5 Sastrawan Angkatan 2000 Beserta Judul Karyanya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Angkatan 2000 menjadi angkatan terbaru dalam periodisasi sastra Indonesia. Penamaan ini dikemukakan pertama kali oleh Korrie Layun Rampan. Sastrawan Angkatan 2000 ditandai dengan buku karangannya yang berjudul Leksikon Susastra Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Korrie menuliskan seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, esaies, dan kritikus sastra yang termasuk dalam Angkatan 2000. Para penulis tersebut dirasa telah memberikan etnik baru bagi kesusastraan Indonesia dalam kurun waktu akhir 1990-an sampai awal 2000-an. Ada sejumlah karakteristik karya sastra yang lahir pada periode ini, di antaranya yakni banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, maupun lingkungan. Kritik sosial yang dihadirkan seringkali lebih keras.

Karya-karyanya pun banyak yang lebih vulgar dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Pada era ini pula, banyak bermunculan fiksi-fiksi islami dan sastra siber. Berikut beberapa pengarang yang termasuk dalam Angkatan 2000.

1. Ayu Utami

Ayu Utami

Ayu Utami lahir di Bogor, Jawa Barat pada 21 November 1968 dengan nama Justina Ayu Utami. Ia merupakan seorang jurnalis sekaligus sastrawan wanita yang berpengaruh.

Alumnus Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini pernah menjadi wartawan di sejumlah media seperti majalah Humor dan Forum Keadilan. Ia juga merupakan salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Novel pertamanya, Saman, menjadi karya penting karena memberikan warna baru dalam kesusastraan Indonesia. Saman dinobatkan sebagai karya terbaik dalam sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta 1998.

Dua tahun setelahnya, pengarang ini mengdapatkan kehormatan dari Prince Claus Fund yakni Prince Claus Award 2000. Ayu kemudian terus melahirkan karya-karya besar lainnya.

Selain Saman, pengarang yang banyak mengusung tema keperempuanan ini juga melahirkan sederet novel lain di antaranya:

  • Larung
  • Bilangan Fu
  • Manjali Dan Cakrabirawa (Seri Bilangan Fu)
  • Cerita Cinta Enrico
  • Soegija: 100% Indonesia
  • Lalita (Seri Bilangan Fu)
  • Si Parasit Lajang
  • Pengakuan: Eks Parasit Lajang
  • Maya.

2. Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma merupakan pengarang sastra Indonesia modern kelahiran Boston, Amerika Serikat pada 19 Juni 1958. Ia mulai terlibat dalam kegiatan berkesenian pada usia belasan tahun.

Ia meniti karir sebagai penulis dengan mengirimkan karya-karnya ke majalah seperti Aktuil Bandung dan Horison. Seno muda memutuskan untuk mendalami sinematografi di Institut Kesenian Jakarta.

Mantan rektor IKJ ini telah melahirkan puluhan cerpen yang di muat di media masa. Salah satu cerpennya yang berjudul Pelajaran Mengarang, terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas pada 1993.

Seno juga pernah mendapatkan penghargaan Dinny O’Hearn Prize for Literary pada 1997, Khatulistiwa Literary Award pada 2005, dan Ahmad Bakrie Award pada 2012.

Beberapa judul buku karangan Seno di antaranya yakni:

  • Manusia Kamar
  • Penembak Misterius
  • Saksi Mata
  • Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
  • Sebuah Pertanyaan untuk Cinta
  • Iblis Tidak Pernah Mati
  • Matinya Seorang Penari Telanjang.

3. Afrizal Malna

Afrizal Malna

Nama Afrizal Malna tidak boleh dilupakan dari kesusastraan Indonesia modern. ia dikenal sebagai penyair, cerpenis, novelis, dan esais. Afrizal Malna juga menulis naskah pertunjukan teater yang telah dipentaskan baik di dalam maupun luar negeri.

Sastrawan yang pernah mengikuti Festival Penyair Intemasional di Rotterdam Belanda pada 1995 ini lahir di Jakarta pada 7 Juni 1957. Beberapa penghargaan pernah ia dapatkan seperti dari Radio Nedherland Wereldomroep untuk naskah drama Surat (1981) dan Kusala Sastra Khatulistiwa kategori puisi untuk Museum Penghancur Dokumen (2013).

Afrizal Malna memiliki gaya menulis yang khas. Dirinya banyak mengusung tema modernitas dan kehidupan urban. Sementara gaya puitiknya banyak diwarnai korespondensi antar objek. Kumpulan sajaknya terkumpul dalam judul:

  • Mitos-Mitos Kecemasan
  • Yang Berdiam dalam Mikropon
  • Arsitektur Hujan
  • Kalung dari Teman
  • Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing.

4. Acep Zamzam Noor

Acep Zamzam Noor

Muhammad Zamzam Noor Ilyas atau yang lebih akrab dengan nama Acep Zamzam Noer merupakan seorang penyair yang lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 28 Februari 1960. Ia lahir dan dibersarkan dalam lingkungan pesanten. Dirinya merupakan putra sulung dari K.H. Ilyas.

Acep Zamzam Noor mulai menulis pada 1976 dan terus produktif melahirkan karya. Tulisan-tulisannya pernah di muat di sejumlah media cetak seperti Kompas, Republika, Media Indonesia, dan Horison. Ia menggeluti bidang kepenulisannya sejak tinggal di Bandung

Tahun 1995, Acep Zamzam Noor mengikuti The 2nd ASEAN Writers Conference di Singapura dan Istiqlal International Poetry Reading di Jakarta. Dirinya banyak menulis sajak baik yang berbahasa Indonesia, maupun Sunda.

Sajak-sajaknya mangandung renungan dan menuangkan gagasan tentang permasalahan hidup. Beberapa puisinya dimuat dalam buku:

  • Tamparlah Mukaku
  • Aku Kini Doa
  • Kasidah Sunyi
  • Dari Kota Hujan
  • Di Luar Kata
  • Di Atas Umbira
  • Dayeuh Matapoe
  • Tonggak 4 (antologi bersama panyair lain)
  • Dari Negeri Poci (antologi bersama panyair lain)
  • Ketika Kata Ketika Warna (antologi bersama panyair lain).

5. Gus tf Sakai

Gus tf Sakai

Gustafrizal Busra atau lebih popular dengan nama Gus tf Sakai atau Gus tf merupakan seorang penulis modern Indonesia. Ia lahir pada 13 Agustus 1965 di di Payakumbuh, Sumatra Barat. Saat ini ia menetap di sana.

Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Andalas mulai mempublikasi karyanya pada 1979 saat duduk di bangku SD. Karya yang berupa cerita pendek terus menyabet hadiah pertama dari sayembara menulis. Sejak saat itu, ia terus produktif berkarya.

Sajak-sajaknya pernah dimuat dalam sejumlah media cetak seperti Horison, Cak, Hai, dan Media Indonesia. Tidak sedikit juga penghargaan yang ia raih. Cerpennya yang berjudul Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta diantaranya mendapatkan penghargaan Sastra Lontar dari Yayasan Lontar (2001), penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (2002), dan SEA Write Award dari Kerajaan Thailand (2004).

Cerpennya tersebut juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Justine FitzGerald, Anna Nettheim, dan Linda Owens menjadi judul The Barber and Other Short Stories. Pada 2010, ia mendapatkan penghargaan Sastrawan Berdedikasi dari Harian Kompas (2010). Beberapa judul buku karangannya yakni:

  • Segi Empat Patah Sisi (novel remaja)
  • Segitiga Lepas Kaki (novel remaja)
  • Ben (novel remaja)
  • Istana Ketirisan (kumpulan cerpen)
  • Laba-laba (kumpulan cerpen)
  • Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (kumpulan cerpen)
  • Perantau (kumpulan cerpen)
  • Kaki yang Terhormat (kumpulan cerpen)
  • Sangkar Daging (kumpulan sajak)
  • Daging Akar (kumpulan sajak)
  • Susi (kumpulan sajak)
  • Tambo (novel)
  • Tiga Cinta, Ibu (novel)
  • Ular Keempat (novel).
fbWhatsappTwitterLinkedIn