan Draw A Person (DAP).

6. Questionnaires and Checklist

Kuisioner dan checklist dapat diberikan kepada orang dewasa untuk ditanyai mengenai perilaku dan permasalahan pada anak.

Orangtua, guru-guru, dan lainnya yang sering berhubungan dengan si anak bisa menghasilkan informasi secara umum ataupun pada level yang sangat spesifik dan tergantung pada karakter pribadi.

Pengukuran yang sering digunakan adalah The Personality Inventory for Children, The Child Behavior Checklist, The Teacher’s Report Form.

Terkadang, ukuran self-report diatur secara langsung untuk anak-anak ketika  mereka telah mampu memahami pengarahan dan pelaporan mengenai perasaan, pikiran, dan perilaku mereka yang sebenarnya.

Contohnya adalah The Children’s Depression Inventory, dan The Perceived Competence Scales.

7. Neuropsychological Assessment

Pada pertumbuhan anak, neuropsychology secara khusus dapat diatribusikan dalam fokus peningkatan pada neurodevelopnental disorder yang termasuk dalam pendidikan pada anak-anak berkebutuhan khusus.

Secara umum keunggulan dari perawatan medis dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan kebutuhan untuk assessment yang memadai pada efek neurologi anak-anak yang bertahan hidup.

Tes yang sering digunakan adalah The Reitan-Indian Battery, The Healsted Neuropsychological Battery for Children, The WISC-R, The Luria-Nebraska Neuropsychological Battery, dan The Bender Gestalt.

8. Assessment of Temperament

Pekerjaan yang potensial dari Thomas, Chess, dan Birch (1968) telah menghidupkan kembali kepentingan dari perbedaan individu dalam temperamen.

Mereka menunjukkan bahwa bahkan dalam beberapa bulan pertama kehidupan ada perbedaan yang dapat dipercaya di antara kematian dalam temperamen mereka.

Perbedaan-perbedaan menjadi sangat penting dalam praktek pediatrik. Seifer (1988) me-review sebuah variasi dari kuisioner-kuisioner yang pantas untuk pengukuran temperamen dalam setting penelitian dan penggunaan.

9. Cognitive Assessment

Kita harus mulai menyadari bahwa banyak perilaku, emosi dan bahkan masalah medis pada anak yang dimediasi oleh faktor-faktor kognitif.

Sebagai contoh, anak dengan masalah medis sering tidak mengerti fakta kondisi mereka sendiri dan juga tidak menghargai proses pengobatan yang dijalani. Sehingga ini akan memberikan dampak pada proses penyembuhan mereka.

Terdapat dua pengukuran kognitif yaitu The coping quationaire (CQ) dan Negative Affectivity Self-Statement Questiannaire (NASSQ). 

10. Family Assessment

Pada tatanan yang lebih luas, beberapa masalah anak-anak berkaitan secara keseluruhan dengan konteks keluarga. Anak dibentuk oleh keluarga dan sebaliknya keluarga juga dibentuk oleh anak.

Oleh karena itu, untuk memahami permasalahan pada anak dan bagaimana mengatasinya adalah juga harus mengerti sistem didalam keluarga.

Terdapat berbagai variasi bentuk assessment yang dipakai, diantaranya yang dipakai dalam mengukur fungsi daripada keluarga yaitu Family Environment Scale (FES), Family Adaptabuilty and Cohesion Evaluation Scales (FACES III), dan Family Assessment Measure (FAM).

fbWhatsappTwitterLinkedIn